Hilirisasi Jadi Kendala Pengembangan Vaksin Merah Putih

INDOPOSCO.ID – Peneliti Utama dalam Tim Pengembangan Vaksin Covid-19 Universitas Indonesia (UI) Budiman Bela mengatakan, pengembangan vaksin Merah Putih tidaklah sederhana. Banyak masalah ditemukan, di antaranya terkait penguasaan teknologi kembangbiak virus, cara produksi vaksin hingga efesiensi vaksin serta dosis tingkat kekebalan yang dihasilkan..
“Dari sana kita bisa memilih kekebalan tubuh mana yang bisa kita rangsang, kemudian kekebalan virus dan struktur virus yang bisa memberikan kekebalan,” ujar Budiman Bela dalam acara daring, Senin (25/1/2021).
Ia menyebut, vaksin Merah Putih yang tengah dikembangkan UI dalam format empat platform vaksin. Yakni DNA, RNA, Sub-Unit Rekombinan, dan Virus-Like-Particles (VLP). Dan DNA merupakan platfom yang paling cepat dikembangkan.
“Kalau merujuk syarat WHO, vaksin yang cocok itu harus memiliki waktu lamanya perlindungan dan melindungi terjadinya penyakit yang berat, aman dan mudah disebarluaskan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Budiman menjelaskan, untuk empat platform memiliki kelebihan dan kekurangan. seperti DNA memiliki kelebihan biaya lebih murah dan cepat dikembangkan. Sementara RNA cenderung memiliki teknologi yang lebih rumit, tetapi lebih aman dan respon kekebalan sangat baik.
Untuk vaksin protein rekomenbinan subunit dan VLP diproduksi dari sel mamalia, produksi biaya tinggi dan stabil pada suhu 2-8 derajat celcius serta memiliki antibodi yang dirangsang dengan baik
“Pengembangan kemajuan DNA lebih cepat. Saat ini sudah pada tahap ujicoba imunitas pada hewan. Saat ini stabilitas dan efesien produk juga lebih tinggi. Sementara RNA dan VLP masih tahap kontruksi rekombinan. Masih membutuhkan waktu tidak sebentar,” bebernya.
Ia menyebut, kendala lain pada pengembangan vaksin Merah Putih adalah pada tahap hilirisasi. Sebab hilirisasi industri di Indonesia belum siap. Salah satunya belum tersedianya peralatan produksi vaksin.
“Jadi dibutuhkan industri farmasi untuk pengembangan,” katanya. (nas)