Krisis Bius

INDOPOSCO.ID – Yang harus dibius di rumah sakit ini 300 sampai 350 orang. Tiap bulan. Belum termasuk di dua rumah sakit swasta sekotanya.
Tapi sudah lebih dua bulan terakhir, tukang biusnya, dokter ahli anestesi, berhenti. Tidak ada lagi ahli anestesi di daerah itu. Sampai ada pasien yang meninggal dunia.
Dulunya ada dua dokter anestesi di situ: di RSUD TC Hillers. Di kota Maumere, Kabupaten Sikka, Flores. Dua-duanya sudah berhenti.
Yang satu, kontraknya habis tanggal 31 Desember. Berarti tinggal satu orang. Wanita. Bujangan. Namanya: Yosefina Hermiyanti.
Dokter Yosefina kewalahan. Dua orang saja sangat berat. Apalagi sendirian. Dia sudah enam tahun di RSUD Hillers. Sejak 2018. Insentifnyi tidak pernah naik.
Dokter Yosefina memang punya kewajiban mengabdi di daerah. Lima tahun. Sudah selesai. Dia tabah-tabahkan satu tahun lagi. Akhirnya tidak kuat. Dia berhenti. Dia alumnus Universitas Udayana. Spesialis anestesinyA di Unair Surabaya.
Dokter satunya, laki-laki. Namanya: dr Remidazon Rudolfus Riba, ST, Sp.An. Dipanggil dokter Remi. Ia lahir di Desa Uwa, sebuah pulau kecil di seberang Maumere: Pulau Palue.
Dokter Remi alumni Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang lulus spesialis anestesi di Universitas Udayana, Bali.
Kontrak kerjanya di RS Hillers berlaku satu tahun. Remi sudah memperpanjang dua kali. Tiga tahun.
Ia tidak mau lagi kontrak untuk tahun keempat. Terlalu berat. Usulannya untuk menambah dokter anestesi selalu diterima tapi tidak pernah ada dokter yang datang.
Kewajiban Remi mengabdi di NTT masih harus dua tahun lagi. Ia pilih akan tetap mengabdi di NTT tapi di kabupaten lain. Sementara ini ia ”menganggur”. Tanpa penghasilan. Ia merawat mertua yang sakit –sebagai pengganti istrinya yang dinas di Kalteng. Sang putri mertua, istri Remi, juga dokter spesialis. Tugasnya di Palangkaraya.
Dua-duanya putra daerah asli Sikka. Kalau Remi lahir di pulau Yosefina lahir daratan Flores –sekitar 15 km sebelah timur Maumere.
Tentu Anda sudah bisa menebak: mengapa tidak ada dokter ahli anestesi yang mau ditempatkan di RSUD Hillers. Insentifnya kecil. Bebannya besar. Ukuran besar-kecil ini bandingannya adalah Ende atau Ruteng. Itu kabupaten tetangga. Nilai insentif itu hanya setengahnya. Di Ende bisa Rp 45 juta/bulan. Di Maumere Rp 20 juta.
Direktur RSUD Hillers, seorang wanita. dr Clara. Dokter umum. S-2 nyi di bidang kesehatan masyarakat. Clara orang baik. Dia setuju dengan usulan penambahan dokter anestesi. Agar biar pun insentif tidak naik tapi beban bisa berkurang.
Tapi Pemkab Sikka tidak bisa memenuhi permintaan itu. Alasannya: tidak ada anggaran. Pemkab tidak punya cukup uang untuk itu. Sudah bertahun-tahun alasannya sama.
Bupati baru Sikka, Juventus Prima Yoris Kago, kena getahnya. Begitu terpilih ia kalang kabut. Ia sudah langsung setuju penambahan ahli anestesi. Tidak bisa segera dapat.
RS Hillers adalah RS rujukan. Dokter di RS kabupaten lain bisa mengirim pasien ke Hillers. Misalkan jumlah yang harus dibius banyak. Kirim saja ke Hillers. Dokter di Hillers tidak bisa mengurangi beban dengan cara merujuk pasien ke RS lain. RS rujukan di atas Hillers adalah Kupang, di pulau Timor. Tidak mungkin.
Berarti bupati Sikka memang berat. Ia harus menyadari RS Hillers lebih berat dari RS kabupaten lain.
Nama Hillers diambil dari nama dokter misionaris asal Suriname yang pernah mengabdi di Sikka.
Jelaslah bahwa jumlah dokter ahli kian kurang. Kian tahun kekurangan itu kian terasa –kalau tidak ada pemikiran baru di bidang pendidikan spesialis.
Belakangan ini dua nama dokter di Sikka itu jadi bulan-bulanan media. Ada yang menulis: dua dokter itu mogok akibat insentif yang kurang. Kesannya: melanggar sumpah dokter.
Padahal mereka memang sudah berhenti. Yang satu kontrak sudah habis. Satunya lagi sudah berhenti tanpa ada prosedur yang dilanggar.
Bahkan gubernur baru NTT, asal Flores, mengancam: akan mencabut izin dokter tersebut.
Sebelum ada ancaman gubernur pun, dr Clara sudah mengadukan mereka ke Kemenkes. Mereka disidangkan. Keputusannya: mereka tidak bersalah.
Jadi, siapa yang salah?
Pasti bukan wanita yang meninggal dunia dalam keadaan hamil itu. Juga bukan ratusan pasien yang kini antre menunggu datangnya dokter anestesi.
Rupanya, untuk sementara, perlu relawan anestesi di sana. Kalau relawan boleh hanya bertugas dua minggu di sana rasanya akan ada peminat. Bergantian. Tinggal sediakan tiket pesawat dan penginapan.
Tentu repot. Kenapa tidak memperbaiki insentif saja. Agar dokter Maumere tidak tergoda pindah ke Ende.
Di Flores pun persaingan rebutan dokter juga sudah terjadi. Pertanda baik? (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 13 April 2025: Mbak Titiek
Lagarenze 1301
Selain “siapa dia” dan “berapa usianya”, yang selalu saya perhatikan adalah “dia meninggal karena apa”. Seseorang yang meninggal dunia karena penyakit akan menjadi refleksi bagi diri sendiri: apakah saya punya risiko terkena sakit yang serupa. Informasi dari keluarga, Titiek Puspa meninggal dunia akibat pendarahan di otak kiri. Dia pingsan setelah menyelesaikan syuting “Lapor Pak” di Trans 7 pada 26 Maret 2025. Dokter di RS Medistra melakukan tindakan operasi. Namun, Allah berkehendak. Titiek Puspa dinyatakan meninggal dunia pada 10 April 2025. Dari berbagai sumber diketahui pendarahan di otak kiri dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti cedera kepala, tekanan darah tinggi, aneurisma, atau kelainan pembuluh darah. Saya tidak tahu pasti. Tapi, dari keterangan keluarga, Titiek Puspa harus minum obat tekanan darah tinggi setiap hari. Usia 87 sangat rentan. Apapun itu, belajar dari kejadian Titiek Puspa, sangat penting untuk mengontrol tekanan darah. Terutama bagi yang sudah berusia 50 tahun ke atas. Paman saya, hingga beliau meninggal dunia, rutin minum amlodipine setiap hari. Kata dokter, tidak boleh berhenti. Saya, sejak dua tahun lalu, membeli tensimeter digital Omron. Agar bisa rutin mengecek tensi saya dan anggota keluarga lain. Tapi, kata dokter saya, tensimeter itu hanya mendeteksi “akibat”. Justru “sebab” yang harus diperhatikan: pola makan, olahraga, dan mengelola stres.
Mirza Mirwan
Mengenang Titiek Puspa (1) Sebenarnya saya hanya pernah bertemu Tante Titiek. Itu pun, seperti saya tulis Jumat kemarin, sudah 47 tahun yang lalu. Setelahnya saya hanya sesekali menelepon (interlokal) sekadar menanyakan kabar. Saat itu Tante Titiek masih tinggal di Jl. Sukabumi, Menteng — entah sejak kapan beliau pindah ke Jl. Pancoran Timur. Tetapi, memang, saya relatif tahu banyak tentang kiprah Tante Titiek setelah berbincang sejak lepas asar hingga menjelang maghrib. Saya malah sudah lupa, tulisan hasil perbincangan itu saya kirim ke majalah apa. Yang saya ingat hanya judulnya: “Titiek Puspa Tak Bisa Membaca Not Balok”. Kebetulan waktu itu Om Mus Mualim juga ikut menemui saya. Perbincangan yang semula di teras malah dilanjutkan di ruang tamu. Itu gegara saya “nyombong”, hafal semua lagu ciptaan beliau, termasuk lagu ciptaan beliau di tahun 1960-an. Tante minta saya menyanyikan “Minah Gadis Dusun”. Oke. Tante lantas minta saya menyanyikan “Pantang Mundur” — liriknya saya tulis Jumat kemarin. Tante minta Om Mus mengiringinya dengan piano. Tante memuji suara saya bagus. Saya bilang, sejak SMA saya menjadi penyanyi di grup orkes melalu dan band. “Pengin, nggak, menjadi penyanyi rekaman?” tanya Tante. Saya jawab, saya terikat janji kepada almarhumah ibu untuk tidak menjadi penyanyi rekaman. Ibu khawatir ketenaran akan menjauhkan saya dari Tuhan. Tante mengangguk-angguk. “Janji kepada ibu harus ditepati, Mas. ‘Apa maneh keng ibu wis sumare’?” kata Tante.
Fauzan Samsuri
Setiap orang memang punya kelebihan sendiri-sendiri, namun untuk menjalani kelebihan itu menjadi suatu profesi perlu perjuangan tersendiri, begitu pula dengan menyanyi. Tidak seperti sekarang ini menyanyi dianggap sebagai profesi yang membanggakan orang tua dan keluarga, dulu seorang Sumarti konon harus mengganti namanya menjadi Titik Puspa agar bisa ikut lomba menyanyi tanpa diketahui orangtuanya. Titik berasal dari nama panggilan sehari-harinya, Puspa (Puspo) berasal dari nama orang tuanya. Nama Titik Puspa akhirnya menjadi legenda dan ikut mengharumkan nama orang tuanya.
Surja Wahjudianto
Titiek Puspa, sosok inspiratif yang melegenda. Hidupnya (nyaris) sempurna: panjang usia, punya nama, jauh dari syak wasangka. Tapi siapa nyana, dia pernah punya derita. Kanker serviks stadium tiga. Yang sakitnya tiada tara. Wanita melahirkan itu sakitnya luar biasa. Kanker serviks sakitnya seratus kalinya. Dia sempat pasrah. Siap dipanggil Yang Kuasa kapan saja. Tapi Tuhan masih sayang padannya. Diberi dia panjang usia. Karena hidupnya sungguh berguna. Bagi orang-orang seperti Anda dan saya. Hingga kemarin lusa. Kala tugasnya telah purna. Saatnya kembali kepada Yang Kuasa. Selamat jalan Eyang Titiek Puspa. Satu-satunya puspa di dunia. Yang namanya abadi sepanjang masa.
Mirza Mirwan
Mengenang Titiek Puspa (2) Tante bercerita banyak tentang kisah hidupnya. Dari namanya yang diganti dua kali gegara waktu kecil sakit-sakitan, hingga digossipkan menjadi simpanan Yusuf Muda Dalam (YMD), gubernur BI zaman orde lama, juga tentang suka-duka menjadi “penyanyi istana”. By the way, yang dimaksud Pak DI dengan “Kisah Seorang Pramuria” mungkin “Kupu-Kupu Malam”. Sebab “Kisah Seorang Pramuria” yang dinyanyikan Charles Hutagalung adalah ciptaan Albert Sumlang — Charles dan Albert sama-sama di The Mercy’s, Charles sebagai vokalis sedang Albert peniup saksofon. Grup Boomerang juga pernah menyanyikan ulang. # FYP, “pramuria” tidak sama dengan “kupu-kupu malam”. Pramuria adalah terjemahan dari “hostess”: wanita yang kerjanya menemani ngobrol tamu klub malam. Sedang kupu-kupu malam adalah PSK. Banyak, memang lagu-lagu Tante Titiek yang dinyanyikan penyanyi lain. Tetapi grup musik yang paling banyak menyanyikan karya Tante Titiek adalah Bimbo: “Adinda”, “Satu Dia”, “Aku, Dia dan Kampus” adalah tiga di antaranya.
Hendri Ma’ruf
Dalam salah satu video yang muncul di medsos setelah Titiek Puspa wafat, ia bercerita bagaimana inspirasi lagu Kupu-kupu Malam (KKM) tercipta. Seorang KKM mendatangi dirinya usai sebuah penampilan di panggung. Ia bercerita bahwa menjadi KKM bukan pilihan. Setelah ditinggalkan suami, ia yang tak punya penghasilan padahal ada anak-anak terpaksa harus menjual semua harta benda yang ada satu demi satu. Setelah habis, ia pun berhutang. Ketika hutang menumpuk ia tak tahu harus berbuat apa. Ketika sang pemberi hutang menagih, ia katakan ia mau kerja untuk mengganti uang yang ia pinjam. Tapi apa daya, ditolak. Sampai akhirnya ia dipaksa mulai menerima pelayanan pada pria-pria hidung belang. Itulah awalnya ia menjadi KKM. Dengan nasihat dari Titiek Puspa, ia pun berjuang bangkit. Sampai beberapa lama kemudian, ketika sudah tidak berkontak-ria, Titiek Puspa didatangi seorang wanita. Yang ternyata KKM itu yang kini sudah sukses berjuang meninggalkan dunia KKM. Ia kini menjadi wanita terhormat setelah dinikahi pria baik-baik.
Jokosp Sp
Bahwa Titiek Puspa sampai hari ini masih di kenang di kampung kelahirannya oleh temen-temen sekolahnya sesama SD Pertamina Murung Pudak Kab. Tabalong Kalimantan Selatan. Sebagian kecil masih ada yang masih hidup dan menjalankan masa pensiunnya dari Pertamina EP IV Tanjung. Pertamina Tanjung adalah khusus di kontruksi pengeboran minyak. Dan hasil minyaknya dipompa dan dikirim ke Balikpapan Kalimantan Timur. Sampai saat ini masih aktif dengan produksi yang tidak banyak seperti diawalnya dulu. Anak kecil yang dilahirkan dari keluarga Tugeno Puspowidjoyo dan Siti Mariam di tanggal 01 November 1937 yang diberi nama kecilnya Sudarwati. Teman-teman di sini dulu di tahun 1977 an sangat menyukai lagu yang sangat ikonik yaitu “Kupu Kupu Malam” yang menceritakan kehidupan PSK sangat begitu menyentuh dan indahnya. Itulah lagu yang kami kenang dan nikmati sampai hari ini.
Mirza Mirwan
DUNIA OH DUNIA (Titiek Puspa) Oh dunia, apakah kehendakmu? Sering kau gelisah dan marah membencana Mungkin aku yang dungu Atau aku tak tahu Sudah lelahkah dikau Atau dikau telah tua Oh…tangisan dan jerit memilukan Gunung kau ledakkan Badai banjir dan gempa Pertikaian melanda sesama manusia Saling serakah dan dusta Jawablah…apa artinya, apa sebabnya? Mungkin si muda yang lalai kepada orang tua Mungkin si tua yang lalai pada leluhurnya Atau manusia yang lalai pada Tuhan Esa Memang di zamanku ini Tiada keseimbangan Rasa damai manusiawi hampir tiada Ho..ho..malu…malu…malu Oh…malunya Ho..ho..malu…malu…malu Oh..mslunya
Jokosp Sp
“Ada yang benci dirinya, Ada yang butuh dirinya […….]. Dosakah yang dia kerjakan, Sucikah mereka yang datang [……..]. Apa yang terjadi terjadilah, yang dia tahu Tuhan penyayang umatnya”. Lagu yang berdurasi 3-4 menit itu menceritakan bagaimana Titiek Puspa bertemu seorang perempuan yang tak sengaja ditemuainya di pinggir jalan, dan menjadi pekerja sek usai ditinggal suaminya dan terlilit hutang. Perempuan itu harus bekerja untuk keluar dari lubang jarum kemiskinan lewat cara yang di luar norma. Maaf saya harus hentikan dan tidak bisa lebih panjang lagi menulisnya………. Air mata harus banyak menetes dan membasahi pipi ini dari lantunan lagunya di youtube. Selamat jalan Mbak Titiek………do’a terbaik dari teman dan pengagummu di Bumi Banua Saraba Kawa Murung Pudak Kab. Tabalong Kalimantan Selatan.
Mora Edu Indonesia
Diantara banyaknya pelayat, perhatian sy tertuju pada Inul. Ia terlihat kehilangan sekali, sy yakin sesuatu telah berhasil ditulari oleh Titik yg terus hidup dalam perjuangannya. Selamat jalan Titik Puspa. Engkau pasti masuk Surga! Doa kami semoga Engkau terhindar dari Neraka. Al fatihah..
heru santoso
PANGGUNG IMAJINER: Disalahsatu ruangan Istana Negara penuh tamu kenegaraan dan seniman. Musik gamelan sayup terdengar. Malam. — [Lampu sorot perlahan jatuh ke panggung kecil. Musik berhenti. Kadarwati berdiri di tengah ruangan, baru saja menyelesaikan lagu.] PEMBAWA ACARA (dengan semangat) Hadirin sekalian, beri tepuk tangan untuk… Kadarwati! [Tepuk tangan ramai. Kamera (atau sorot) bergerak ke arah Presiden Soekarno yang tampak mengangguk kagum. Ia berdiri dan berjalan mendekat.] SOEKARNO (kepada Kadarwati) Kamu punya suara yang menyentuh. Tapi… namamu? Kadarwati? KADARWATI (tersenyum malu, menunduk) Iya, Bung Karno… SOEKARNO (ceramah lembut tapi penuh karisma) Nama itu baik… tapi tidak cukup kuat untuk panggung Republik. Nama harus punya nyawa… punya makna. (pause. Ia menatapnya tajam tapi ramah) Bagaimana kalau… Titiek? KADARWATI Titiek…? SOEKARNO Ya. Titiek adalah permulaan. Titik awal perjalanan besar seorang seniman. Dan… Puspa. Kau tahu artinya? KADARWATI (seperti berbisik) Bunga… SOEKARNO (lantang) Bunga! Harum, indah, dan mekar di mana-mana. Itulah kamu. (tersenyum lebar) Mulai hari ini, engkau… Titiek Puspa! [Tepuk tangan menggema. Kamera (atau cahaya panggung) menyorot wajah haru Titiek, yang kini mengangkat kepala penuh keyakinan.] KADARWATI / TITIEK PUSPA (dalam hati atau voiceover) Dan malam itu… aku tahu. Aku tidak hanya diberi nama. Aku diberi harapan. [Lampu perlahan meredup. Musik mengalun kembali.]
achmad kadarusman
Yang Ku Kenang “Eyang” Masih belum paham sih dari semua penciptaan lagu. Semua memang penuh dengan filosofi. Penelusuran. Penalaran. Baru sadar ketika kualami sendiri. Lahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara tinggal pertama di rumah kecil di gang 2 (agak sempit saat itu)- yang pada akhirnya pindah di rumah yang lumayan- Tetangga tetangga yah namanya juga reproduksi pasti juga saat itu para orang tua menganut ‘banyak anak banyak rejeki”. Yang akhirnya muncul program keluarga berencana 2 anak cukup -yang saat ini berubah menjadi keluarga berencana sejahtera- Yah….itulah gang penuh dengan keceriaan bermain saat masih kecil. 80an belum ada gadget yang bisa di ketik, disentuh dan di scroll. Petak umpet, panjat mangga, lompat tali, kelereng, kartu gambar dan engkle masih jadi favorit saat itu. “Kalian itu yaaa……menuh menuhin jalan kalo sudah main” “Hoi tau nggak sih jalan ini sudah sempit. Pindah main sanalah..di lapangan” Ya saat itu masih cukup di kenal di seantero ibukota di Indonesia yang sudah cukup banyak penduduknya dengan “gang kelinci”… Oh.. gang kelinci….gang kelinci… Maturnuwun Eyang. Kenangan itu, yang kau tulis itu. Monumen buat saya Allohummafirlaha warhamha wa’afihi wa’fuanha.
Siswa Kelas 2 SMP
“Perhatikan pikiran” Ini pun saya yakin Kakek Dahlan sudah tau. Stress kronis itu bisa memicu pelepasan kortisol, hormon yang dapat merusak kolagen dan elastin di kulit. Eyang Titiek Puspa mewejangkan kita pesan untuk mengelola pikiran, dan sudah “walk the talk” di situ, pantas dan logis, jika Eyang Titiek Puspa terlihat tetap awet-muda dan energik, karena pikiran yang bebas stress ala Eyang Titiek Puspa tersebut, membantu tubuhnya memproduksi kolagen secara optimal. Catatan: kolagen adalah protein utama dalam kulit untuk bertanggung-jawab atas elastisitas dan kekencangan kulit. Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen di tubuh seseorang biasanya akan drop (menurun) drastis, yang menyebabkan garis-garis halus, kerutan, dan kulit kendur. Nah, Kakek Dahlan yang saat ini berusia 73, harus ikut jalan Eyang Titiek Puspa yang “menolak menua”. Dan caranya? Ternyata begitu murah: “perhatikan makanan, perhatikan pikiran”.
Dahlan Iskan buku
Siswa Kelas 2 SMP
Kalau saya diminta mendeskripsikan Eyang Titiek Puspa kurang dari 5 kata, maka saya akan menjawab: “representasi longevity”, dan “aging backwards”. Kakek Dahlan sudah membaca buku “The Blue Zones: 9 Lessons for Living Longer from the People Who’ve Lived the Longest”-nya Dan Buettner? Pelancong sekaligus penjelajah National Geographic satu ini telah menjelajahi 5 benua dan mengunjungi 5 wilayah yang memiliki konsentrasi penduduk dengan usia panjang, di atas 80 tahun hingga 100 tahun (centenarians). 5 wilayah yang dijuluki “blue zones” / zona biru tersebut adalah: prefektur Okinawa (Jepang), Sardinia (Italia), semenanjung Nicoya (Costa Rica), Icaria (Yunani), dan Loma Linda (California). Dan Buettner luput memasukkan wilayah ke-6, Indonesia, dan mewawancarai Eyang Titiek Puspa. Sebab, ada kesamaan sintesa, antara daily-habit orang-orang Sardinia yang berusia panjang 80 tahun – 100 tahun, dengan daily-habit Eyang Titiek Puspa, yang berhasil menginjak usia 87, nyaris 90, dekat ke centenary age. Saya ingat satu ucapan Eyang Titiek Puspa tatkala diwawancara InsertLive, tentang rahasia “anti-aging” / awet-mudanya (saya lebih menyebutnya “aging-backwards”, tidak ada tanda penuaan, yang ada justru peremajaan). “Perhatikan makanan, perhatikan pikiran”. Itulah yang Eyang Titiek Puspa ucapkan. Kakek Dahlan tau? Apa yang menakjubkan, dari pernyataan Eyang Titiek Puspa di atas? (continued)
Dahlan Iskan buku
Juve Zhang
Artinya anda baca secara detail….ada Perusuh yg gak baca ….diminta komentar khusus hari ini Bu Titik Puspa saja….. malah komentar nya jauh api dari panggang…..wkwkwk… ketahuan gak baca tulisan pak Bos….. wkwkw
irud Zomb
Sedih kehilangan maestro Titiek Puspa. Saya terngiang lagunya itu, mengingatkan pada beberapa Kupu Kupu Malam yang saya kenal, yang mirip kisah dibalik lahirnya lagu tersebut, wanita yg dicampakkan, tulang punggung keluarga, dihina lingkungan, dikucilkan, tapi bertekad bangkit kembali ke kehidupan yg baik. Saya kenal beberapa yg berhasil kembali menjalani kehidupan normal pd umumnya. Ohya kupu2 yg saya cerita ini mereka yg awalnya terjebak lalu terdampar di ‘lorong2 gelap’ mencari kehidupan sebagai pramuria karena keadaan, dimana mereka tdk punya ketrampilan apa2, tdk punya ijazah, sementra anaknya butuh makan. Dan mereka punya tekad utk berubah. Jd pramuria bukan maunya, tapi korban yg tak bisa dihindari. BUKAN perempuan kelas menengah “ayam kampus”, ani-ani berwajah template dan para binal di “aplikasi ijo” yang umumnya menjual diri demi gaya hidup. Type ini mah bukan kupu2 malam sprti yang dimaksud dalam lagu, mreka ini (kupu2 online) jam operasionalnya aja bisa pagi, siang dan sore. Tak sdikit yg pamerkan statusnya dgn gembira, bertolak belakang dgn kupu2 malam yg rapuh merana dan mencari jalan keluar. Hanya org yg paham yg tau inti pesan moral dalam lagu. Kirim doa utk ibu Titiek Puspa.
HONDA CBR150R
Pak DI : Marilah kemari hey hey hey hey, hey kawan. Pak Pri : Akulah di sini hey hey hey, hey kasih. Pak DI duet Pak Pri : Mari bergembira bersama sama hilangkan hati luka lara.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
ASOSIASI KOMPOSER SELURUH INDONESIA BERJANJI AKAN MENGURUS HAK ROYALTI LAGU-LAGU MBAK TITIEK.. AKSI atau “Asosisasi Komposer Seluruh Indonesia” yang dipimpin oleh Piyu “Padi Reborn” berjanji akan membantu menagihkan hak royalti lagu-lagu almarhumah Titiek Puspa. Hal itu disampaikan juga oleh Ahmad Dhani selaku dewan penasihat AKSI. Piyu kemudian mempertegas maksud ucapan Ahmad Dhani pada kesempatan yang sama. “Iya, kita dari AKSI memang akan mengumpulkan karya-karya dari pencipta lagu yang masih aktif maupun yang sudah meninggal dunia. “Jadi, ahli warisnya kita ajak bergabung dengan AKSI, nanti karya-karyanya kita urus untuk direct license. Salah satu contoh lagu Titiek Puspa yang bakal diurus adalah single Kupu Kupu Malam yang diaransemen ulang oleh Noah. “Jadi nanti dengan direct license, contohnya umpamanya lagunya Eyang Titiek Puspa yang Kupu Kupu Malam, karena di kita akan di “DDL kan” (Digital Direct License). “Misal, Ariel “Noah” nyanyi lagu Kupu Kupu Malam, harus direct license ke kami,” tegas Piyu. “Sumbangan terbesar Eyang Titiek Puspa adalah memberikan kontribusi yang luar biasa dari lagu-lagu dan karyanya. “Lagunya bisa menginspirasi banyak orang. “Dan saya waktu kecil termasuk yang suka sama lagunya Eyang Titiek yang judulnya Bimbim. “Itu sangat luar biasa banget, sampai sekarang saya masih ingat lagu itu, padahal saya masih umur 5 tahunan.” Kini Titiek Puspa telah meninggalkan kenangan indah untuk semua musisi dan penggemarnya.
Liam Then
“dari dulu parasnya begitu”. “Awet muda” “Entah pakai apa” “Nenek paling cantik di Indonesia” Begitulah yang sejak SD bahkan remaja sering saya dengar. Memang kenyataan, dari tahun ke tahun, saya kemudian perhatikan, pada setiap kesempatan di televisi, Ibu Titiek Puspa, selalu tampak muda dan energik. Tapi kesan awet muda, kalah dengan kesan tersendiri yang saya rasa ; bahwa Ibu Titiek Puspa terasa dekat sekali, sosok ini terasa bisa menjadi eyang, ibu, sekaligus kakak perempuan semua orang. Selamat jalan Ibu Titiek Puspa, saya yakin Ibu tetap enegik dan awet muda lebih abadi lagi di sana.
hoki wjy
….Coba..apa..rambutnya..hidungnya…semuanya…biasa…saja..makin..aku..memandangmu..makin..aku..jatuh…cinta.. apa..apa..apanya..dong..Titik Puspa memang legend dan unik begitu banyak lagu yg hit yg dia ciptakan tapi uniknya tidak ada satupun alat musik yg bisa dia mainkan.
Siswa Kelas 2 SMP
Jika saya adalah seorang pemuka agama, saya akan berlutut dan sungkem di haribaan Eyang Titiek Puspa. Bait bait lirik Kupu-Kupu Malam ciptaan Eyang Titiek Puspa itu menampar saya bolak-balik (jika saya adalah seorang pemuka agama). Dan ini, yang akan saya katakan kepada Eyang Titiek Puspa… “Eyang, selama ini saya ceramah, tutur tinular soal agama, dengan mata kuda. Dunia saya pandang hitam dan putih, kalau melakukan kebajikan pasti ganjarannya surga, kalau melakukan dosa pasti ganjarannya neraka. Wanita yang jadi pekerja seks komersial? O, sudah pasti dia masuk neraka. Dijamin, habis ia dibakar di neraka. Tapi, satu bait lirik yang Eyang Titiek Puspa ciptakan: ‘Yang dia tahu Tuhan penyayang umat-Nya’, itu tidak hanya menampar muka saya bolak-balik (sebagai pemuka agama), Eyang… tetapi juga menghajar ego saya babak-belur sampai terjungkal dan terjungkir. Satu bait tersebut menggedor sanubari saya… bagaimana jika di akhirat kelak, Tuhan menginterogasi saya? “He, kamu, pemuka agama. Kamu tau, untuk apa kamu Aku ciptakan? Untuk menjadi sulur-sulur rahmat dan berkat, bagi mereka yang berkubang dosa hingga akhir hayat. Tapi kamu, malah jorok-jorokkan mereka, kamu halau mereka dari harapan ampunan dan surga, tidak ada kehendak dan karsa di hatimu untuk memperbaiki kondisi mereka, dan kamu lebih suka jika mereka masuk neraka. Merasa paling suci kau, ha? Tidak ada guna, kau jadi wakil-Ku di dunia. Maka demi kemuliaan-Ku, kamu aku masukkan ke neraka'”.
Juve Zhang
Kalau perusuh amatiran seperti saya baca dulu apa tulisan pak Bos seperti pagi hari…..oh tentang Mengenang seniman Besar meninggal dunia Bu Titik Puspa…..Kalau Perusuh Profesional Sehari sebelum nya siapkan komentar super komplit dan hebat…..paginya langsung Kirim….siang baru baca isi tulisan pak Bos….. wkqkq hebat pisan Euy….. nominasi Perusuh Terbaik Disway….BPK Agus 3….
Johannes Kitono
Rip : Tante Titiek Puspa. Suatu ketika kondangan anak hopeng di hotel Four Season, Jakarta. Ketemu dan kenalan dengan Titiek Puspa. Penyanyi legendaris dan seniman serba bisa. Entah kenapa beliau dengan ramah ngobrol cukup lama dengan isteri beta.Katanya,wajah isteri ingatkan beliau dengan seseorang. Bisa jadi salah satu penyanyi binaannya. Proses terciptanya lagu Kupu Kupu Malam suatu bukti beliau Pembela Wanita sejati.Tidak menghakimi apalagi menghina kaumnya yang terkapar. Malahan kedua wanita yang beda profesi dan agama berdoa bersama kepada Tuhan. Dan ternyata dikabulkan, sang Kupu Kupu Malam bertobat. Menikah dan mendapat suami yang jadi ayah anak anaknya. Now, di tante Titiek pasti sudah di Surga. Disambut dengan meriah oleh jutaan Kupu Kupu cantik disana. Itulah hasil karma baik Titiek Puspa didunia. Semoga apa yang dilakukan tante Titiek bisa diikuti seniman lainnya. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Komentator Spesialis
Soal Royalti lagu. Kalau nggak ada orang lain yang mere cycle alias menyanyikan lagu tsb. kembali, level ketenarannya akan turun. Kenapa nggak dibuat win win solution saja. Misal, OK kalian silahkan menyanyikan lagi saya, silahkan memutar lagu saya, nanti keuntungannya kita bagi saja. Jadi nggak usah mentargetkan harus sekian. Jujur saja kita pendengar juga muak dengan penyanyi yang royalti adalah tujuan. Ya mending saja nggak usah diputar saja sekalian.
Warung Faiz
Sajadah panjang mu yg terbentang kini sudah di lipat lg…selamat jalan eyang Tietiek Puspa…