Disway

Balik Kucing

INDOPOSCO.ID – Ini seperti kontradiksi dengan keinginan Anda. Pun keinginan negara maju. Tapi, rupanya, apa boleh buat: Tiongkok kembali mengizinkan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.

Seluruh dunia sudah mengumumkan moratorium PLTU. Termasuk Tiongkok. PLTU lama, dipensiunkan lebih awal. Bahkan yang kecil-kecil dibongkar. Kian kecil PLTU itu kian boros batu bara. Juga kian banyak memproduksi polusi udara.

Yang dikategorikan kecil di Tiongkok adalah 300 megawatt ke bawah. Itu sudah termasuk sangat besar untuk Indonesia. Banyak PLTU di Indonesia yang ukurannya jauh di bawah itu: 100 megawatt, 50 megawatt, bahkan 25 megawatt.

Berita Terkait

Di Indonesia hanya beberapa saja yang ukurannya 600 megawatt. Hanya lima atau enam yang berukuran 1.000 MW: dua di Batang, Jateng; satu di Cilacap; dua lagi di Banten.

Di Tiongkok, waini, mayoritas PLTU berukuran 1.000MW. Sangat efisien. Juga lebih bersih polusi.

Kalau Anda lewat tol dari Cirebon ke Semarang, tengoklah ke kiri. Terlihat ada dua PLTU di sisi kiri jalan. Di Batang. Dua unit. Cerobongnya satu. Itu milik grup Adaro. Dua-duanya berukuran 1.000 MW.

Indonesia juga sudah mengumumkan moratorium PLTU. Tidak akan ada izin baru. Yang lama juga lagi dibahas mana yang akan dipensiunkan lebih awal dari usia hidupnya. Misalnya yang di pantai Cirebon itu.

Kenapa Tiongkok membatalkan moratorium itu? Kenapa Tiongkok kembali mengizinkan pembangunan PLTU batu bara besar-besaran –sampai tahun 2027? Kenapa Tiongkok balik-kucing?

Dugaan saya: itu terkait dengan perang dagang dengan Amerika. Akibat perang itu Tiongkok berpikir keras: bagaimana agar pabrik-pabrik di sana bisa lebih efisien. Lalu harga jual produk pabrik-pabrik itu –yang sudah murah itu– bisa lebih murah lagi.

Salah satu caranya adalah: menyediakan energi yang lebih murah. Anda sudah tahu: harga listrik paling murah adalah yang diproduksi dengan bahan bakar batu bara. Yang paling mahal adalah yang diproduksi lewat biomasaenergi terbarukanminyak solar, dan gas.

Memang listrik dari solar cell hanya sedikit lebih mahal daripada batu bara. Tapi solar cell yang tanpa baterai. Begitu pakai baterai bisa dua kali lipat lebih mahal daripada batu bara. Padahal tanpa baterai, solar cell itu justru menyulitkan PLN: solar cell hanya menyediakan listrik siang hari, padahal PLN lebih perlu listrik petang dan malam hari: antara pukul 17.00 sampai 22.00.

Listrik tenaga air dan panas bumi memang murah. Demikian juga nuklir. Tapi investasi pembangunannya jauh lebih tinggi. Juga jauh lebih lama.

Maka Tiongkok memutuskan itu: mengizinkan kembali pembangunan PLTU batu bara. Syaratnya: harus lebih bersih polusi. Lebih bersih 5 sampai 10 persen dari PLTU lama.

Tiongkok tidak peduli dengan kesepakatan dunia untuk mengakhiri penggunaan batu bara. Kalau, misalnya, ada yang menyalahkannya, Tiongkok tinggal bilang: yang salah Amerika. Gara-gara perang dagang, Tiongkok harus lebih efisien.

Tiongkok ingin maju. Ia harus mencari jalan apa pun untuk terus maju. Kepentingan dalam negerinya lebih utama dari kesepakatan di bidang green energy.

Bagaimana dengan kita, Indonesia? Yang kaya batu bara? Akankah kita ikut cara Tiongkok –lebih mementingkan dalam negeri kita? (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 20 April 2025: Mobil Handphone

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

BATERAI MOBIL VS BATERAI HANDPHONE..

Baterai mobil, umumnya menggunakan teknologi lithium-ion yang lebih besar, dirancang untuk menyimpan energi dalam jumlah besar guna mendukung perjalanan jauh.

Sementara itu, baterai handphone juga menggunakan lithium-ion, namun dengan ukuran dan kapasitas yang lebih kecil, cukup untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Dalam perkembangan performa, baterai mobil terus berinovasi dengan adanya teknologi fast charging dan pengembangan daya tahan yang lebih baik, mampu mencapai jarak tempuh ratusan kilometer.

Di sisi lain, baterai handphone berkembang dalam hal efisiensi energi dan pengisian cepat, tetapi seringkali harus diisi ulang setiap hari.

Dari segi keawetan, baterai mobil dapat bertahan selama 8-10 tahun.

Sedangkan baterai handphone umumnya hanya 2-3 tahun sebelum penurunan kinerja yang signifikan.

###

Meskipun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, inovasi terus berkembang untuk memperpanjang masa pakai dan performa optimal.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

POWER BANK UNTUK MOBIL LISTRIK.

Teknologi baterai untuk mobil dan handphone memang berbeda, dan salah satu perbedaannya adalah keberadaan “power bank” untuk handphone.

Saat ini, konsep yang mirip dengan “power bank” untuk mobil listrik sedang dalam tahap pengembangan.

Beberapa solusi yang ada antara lain stasiun pengisian cepat yang dapat mengisi daya mobil dalam waktu singkat, tetapi belum ada produk serupa dengan portabilitas power bank.

Terdapat juga inisiatif untuk menggunakan baterai portabel besar yang dapat diangkut dan digunakan untuk memberi daya pada mobil listrik secara offline, meskipun ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.

Selain itu, ada proyek yang bertujuan menyediakan pengisian daya mobile di area tertentu, seperti pengisian daya di tepi jalan dengan menggunakan truk khusus yang dilengkapi baterai.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan perangkat pengisian daya di transportasi umum, seperti bis, harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Insiden seperti kebakaran akibat pengisian daya yang tidak sesuai dapat terjadi.

Sehingga penting untuk mematuhi peraturan yang ada demi keselamatan semua penumpang.

##

Keamanan dalam inovasi teknologi energi harus tetap jadi prioritas utama.

Rafia Akhya Fajrie

Rame semalam urang babagi incui pas PSU di Banjarbaru, harau nah, saurang kada dapat, padahal malaran batiga nang mancucuk, gagawai an ai batakun lawan Nang mambagi, kanapa kada tamasuk, sakali nya jar alasan sidin, pian ni ulun tahu hari hari mambaca disway julak Dahlan, jadi kami anggap pian ni intiliktual jua kaya nang bakumintar, jadi kada wani kami mambagi kawadah pian jar nya, ubuuuuy,,,, gara gara CHD, parai dapat uncui

Lagarenze 1301

Beda merek, beda kondisi.

Ioniq 5 dengan daya listrik 0 persen di instrument cluster, masih bisa melaju sampai 8 kilometer, tergantung kondisi jalan.

Tapi, pedal gas jadi berat, kecepatan menurun. AC bahkan tidak bisa berfungsi lagi.

BYD yang baru masuk 0 persen tidak sampai sejauh itu saving mode-nya. Paling banter 2 kilometer. Tapi, kinerja tidak menurun. Fitur masih bisa berfungsi. Sampai benar-benar berhenti.

Bagaimana jika baterai 0 persen dan mobil benar-benar sudah tidak bisa bergerak, sedangkan SPKLU masih beberapa kilometer lagi?

Mobil listrik, termasuk BYD, punya fasilitas V2L atau Vehicle to Load.

Colokan ini sering dipakai jadi sumber daya untuk laptop atau ngecas HP atau menyalakan lampu dan nonton TV saat camping.

Dengan fitur V2L, mobil BYD lain bisa jadi pembangkit untuk mengisi baterai mobil yang sudah tidak bisa bergerak tadi.

Cara kerjanya mirip seperti mobil bensin yang akinya soak bisa pakai jumper dari mobil lain.

Tapi, jangan jadi kebiasaan. Mengemudikan mobil listrik sampai daya 0 persen tergolong ugal-ugalan. Mendegradasi baterai.

Nusantara Hijau

Kalau indikator bensin suprabapak saya baru ketip-ketip,itu menunjukkan posisi bensin masih ada satu literan kurang sedikit.

Masih bisa untuk pergi pulang kerja bolak balik dua hari.

Berarti kira-kira masih bisa untuk empat puluh kilometeran.

Tapi kalau dari mulai kunci on sudah kedip-kedilp,harus segera diisi meskipun duit tinggal lima lembar dua ribu an , seperti yang sering di ketik oleh Om Juve Zhang.

Masih dapat seliter di pom bensin.

Di tukang bensin eceran gak boleh beli separo.

Kalau di pom bensin lima ribu masih dilayani.Tapi tidak di pertashop yang minim harus seliter.Atau sepuluh ribu.

Beli bensin setengah liter di pom bensin?

Gak masalah,masih dilayani.

Asal tidak malu dengan antrian di belakang.

Semoga hanya sahaya sahaja yang mengalami peristiwa nelangsa seperti itu.Hiks…hiks…

heru santoso

Kapan itu ada perusuh Mbah Mars yang berkomentar: wartawan tidak punya bahan pun bisa menjadi tulisan. CHD hari ini lebih rusuh dari komentar tersebut. Pak DI menulis tentang experience berkendara mobil listrik tapi kok yang dibahas tentang hematnya energi yang awan sudah tahu sejak kemunculannya lebih satu dekade lalu. Tentu ini lebih telat dari komentar saya tentang Moyo yang dianggap telat dulu itu.

Rumus mengukur hematnya energi berkendara adalah jarak tempuh per satuan energi terpakai. Ini yang digunakan sebagai bahasa awam di Indonesia (Mobil BBM= km/liter). Di dunia internasional menggunakan rumus: konsumsi energi terpakai per 100km jarak tempuh (BBM liter/100km)

Waini yang paling rusuh dari tulisan hari ini: satuan persen digunakan untuk mengukur energi terpakai. Anda tahu maksudnya pak DI pilih bahasa sederhananya. Tapi coba pahami 100 persen Denza kapasitas energinya 103.3 kWh. Mobil saya Cloud EV 50.6 kWh. Maka “persen” tidak bisa dijadikan bahasa pembanding yang berlaku awam/general.

Mestinya Pak DI menulis berapa kWh energi terpakai untuk jarak Surabaya Pacet. Atau kalau mau evaluasi cara mengemudi hemat, tinggal lihat live grafik energi di dasboard.  Mungkin ditampilan menu dasboard Denza waktu itu yang kelihatan % energi tersimpan. Padahal sangat banyak yang bisa ditampilkan di layar dasboard itu. Data apapun ada kalau mau klik sub-menunya. Termasuk untuk setting auto drive. Nah ini kalau mau bahas experience berkendara mobil listrik: teknologi otomasinya

Lagarenze 1301

Dirut PLN Darmawan Prasodjo beberapa hari lalu menguak potensi penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan.

Lebih murah dibanding menggunakan BBM dan bersaing dengan listrik.

Hitung-hitungannya, mobil Toyota Innova yang menggunakan BBM biayanya Rp 1.300 per kilometer.

Mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) biayanya Rp 550 per kilometer. Kalau menggunakan home charging Rp 300 per kilometer (disubsidi).

Nah, mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) biayanya Rp 550 per kilometer.

Itu kalau hidrogennya dari PLN.

Kok bisa PLN menyediakan hidrogen untuk bahan bakar mobil?

Hidrogen itu excess supply dari sejumlah pembangkit listrik.

Umumnya, hidrogen yang berasal dari pembangkit listrik digunakan kembali sebagai pendingin.

Produksi hidrogen sekitar 200 ton, yang dipakai untuk pendingin 75 ton. Ada kelebihan suplai 125 ton. Jika tidak dimanfaatkan, hidrogen itu dibuang ke udara.

Toyota satu di antara produsen otomotif yang sedang mengembangkan mobil FCEV. Yang sudah meluncur: Toyota Mirai.

Kapasitas tangki hidrogennya 5,65 kg. Jarak tempuhnya bisa sampai 650 kilometer.

Masalahnya, di mana bisa ngisi hidrogen?

PLN sudah memulai dengan menyediakan Hydrogen Refueling Station (HRS) di Senayan. Sejak Februari lalu.

Mungkin kelak pengusaha SPBU akan menyesuaikan konsep bisnis dengan menyediakan pula bahan bakar hidrogen.

Tom Rusdi

Abah sekarang sering pakai kata waini. Setahu saya itu kata dari pak Mirza. Sudah bayar royalti belum? Atau minimal kirim parcel lah..ucapan terimakasih haha.

Wabackupas

ketika beli wuling airev, sales wuling info demi keawetan dan ketahanan si baterai, usahakan pemakaian minimal di 30% sudah harus dicharge. kalau lebih dari seminggu tidak dipakai juga usahakan dicharge sebentar supaya ada sirkulasi daya, dan satu lagi, minimal dalam 3 minggu baterai dicharge sampai full 100%.

saya tidak tahu gimana dengan baterai denza

Kang Sabarikhlas

Loh ya…?..

Sungguh disayangkan dan kecewa deh..saya, duh.

Daripadanya sendirian, Abah kan bisa ajak saya, murah meriah, cukup bawa sekeranjang durian.

Untuk tes moblis ndak perlu kuatir ada saya yang siap 86.

Ngapain cuma bawah kaki gunung penanggungan, sekalian aja moblis di tes Pacet ke Batu lewat Cangar.

Ndak usah takut lewat tanjakan Sendi, saya siap disamping Abah.

Pokoknya Abah tinggal teriak :..

“…To, ganjel..tooo..”

…………

Anu…saya ndak berani ngarang cerita panjang², takut nanti dimarahi Mbah Mars biasanya lucu hari ini agak sewot… ❤️☕

MZ.ARIFIN UMAR ZAIN.

MNB. Apa ada mobil, motor yg tak pakai listrik?

Pembakaran bensin kan pakai listrik. Accu kan untuk nyimpan arus listrik.

Menstarter otomatis kan pakai accu sumber listrik nya.

Menstarter dg kaki kan agar hasilkan listrik.

Nama nya mesti nya: mobil non bbm, MNB, bukan moblis

Gianto Kwee

Tutorial(?) Nyetir mobil listrik di CHDI baik dan bagus, ternyata bisa di praktek kan di kehidupan rumah tangga agar “Energi” Tidak cepat habis, sebagai tambahan ada pesan dari “Tetangga sebelah” harus “Gas Pol ” Kalau hampir sampai, Salam Damai

Juve Zhang

Tahun 70 an Tiongkok miskin dan melarat…. mereka tidak tahu kemajuan Indonesia…..Honda mini… Toyota Corolla Datsun 120Y sudah lalu lalang…. Tiongkok itu miskin sekali kata menteri Moerdani…. beliau betul 100%….saya masih bocah baca kompas itu ingat betul…. ketika sudah kerja main ke Tiongkok memang masih miskin….. keliling 1,5 Bulan…. kemiskinan yg parah….. Indonesia bangga jauh lebih Kaya Raya….. Sekarang ketika buat mobil listrik di Tiongkok hanya 2 menit per unit dan ada 100 Merk mobil…. Indonesia masih belum bisa buat… satu pun…..oh mya Ghost….ini level kebodohan t sudah masuk levelnya bahaya…..bangsa mau rudal ecek ecek pun beli ke negara biasa saja….gak masuk hitungan pak Habibie. …CASA spanyol masuk level kita …..sekarang alamak….tukang kebab pun lebih pandai…..oh my Ghosh…. degradasi kecerdasan jelas dan nyata …. Esemka dari beli di Tiongkok bisa dibuat ngibulin rakyat ratusan juta….oh my Ghosh….semua ketawa baca tulisan pak Bos….menelanjangi Prank ala Esemka….ha ha ha ha …..rasanya pak Habibie merasa ikut bodoh di Prank Esemka…..ketika Prank dan Prank saling sambung maka negara jadi ketawaan rakyat sendiri…..oh my Ghosh…..

Fiona Handoko

Selamat siang bp agus, bp ks.

Biaya per km mobil listrik rp 250. Itu tidak memperhitungkan biaya ganti baterai. Yg diperkirakan usia pakainya 200 ribu km. Dimana harga baterai mob lis mencapai 50% dari harga mobilnya.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

BIAYA OP KENDARAAN PER KILOMETER..

Estimasi biaya perjalanan per kilometer:

1). Pertalite:

Harga Pertalite: sekitar Rp10.000 per liter.

Rata-rata konsumsi kendaraan: 10 km/liter.

Biaya per kilometer: Rp10.000 / 10 km = Rp1.000 per km.

2). Pertamax:

Harga Pertamax: sekitar Rp12.000 per liter.

Rata-rata konsumsi kendaraan: 10 km/liter.

Biaya per kilometer: Rp12.000 / 10 km = Rp1.200 per km.

3). Pertamax Turbo:

Harga Pertamax Turbo: sekitar Rp14.000 per liter.

Rata-rata konsumsi kendaraan: 10 km/liter.

Biaya per kilometer: Rp14.000 / 10 km = Rp1.400 per km.

4). Bio Solar:

Harga Bio Solar: sekitar Rp6 800 per liter.

Rata-rata konsumsi kendaraan: 8 km/liter.

Biaya per kilometer: Rp8.000 / 8 km = Rp 800 per km (dibulatkan).

5). Mobil Listrik:

Rata-rata biaya per kWh: sekitar Rp1.500.

Rata-rata konsumsi mobil listrik: 6 km/kWh.

Biaya per kilometer: Rp1.500 / 6 km = Rp250 per km.

6). Mobil Gas (CNG/LPG):

Harga gas: sekitar Rp6.000 per liter.

Rata-rata konsumsi kendaraan: 8 km/liter.

Biaya per kilometer: Rp6.000 / 8 km = Rp750 per km.

###

Ini angka estimasi ya..

heru santoso

CHD hari ini tulisan paling rusuh. Cerita sana sini semacam catatan perjalanan yang ditulis waktu SMP kelas 2.  Kalau Jeffrey D Sachs diminta bermentar untuk CHD hari ini,  mungkin akan sama dengan komentarnya untuk DT: he is a student.

Emang Pak DI kali ini cuma mau paner bahwa punya  Denza baru. Tuker tambah dg M6 yang sebenarnya emang produk lawasnya BYD itu. Terobsesi kalau mejeng dengan Denza, maka akan jadi jagoan neon dan Mak Mak muda datang berkerumun ……seperti ilustrasi itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button