Petir Joao

INDOPOSCO.ID – Petir di musim kemarau. Itulah petir yang dibuat Joao Angelo De Sousa Mota. Anda sudah tahu: Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara itu tiba-tiba meletakkan jabatan.
Alasan Joao-lah yang seperti petir: Direksi PT Danantara dianggap terlalu lambat, berbelit, birokratis, dan segala macam mirip itu.
Sudah enam bulan Joao menunggu keputusan Danantara. Sudah tiga studi kelayakan dimajukan. Tidak ada keputusan. Joao tegas: mengundurkan diri. Terhitung hari itu juga: 11 Agustus 2025.
Tanpa putusan Danantara, direksi PT Agrinas Pangan memang tidak bisa bergerak. Danantara adalah induk perusahaan semua BUMN. PT Agrinas Pangan adalah anak perusahaan baru Danantara. Nama lamanya: PT Yodya Karya, bergerak di bidang konsultan teknik.
“Apakah sikap tegas Anda itu karena Anda lebih banyak dididik di Barat?” tanya saya padanya kemarin petang.
“Saya selalu diajar orang tua agar setiap sikap harus menggambarkan iman. Melayani sesama sebagai bentuk kasih Tuhan yang hidup,” jawabnya.
Joao lahir di Dili, Timor Timur. Ia keturunan Portugis campur Timor. “Bapak saya 50 persen Portugis, 25 persen Angola, 25 persen Timor,” kata Joao. Ibunya, 50 persen Portugis, 50 persen Timor.
Berdasar iman Katoliknya Joao merasa malu: sudah enam bulan menjabat Dirut PT Agrinas Pangan belum bisa menyumbangkan apa pun untuk bangsa dan negara. Padahal ia tahu soal pangan adalah prioritas tertinggi program Presiden Prabowo Subianto.
Joao membayangkan soal pangan harus cepat ditangani. Gerak cepat. Atau dalam istilah komisaris PT Agrinas, Ida Bagus Purwalaksana, perubahan dari Yodya Karya ke Agrinas Pangan Nusantara bukan hanya perubahan nama. Itu sekaligus merupakan simbol perubahan sikap dan cara berpikir.
Nyatanya: sama saja.
“Setelah meletakkan jabatan Anda mau ke mana?” tanya saya.
“Saya tetap bergerak di bidang pertanian dan konstruksi,” ujar Joao. “Saya ada lahan pertanian kering di NTT,” tambahnya.
Selama ini Joao memang menjadi aktivis gerakan pertanian baru. Fokusnya di kabupaten Timor Tengah Utara. Anda sudah tahu TTU: itu kabupaten yang amat miskin di NTT.
Gerakan pertanian yang ia pelopori adalah “Petani Merdeka“: Tani Nusantara. Lewat Timor Farm.
Ciri khasnya: membebaskan petani dari pupuk buatan pabrik dan bebas dari pestisida kimia. Petani harus membuat pupuk sendiri. Juga pestisida sendiri. Semua bahan bakunya harus dari daerah setempat.
Ketergantungan petani pada pupuk-kimia membuat petani tidak merdeka. Harga pupuk kian mahal. Pasokannya sering tidak lancar. Pupuk belum tentu tersedia tepat di saat diperlukan petani.
Untuk pupuk, Joao menekankan perlunya tanaman punya banyak akar. Untuk itu ia ciptakan mikoriza. Kentang rebus dicampur banyak cacahan batang dan buah. Lalu difermentasi selama dua minggu. Kalau air di dalam drum sudah berbuih pertanda mikrobanya sudah berkembang.
Cairan mikroba mikoriza itu lantas disemprotkan di lahan yang sudah diolah –siap untuk ditanami.
Sedang pestisidanya terbuat dari campuran buah maja, air dan minyak goreng. Dicampur jadi satu. Jadi cairan. Disemprotkan ke tanaman.
Di TTU Joao punya pasukan bersepeda motor. Sebanyak 12 orang. Motornya trail. Mereka adalah penyuluh pertanian. Berseragam. Ada logo Gerindra di dadanya.
Mereka itu keliling ke desa-desa. Agar prinsip Tani Merdeka bisa berjalan di TTU.
Mereka tidak hanya menanam padi. Ada juga holtikultura: timun, kacang panjang, bawang merah, dan seterusnya.
Joao kenal Prabowo Subianto sejak dari orang tuanya. Sejak tahun 1976. Di Dili. “Hubungan kami dengan Pak Prabowo tetap terjaga sampai sekarang,” ujar Joao.
Nama “Joao” adalah khas bahasa Portugis. Wanitanya disebut “Joana”. Di Inggris “Joao” disebut “John”. Artinya “Yang diberkati Tuhan Jesus”. Sedang nama kedua Joao, “Angelo” kelihatannya untuk mengabadikan 25 persen darah Angola bapaknya.
Dengan latar belakang Joao seperti itu saya sulit membayangkan bagaimana Danantara harus bersikap. Ini benar-benar petir. Bagaimana kalau, misalnya, Presiden Prabowo mendengar pengunduran diri Joao ini.
Pastilah Joao tergolong orang yang sudah “berkeringat”. Bukan lagi hanya berkeringat. Joao adalah simbul gerakan di bidang pertanian baru.
Joao sendiri menamatkan SMA di Jakarta: SMA Ignatius Slamet Riyadi. Lulus tahun 1990. Lalu kuliah di Unas Jakarta. Belum selesai pindah ke Norwich, Amerika Serikat. Lalu ke UNAM Mexico. “Tidak ada yang saya selesaikan,” kata Joao.
Kelihatannya keputusan yang diambil Joao ini sederhana: mengundurkan diri.
Tapi alasan yang menyebabkannya itu yang mencerminkan bahwa perubahan di Indonesia tidaklah sederhana.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 12 Agustus 2025: Tanpa Pilwali
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
PENYEBAB TINGGINYA PEMBUNUHAN DI WASHINGTON, D.C. Meski turun dari 897 kasus (2023) menjadi sekitar 450-an (2024), angka pembunuhan di Washington, D.C. tetap tinggi. Separuh pelakunya remaja. Penyebabnya bersifat multi-faktor: 1). Ketimpangan ekonomi. Beberapa wilayah D.C. mengalami kesenjangan pendapatan dan minim akses pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan, memicu kriminalitas. 2). Kultur senjata api. Akses senjata relatif mudah, bahkan bagi remaja secara ilegal, membuat konflik kecil berujung fatal. 3). Geng dan kriminal jalanan. Perseteruan antar-geng masih marak, dengan remaja sering menjadi pelaku atau korban. 4). Masalah keluarga. Banyak pelaku muda berasal dari rumah tangga tidak stabil—orang tua tunggal, kekerasan domestik, atau tanpa figur pengasuh memadai. 5). Keterbatasan polisi. Hubungan polisi dan komunitas kurang harmonis, membuat kerja sama warga serta deteksi dini tindak kriminal tidak optimal. ### Masalah pembunuhan di D.C. bukan semata kelemahan aparat, melainkan kombinasi faktor sosial, ekonomi, budaya senjata, dan keluarga. Ssmuanya saling berkait dan saling memperkuat.
hanya yotup
Sama seperti anda, saya pun penggemar Jawa Pos. Dari dulu. Sejak masih remaja. Usia saat itu sekitar SMP-STM. Jaman itu, koran sekelas Jawa Pos termasuk barang agak mahal. Disebut “agak”, karena walaupun bisa terbeli, tetapi itu berarti mengorbankan uang jajan. Bisa tidak makan siang kalo harus beli koran. Sekolah saya di daerah Turen, Malang. Hanya selemparan batu dari pabrik amunisi Pindad. Kala itu, masih ada kotak kaca yang diisi pajangan koran pagi. Itulah menu wajib selain sarapan. Sumber informasinya kaum duafa. Seperti saya. Selain TVRI. Para pembaca dengan khidmatnya berjejer disitu. Tentu, saya akan baca dulu halaman satu. Lihat pojok bawah: Catatan DI. Kalo sudah baca rubrik itu, pikiran serasa lega. Seperti momen selesai BAB. Bertahun berlalu, entah bagaimana nasib kotak kaca itu sekarang.
Hendri Ma’ruf
Komentar 2 (ttg Perusuh Disway): Seru, menyenangkan, dan turut bahagia membaca komentar² dari Agus Suryonegoro III, Kujang Amburadul, Hasyim Muhammad Abul Haq, Imau Compo, Sadewa 19, djokoLodang, Mbah Mars, Tivibox, Muh Nursalim, Bahtiar HS, pak tani, Taufik Hidayat, Lost Boy, Istianul muflihah. Banyak ide² mereka yg saya sukai atau dukung (misalnya ga perlu bikin organisasi perusuh disway).Sehat selalu buat teman² ya.
Sadewa 19
Quote nya udah ganti: Cinta jangan bertepuk sebelah tangan, nanti jadi pemerasan..
Lagarenze 1301
Duluuu, Minggu pagi saya sering ke Taman Alun-Alun Bandung. Melihat orang-orang beraktivitas di lapangan sebelah Masjid Raya. Sembari makan gemblung. Duluuu, Alun-Alun masih rapi dan bersih. Beberapa hari lalu, Alun-Alun ditutup untuk penataan ulang. Kabarnya sampai November 2025. Duluuu, dari Jalan Asia Afrika menuju Alun-Alun, ada tunnel dengan dinding yang bertuliskan quote yang menarik. Saya masih sempat berfoto dengan quotes ini: “Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi” – Pidi Baiq. Di waktu yang lain, quotes itu sudah berganti. “Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum” – MAW Brouwer. Entah sekarang apakah masih ada quotes yang sama atau sudah berganti, atau malah sudah hilang sama sekali. Yang pasti tidak hilang, rupanya, hantu gentayangan di trotoar Jalan Asia Afrika.
Bahtiar HS
Selain sampah berserakan, saya agak kaget waktu kemarin jalan2 di hari Sabtu pagi dan saat naik Bandros menjelang sore. Ternyata di Bandung hantu-hantu segala rupa bergentayangan juga di waktu siang. Gak takut sama sinar matahari. Malah ngajak2 selfie hihihihi. Bahkan salah satu di antaranya, yang gendong bayi berdarah2 minta pertanggungjawaban sama Pak Hasyim, salah seorang Perusuh Disway hahaha. Entah bagaimana beliau bisa menyelesaikan masalah kemarin itu. Jangan-jangan sepakat sama2 mau test DNA, seperti siapa itu yg viral di koran. :))
dabudiarto71
BANDUNG Relevan dgn yg dibahas grup wa perusuh #4 kemarin ini soal kota Bandung yg terkesan tdk terurus, kumuh. Trotoar yg kotor dan rusak menjadi atensi teman2 perusuh kemarin. Malu saya sbg warga Bandung, yg bersih cuma jl.Dago, jl.Riau, dan Asia Afrika saja. Itupun hanya nilai 7, bukan 9, apalagi 10. Ada perusuh yg tanya, bagaimana kinerja Kang Farhan walkot sekarang. Ah sami mawon, belum ada dampak signifikan yg dirasakan warga. Saya setuju Kang Yana YanProLand bhw walkot Kang Emil msh yg terbaik menata kota. Walau banyak yg kualitas karyanya buruk dan tidak awet. Asal tahu saja, Kota Bandung msh Darurat Sampah yg belum tuntas lebih dr 1 tahun terakhir. Farhan msh harus kerja keras. Mumpung masih muda. Mumpung masih bulan madu.
Lagarenze 1301
Santai Sejenak 1. Trump terbang dengan helikopter di atas Washington DC. Sembari menunjuk ke bawah, ia berkata dengan bangga kepada Melania, “Lihat, ada sejuta penggemar berkumpul di jalan, mereka melambaikan tangan kepadaku.” Melania menggeleng. “Tidak, Donald. Bukan sejuta, itu lima juta. Tapi, perhatikan baik-baik, mereka masing-masing hanya melambaikan satu jari.” ======= Santai Sejenak 2. Keluarga Trump naik helikopter di atas Washington DC. Trump memandang ke bawah bawah dan galau melihat tempat kumuh dan banyak gelandangan. Ia mengulurkan tangan ke Melania dan berkata, “Berikan 10 lembar uang 100 dolar, aku akan melemparkannya ke bawah dan itu akan membuat warga DC bahagia.” Melania berkata, “Oh, Sayang, kenapa tidak melempar 100 lembar uang 10 dolar dan membuat 100 warga DC bahagia?” Ivanka, putri Trump, menimpali, “Ayah, lebih baik lagi kalau melempar 1.000 lembar uang 1 dolar ke luar jendela dan itu akan membuat 1.000 warga DC bahagia.” Pilot melirik Melania dan Ivanka lalu nyelutuk, “Mengapa kalian tidak melemparkannya keluar? Itu akan membuat seluruh dunia bahagia.”
Tivibox
Ibu Kota Seperti sebutannya, ibu kota itu harusnya memang dipimpin oleh seorang wanita. Seorang wanita–sesuai kodratnya– kalau mengerjakan sesuatu tidak akan luput dari sentuhan yang lembut, bersih, teliti dan penuh kasih sayang tapi tetap tegas. Seperti seorang ibu. Bila sebuah kota dikelola dengan sentuhan seorang ibu, maka akan menjadi sebuah tempat yang teratur dan nyaman, senyaman di rumah kita.
Bruce Wijaya
sudahlha kita jujur saja ….Trump dan amerika malu lihat kota2nya tertinggal jauh sama kota2 di china saat ini , bukan hanya kota besar di china saja tapi di kota2 lainnya china sudah sangat maju , soal kebersihan , infrastruktur , gelandangan , kejahatan , modern ? china sudah top semua ….coba silahkan tanya yang sudah jalan2 ke china
Everyday Mandarin (Study in Taiwan & China)
Untung petugas kebersihan JP waktu itu ga plesiran ke China dan melihat toilet umumnya. Maka dia akan menyimpulkan, “Ternyata saya bekerja terlalu keras di toilet JP”.
maen Yokx
selamat pagi abah, salam kenal, saya pembaca DISWAY sejak zaman covid, lalu sempat kelewat beberapa bulan karena kalau ga salah dulu harus login dulu untuk sekedar membaca catatan Abah, dan setelah sekian Purnami, akhirnya lanjut baca lagi sampai hari ini, dan ini komentar pertama saya di CDI, semoga saya tidak hanya bisa membaca, tapi bisa menulis, hewhewhew
Hasyim Muhammad Abdul Haq
Trump itu selalu terkesan ingin semua yang diinginkan itu terwujud. Maklum orang super-kaya. Terbiasa semua hal bisa dia beli. Termasuk akhirnya “membeli” kekuasaan. Makanya saya selalu bilang bahwa simbol kesuksesan laki-laki itu sebenarnya bukan harta, tahta dan wanita, tapi hanyalah: HARTA. Wanita dan tahta itu bisa “dibeli” saat sudah punya banyak harta. Anda punya tahta saja atau wanita saja, belum tentu bisa dapat harta. Tapi kalau Anda punya harta, Anda bisa mendapatkan tahta dan wanita sekaligus. Ayo, kerja keras…
Muh Nursalim
Ndarurat menikah. SOS. tahun 2019 angka pernikahan se Indonesia masih di atas dua juta. tahun 20 menurun dan terus menurun. terakhir tahun 2024 tinggal 1.487.000. pasang. Jangka lima tahun penurunan jumlah orang nikah mencapai setengah juta lebih. Ini aneh. Padahal menurut BPS jumlah penduduk usia nikah antara 20-35 mencapai 63 juta. Bila diasumsikan laki perempuan seimbang berarti ada 31,5 juta pasang. Tapi yang menikah hanya segitu. hanya 2,1 persen. Terus yang lain pada kemana. Ini kelihatan sepele tetapi sangat serius bagi keberlangsungan Indonesia. Para pemuda pada takut nikah. dan ditambah lagi yang sudah menikah pada takut punya anak. Fenomena Child Free merebak. Padahal menikha itu gratis. jika mau datang ke kantor. yang mahal itu pestanya. tapi kan menikah tidak harus berpesta seperti tetangga.
heru santoso
Saya hampir selalu jalankaki atau laripagi di trotoarnya jika bepergian ke suatu kota. Pun di Bandung ini, terbersit nyaman dan indahnya trotoar jalan Asia Afrika sebagai ikon kota. Namun Bandung ini sebuah paradox management kota. Coba Anda bergeser selemparan batu menhir, ke jalan Cibadak yang heritage itu. Kanan kiri deretan pertokoan dengan bangunan yg unik. Aspal jalan sudah diganti batu paving, mestinya sip utk pejalan kaki. Tiang lampu hias jalan yang cantik berderet rapat. Tapi paradox: suasana heritage itu rusuh. Disana-sini sepanjang kiri jalan itu dijejali tenda-tenda kumuh. Kanan jalan semrawut parkiran motor dan mobil. Jalan fungsional tinggal satu lajur sempit. Hampir tidak lagi tersisa ruang untuk pejalan kaki. Kemarin saya juga laripagi seputaran jalan Cicendo, Pajajaran, Cokroaminoto…..masih di pusat kota. Jadi pengalaman menikmati jalan paling tidak nikmat …. Design trotoar nya banyak yang tidak layak untuk pejalan kaki (sekedar asal ada). Fungsi perawatan yang tidak dijalankan. Banyak lobang sana sini, kerusakan tak bertuan. Sampah bertumpuk menunggu sang penjemputan yang entah kapan datang. Saya tidak mengerti mengapa Bandung komplit mis-managent kotanya. Atau menunggu paman Donald Trump ikut pilkada?
Fajar Priokusumo
Mr President, kalau walikota DC dianggap gak bisa sejalan, bikin IKN baru saja….
Jokosp Sp
Kalau saya jadi Trump saya juga akan marah kalau kondisi kotanya kumuh. Kumuh yang disebabkan oleh para gelandangan dan sampah. Artinya daerah itu sudah hilang ke_beradaban_nya. Rusak juga sosio ekonominya. Lama-lama rusak juga hukumnya. Dan akhurnya premanisme yang akan menguasainya. Siapa yang kuat dan berani itulah yang jadi pemenangnya. Tapi kalau Trump marah, kenapa yang di sini tidak marah-marah juga melihat angka pengangguran terus bertambah. Hukumnya juga sudah dikoyak-koyak hanya untuk kepentingan penguasa dan para oligarkinya. Loh kok bisa?. Apakah mereka itu bagian yang menikmati hasil dari kekacauan ekonomi dan hukum itu?.
Er Gham 2
Banyak kota yang masih adopsi struktur tata kota ala zaman Kompeni. Ada alun alun di pusat kota, yang berfungi sebagai lapangan utama. Di sekeliling nya, selalu ada bangunan berupa kantor walikota atau bupati, pasar, tempat ibadah utama, dan gedung rakyat atau gedung DPRD, gedung pengadilan, kantor keamanan yang sekarang biasanya jadi kantor KODIM, dan kantor polisi. Sebenarnya masih ada satu lagi, yaitu gedung penjara. Alun alun dulu dipakai untuk mengumpulkan massa. Buat kasih pengumuman tertentu, karena belum ada medsos. Juga buat gantung orang.
Liam Then
Pembangunan kota, bukan hanya bangun fisiknya tapi juga bangun kehidupan masyarakat didalamnya. Tapi jika dirunut, kualitas kehidupan masyarakat di perkotaan sangat tergantung pada infrastruktur didalam kota tersebut. Jadi untuk bangun kehidupan masyarakat kota yang berkualitas, tak boleh tidak, harus mulai dari infrastruktur dahulu. Mulai dari infrastruktur berkualitas, barulah kualitas hidup masyarakat perkotaan bisa membaik. Meskipun begitu, yang lebih penting untuk dipikirkan oleh seorang Walikota, adalah bagaimana pembangunan infrastruktur bisa rata dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kota. Sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Jakarta misalnya, jalan dan tol dalam kota terbangun, kawasan bisnis CBD resik rapi. Tapi belok masuk sedikit ndak berapa jauh, bisa langsung ketemu kampung-kampung kumuh. Banyak anggaran kota Jakarta, tidak ditujukan untuk pengentasan hidup jutaan masyarakat yang ada di kelas menengah bawah. Di Jakarta saya pernah nampak lihat, tepian laut yang harusnya jadi milik publik, karena pemerintah Jakarta tak mampu kelola, masyakarat harus bayar tiket sangat mahal sekadar untuk menikmati pantai. Saya tak mengerti kenapa ini dibiarkan terjadi. Oklah, anggap ini untuk dukung investasi, lagipula 72% Ancol kabarnya dimiliki oleh Pemda Jakarta. Tapi,puluhan tahun narik tiket masuk ke pantai, untungnya masak tak bisa salurkan sebagian kecil untuk perlahan-lahan bangun pantai publik free ongkos yang baik untuk warga Jakarta?
Thamrin Dahlan YPTD
Kota bersih atau kotor tergantung bandingannya. Perusuh ketika di fasilitasi naik Bandros wisata keliling kota Bandung sepakat kebersihan nya kalah dengan kota Jakarta. Objektif atau subjektif penilaian seseorang merupakan hak asasi. Bersebab hal itu perihal perilaku, tabiat, perangai Donald Trump maka anda jangan emosi. Pakai rumus Anomali sajalah guna mendamaikan hati. Toh seseorang itu ada masa nya. Ntar juga diganti tergantung jumlah warga yang berdoa. Analog untuk disini pun disana. Abah di depan perusuh menampilkan atau menjawab pertanyaan tipe out of the box. Terutama untuk pertanyaan : Apakah Abah pernah jatuh cinta (lagi) setelah menikah Salamsalaman Salamsalaman
Bahtiar HS
Jelek2 begini (tp kata istri saya paling ganteng sedunia wkwkw) sy dulu ranking satu se kab Ponorogo danemnya. Tp begitu masuk ke level Jawa Timur, masuk ITS, saya termasuk kelompok rata-rata. Yang lebih jenius dan pinter dari saya jauh lebih banyak. Pas berhasil menulis di media pesantren, kayaknya kita dah merasa gmn gitu. Dikenal di banyak orang. Tp begitu ke level nasional, masuk ke komunitas perusuh Disway, atau ke teman2 penulis nasional, rasanya tidak ada apa-apanya. Demikian juga dengan strata akademik. Ada S1, S2, S3. Ada yang profesor — kayaknya kemarin ada yang ditulis Prof di baliho tempat Senam DI di Kota di Atas Awan. Ya asal ijazahnya asli dan bisa dibuktikan. Eh? Demikianlah. Pelajaran yg bs dipetik dari CHDI kali ini, salah satunya: jangan jadi JAGO KANDANG. Krn msh ada langit di atas langit. Msh ada dan banyak yg lebih besar dari kita. Agar kita tidak terburu2 sombong. Lalu menganggap yang lain kecil.
Johannes Kitono
Fatma BYD Turun dari Whoosh di Halim. Dua lansia perusuh cari taxi pulang kerumah. Pilihannya BB atau Grab. Dasar sedang rezeki. Supir Grabnya bernama Fatma asal Padang. Single parent usia 47 th. Punya anak bernama Mega yang baru lulus TI di Undip. Fatma yang cantik dan langsing sudah 2 tahun jadi driver Grab. Sambil nyambi jadi guru senam. Pernah jadi asisten Berti Tilarso yang beken di RCTI. Fatma alumni ASMI bangga anaknya sudah lulus S1 Teknik Industri Undip dan magang di Law Firm. Menurut driver cantik itu secara ekonomis BYD lebih menguntungkan driver. Harga BYD M6 sekitar Rp 400 juta. Setiap hari dapat income Rp.1,2 juta. Setelah potong cicilan mobil dan wajib stor Rp.3 ribu. Masih bisa bawa pulang Rp.500 ribu. Dan Fatma tidak pernah terima bansos. Dibanding dengan mobil bensin hanya tersisa 200 – 300 ribu. Waktu kerjanya sama. Mobil bensin kerja keras. BYD M6 kerja Smart. Biaya Halim – Bima tambah toll hanya Rp.114 ribu pakai Qris. Sisa perjalanan Bima- Semanah dilanjutkan bro Gianto. Entah langsung pulang atau ngopi dulu di rest area. Sambil diskusi senam Disway atau AW. Fatwa yang tangguh memberikan inspirasi. Kalau sudah terkumpul cukup modal. Punya cita cita buka Restoran Padang. Hebat Fatma ibunya Mega. Semoga segera punya Franchise Resto Padang Mega. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.