Disway

Kapal Prabowo

INDOPOSCO.ID – Sungguh sempit ruang gerak Presiden Prabowo Subianto –di bidang ekonomi. Keinginan besarnya untuk memakmurkan negeri ini terserimpet kenyataan: utang negara sudah terlalu besar, ekonomi dunia menurun, kemampuan APBN kian terbatas, swasta lagi lesu, dan Anda bisa tambahkan apa lagi.

Kenyataan lain: pro-oligarki di masa lalu ternyata tidak membawa pertumbuhan ekonomi yang spektakuler. Tetap saja di sekitar 5 persen –meski itu sudah tergolong tinggi dibanding negara lain.

Sedih. Selama 10 tahun terakhir GDP per kapita kita ternyata berhenti di angka USD 5.000. Bahkan mundur jadi sekitar USD 4.500. Padahal untuk tidak masuk dalam jebakan pendapatan ”yang itu” tahun ini harusnya GDP per kapita kita sudah harus USD12.000.

Berita Terkait

Terlihat jelas Presiden Prabowo ingin mengubah jalan ekonomi kita. Yang lama terbukti kurang hebat. Ekonomi terlihat akan dibumikan ke bawah.

Misalnya lewat program Koperasi Merah Putih. Juga lewat disitanya kebun-kebun sawit milik perusahaan besar yang dianggap melanggar aturan. Lewat MBG.

Arah ekonomi terasa akan dibelokkan. Terpikir oleh saya apakah tepat membelokkan kapal di tengah cuaca seperti sekarang ini. Ekonomi kan lagi kena cuaca buruk.

Atau, jangan-jangan justru timing-nya sedang tepat: di saat cuaca jelek sekalian dimanfaatkan untuk banting stir.

Ketika masih aktif mengurus perusahaan dulu saya selalu pilih yang kedua: memanfaatkan situasi sulit untuk berubah. Itu lebih gampang untuk meyakinkan stakeholder. Punya alasan mengapa harus berubah.

Tapi sebuah perusahaan ibaratnya ”kapal” kecil. Indonesia adalah kapal yang sangat besar. Kapal besar sulit diajak belok mendadak. Kalau memang harus belok, tim kaptennya harus trengginas. Termasuk dalam menghitung risiko.

Dalam situasi sekarang ini risiko terbesar akan datang dari oligarki. Bukan dari rakyat. Oligarki bisa merasa terancam. Mereka bisa patah hati. Ekonomi bisa lebih lesu. Setidaknya untuk sementara.

Tentu akan ada masa oleng. Mual. Mabuk. Tapi tidak lama. Hanya selama masa transisi.

Maka kendali selama masa transisi sangatlah krusial. Tidak boleh meleng sekejap pun. Terutama bagaimana membuat lapisan oligarki tidak sakit hati.

Utamanya lagi: tetap memberikan harapan bahwa masa depan mereka akan baik-baik saja. Bahkan lebih baik lagi. Lebih kokoh –karena ekonomi di bawah lebih hidup.

Salah satu misal: kebun sawit yang disita itu. Segera bagikan kepada rakyat setempat. Masing-masing dua hektare. Atau bagikan kepada koperasi Merah Putih di sekian desa sekitar.

Tapi biarlah dalam 10 tahun ke depan tetap dikelola perusahaan lama. Bagi hasil. Agar kinerja kebun sawit tidak merosot.

Kalau langsung dibagikan –pun bila diambil BUMN– akan bisa membuat kapal oleng.

Tentu ada ide lain. Saya tahu: tim kecil di lingkungan Menteri Agraria KH Nusron Wahid sedang menggodog ide itu. Yakni sebagian kebun sawit sitaan tersebut dibagikan ke lembaga-lembaga pendidikan di pedesaan. Khususnya kepada yayasan pendidikan yang punya badan wakaf. Diberikan ke badan wakafnya. Bukan ke yayasannya.

Memang, jangan diberikan ke yayasan pendidikan yang tidak punya badan wakaf. Ini sekaligus untuk mendorong lembaga-lembaga pendidikan di bawah yayasan agar berlomba mendirikan badan wakaf.

Yayasan biasanya dimiliki sekelompok keluarga. Aset milik yayasan sepenuhnya dikuasai pengurus yayasan. Beda dengan badan wakaf. Aset badan wakaf tidak bisa dijual, dibagi, diwariskan. Aset badan wakaf harus tetap menjadi milik badan wakaf yang manfaatnya untuk lembaga pendidikan.

Memberikan aset ke badan wakaf pendidikan sekaligus bisa memajukan kualitas pendidikan kita di lapisan bawah.

Pembagian ke badan wakaf pun sama: 10 tahun pertama kebun sawit tetap harus dikelola perusahaan pemilik aslinya.

Yayasan berbadan wakaf hanya salah satu syarat. Harus ada syarat lain: lembaga pendidikan itu –pun bila itu pesantren– harus lebih banyak membuka jurusan matematika-fisika-kimia-bahasa Inggris-ilmu komputer.

Ini akan bisa mengubah lapisan rakyat di bawah menuju kemajuan nyata di masa depan.

Saya pernah minta ke direksi satu PTPN untuk mengkaji satu perubahan drastis di PTPN. Yakni agar PTPN tidak perlu memiliki kebun. PTPN cukup menjadi ”holding”-nya rakyat.

Misalnya kebun milik PTPN yang di Jawa. Sudah waktunya dibagi untuk rakyat. Tapi rakyat wajib menjual hasilnya kepada PTPN. Dengan demikian PTPN berfungsi seperti Adidas atau Nike: menjadi perusahaan besar tanpa punya pabrik.

Belum sampai kajian selesai saya sudah expired.

Akan banyak ide dari para ahli kita untuk membuat ekonomi mengalir ke bawah –seperti yang diinginkan presiden. Tanpa menyakiti oligarki. Anda pun akan punya ide yang lain. Dengan demikian kapal besar bisa berbelok tanpa tenggelam. Bisa selamat sampai tujuan.

Memang harus hati-hati: jangan sampai kapal terlihat miring lalu tenggelam.

Kalau risiko tenggelam tidak bisa dihindari jangan-jangan lebih baik kita pilih tetap berada di kapal kecil…yang juga akan tenggelam tapi karena rebutan jadi kaptennya.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 4 Agustus 2025: Kongres Bali

bitrik sulaiman

Alhamdulillah

Lagarenze 1301

“Dua-duanya tidak mudah. Waini jualan ideologi tidak begitu laku lagi.” Meski penggunaan “waini” rasanya kurang tepat, setidaknya mengungkap ada kerinduan Pak Dahlan ke Pak Mirza.

djokoLodang

-o– MILITAN IDEOLOGIS … Rasanya perhelatan besar di Bali sejak Sabtu lalu banyak membahas kenyataan itu: mungkinkah PDI-Perjuangan kembali ke khitah-nya. Yakni jadi partai militan ideologis. … *) Secara umum, militan berarti bersemangat tinggi, penuh gairah, dan berhaluan keras dalam memperjuangkan suatu tujuan atau keyakinan. Istilah ini sering dikaitkan dengan tindakan yang agresif, bahkan kekerasan, untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, militansi juga bisa berarti ketangguhan, ketegasan, dan dedikasi yang tinggi terhadap suatu prinsip atau gerakan. –koJo.-

Ima Lawaru

Sebagai orang Tomia, saya ikut bangga tarian eja-eja atau sajo moane akan ditampilkan dalam Upacara HUT RI Ke 80 di Istana Kepresidenan Jakarta. Dalam satu minggu ini para penari diseleksi ketat. Dari 100 siswa penari, yang dipilih hanya 70 orang. Mereka adalah pelajar SD-SMP se-Tomia. 35 siswa dari Kec. Tomia Barat. 35 siswa dari Kec. Tomia Timur. Dari Tomia Timur, pesertanya dari siswa-siswa SDN 2 Timu dan para alumninya. SDN 2 Timu terletak di Desa Timu, tempat tinggal orang tua saya. Tanggal 7 atau 9 Agustus 2025, para penari baru akan diberangkatkan dari Tomia. Dengan rute:Tomia-Wanci-Kendari-Makassar-Jakarta. Dari Tomia-Kendari jalur laut. Kendari-Jakarta jalur udara. Apakah ini ada campur tangan Bahlil La Dahalia sebagai putra daerah Tomia? Atau wakil gubernur Sulawesi Tenggara Pak Hugua yang juga putra daerah Tomia? Sehingga penari eja² bisa diundang ke sana? Entahlah. Konon, ini sudah kali ke dua, tarian eja-eja diundang ke istana. Di hadapan presiden.

my Ando

sekalinya saya bangga dengan Megawati karna dia menjadi idola di kalangan muda mudi di negeri Ginseng, penampilannya yg berkerudung sangat mudah dikenali tapi bukan penampilan saja yg beda, ia sangat berprestasi hingga dijuliki MEGATRON #megawatihangestri

Achmad Faisol

bagaimana pun golkar termasuk keren… ganti ketum berkali-kali tetap besar… begitu pun pks… kalau paternalistik (ketokohan) memang regenerasi penuh tantangan… masalahnya, apakah generasi pemilih masih memandang paternalistik…? massa (pemilih) militan yang sudah sepuh, bisakah menurunkan kemilitannya, minimal kepada keluarganya…?

Lagarenze 1301

Huruf “n” dan “b” memang berdekatan di keyboard QWERTY. Gampang typo. Duluuu, media cetak didemo kalau salah menulis kata “nabi”. “Ganjar Pranowo” menjadi “Ganjar Prabowo”, itu juga pasty typo. Mungkin karena ngetiknya cepat dan hanya satu jempol. Huruf “r” dan “t” juga berdekatan. Salah ketik bisa membuat pertemanan jadi hancur. “Mugo-mugo ibumu cepet mati ya, dijogo apik-apik”. Itu kalimat yang dikirim ke teman yang ibunya sedang sakit. Auto diblokir. Padahal, maksudnya: “Mugo-mugo ibumu cepat mari”. Cepat sembuh.

siti asiyah

Yang sebelah terluka, sebelah lainnya terluka, sebelah diseberangnya juga terluka. Terluka karena amnesti dan abolisi, dikompori dengan pihak sebelah lainnya ini pasti unsur politik. Yang memang jelas tindakan politik wong deal-nya di DPR atas usul presiden, namun jangan lupa ketika PDIP dengan petugas partainya berkuasa, politik hukum-nya juga menciderai rasa keadilan sebagian anak bangsa disebelah yang lainnya lagi.Sebutlah tentang HTI, kasus KM50, kasus Sambo dan apa yang banyak disebut para pegiat demokrasi sebagi “kriminalisasi“ atas kritik yang disuarakan kubu seberang disebelah lainnya lagi.

ACEP YULIUS HAMDANI

Memang, kadang luka itu memberikan energi yang sangat besar untuk melawan tirani pembuat luka, maka dengan energi itu, kadang yang asaknya terluka bisa menumbangkan yang membuat luka. tapi lebih sering sebaliknya, ketika seseorang terluka, ia akan lebih menutup dan menarik diri, sehingga ia tidak terlulang dilukai dan menjadi levih kuat….

djokoLodang

Selingan RAMAI PESTA Suatu malam, di tengah-tengah pesta yang ramai dan semarak, di mana gelak tawa bergema, musik menggelegar, sesuatu yang sama sekali tidak terduga terjadi. Seorang biarawati melangkah masuk dan berjalan ke bar. “Permisi, Pak,” katanya dengan nada yang sangat sopan. “Bolehkah saya ke toilet?” “Eh, tentu saja, Suster. Tapi, ehm… mungkin saya harus memperingatkan Anda. Ada patung di sana. Patung seorang… pria telanjang. Ia hanya ditutupi selembar daun.” “Oh, tidak apa-apa. Saya akan melihat ke arah lain saja.” Lega, bartender imenunjuk ke arah belakang restoran, dan biarawati menghilang ke toilet. Beberapa saat berlalu. Lalu, tiba-tiba— Klik! Lampu di seluruh restoran padam. … Ketika lampu menyala kembali dan biarawati itu akhirnya muncul, semuanya langsung bertepuk tangan meriah. Bingung, dia mengerjap karena tepuk tangan meriah itu, lalu kembali menatap bartender. “Pak,” katanyi, “Saya tidak mengerti. Mengapa semua orang bersorak hanya karena saya ke toilet?” Bartender hampir tidak bisa menahan tawanya. “Nah, Suster, sekarang mereka lebih mengenal Anda. Mau minum?” Biarawati menggelengkan kepala, masih bingung. “Tidak, terima kasih. Tapi aku masih belum mengerti.” Bartender mendekat, tersenyum nakal. “Begini, setiap kali seseorang menyingkap daun di patung itu… lampunya padam.” Biarawati itu tersentak, pipinya merona merah, … –koJo.-

Sadewa 19

Menurut saya Rakyatlah yg ketaton, bukan PDIP bukan PSI bukan keluarga Jokowi. Rakyat berharap besar pada PDIP, berharap melaksanakan amanat reformasi, menjauhi korupsi, kolusi dan apapun yg dilakukan pendahulunya partai beringin. Namun apa yg dilakukan “oknum-oknum” PDIP sama saja, sami mawon. Rakyat pantas kecewa berat. Rakyat yg ketaton dan terzalimi doanya lebih mustajab dari banteng dan gajah.

Eyang Sabar56

Assalamualaikum, Dari sekian partai, masih adakah yang benar² memperjuangkan hak rakyat? Faktanya selama ini hanya pengurus partai yang kehidupannya subur makmur. Maaf hanya pendapat rakyat jelantah.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

DILEMA IDEOLOGI DI ERA PRAGMATIS.. Kongres Bali menandai titik balik PDIP: memilih jalur tengah, tidak oposisi, tidak koalisi. Tapi pilihan ini bukan tanpa risiko. Di tengah politik yang makin transaksional, menjual ideologi marhaen terasa makin berat. Jokowi dan keluarganya sudah pindah rumah ke PSI, membawa serta ceruk pemilih nasionalis-pragmatis. Sementara PDIP, ingin kembali menjadi rumah ideologis, justru kehilangan banyak kader dan simpatisan muda yang ingin cepat “naik kelas” secara politik. Fenomena ini menunjukkan perubahan zaman: rakyat lebih tertarik pada hasil, bukan asal-usul ideologi. Pemilih muda tak hidup di masa Mega tertindas; mereka hidup di era digital dan disrupsi, di mana efisiensi, inovasi, dan kecepatan bicara lebih keras dari sejarah. PDIP kini terjebak di antara romantisme masa lalu dan realitas hari ini. Jika tak segera menemukan jembatan antara keduanya—bukan hanya lewat figur seperti Puan atau Ganjar, tapi lewat narasi baru yang relevan—maka banteng bisa saja kehilangan medan laga. Bukan karena kalah, tapi karena tak lagi dikenali.

Jokosp Sp

Beda PDI-P dengan PSI. Jelas beda dari lambang. Satu banteng ketaton, satunya gajah seperti yang disembelih ( kata ahli perlambangan……wkwkwkwk). PDI-P punya loyalis kuat di para pemilih, apalagi jika lagi tertekan. Maka akan ada istilah “saya banteng”. Saya akan seruduk. Sementara PSI yang baru seumuran jagung hanya terbatas di pemilih karena ada tokoh sang ketua dan sang mantan PDI-P yang sudah dipecatnya (mantan presiden). Pemilihnya belum bisa disebut loyalis, apalagi militansi. Jadi belum bisa disebut sebagai kader. Masih terbatas pemilih yang tertarik karena ada iming-iming sogokan uang dan jabatan. Akan beda nanti jika tokoh sentralnya tiada, maka di PDI-P akan sangat mudah mencarikan tokoh barunya sebagai tokoh sentralnya. Sangat beda dengan di PSI. Mungkin akan seperti timun suri yang benar-benar tanpa diberi asupan air. Akan kering pelan-pelan, dan akhirnya mengering dan benar-benar mati. Mati suri yang tak meninggalkan satupun sejarah baik peradaban bangsa ini, kecuali satu : sejarah pelanggaran konstitusi.

Tiga Pelita Berlian

Sekjen terbaik PDIP menurut saya adalah: Pak Sutjipto & Pak Pramono Anung, sekjen sebelum & sesudahnya msh belum bisa menyamai keduanya tapi sesuai dengan era-nya. Seklangkong

Gerring Obama

History repeat itself. Masa berjuang sama, masa memimpin sama, masa demokrasi terpimpin sama. Setelah itu.. Silakan berhitung, berapa puluh tahun bisa kembali. Sedangkan untuk partai yg baru ‘lahir’, secara history gak akan pernah langsung top.. Butuh perjuangan juga. Minimal belasan tahun, dan… Itulah yg terjadi.

Suharno Maridi

PDIP ternyata tetap menjadi partai jadul. Sy sebut jadul karena masih mengandalkan figur, yaitu Megawati. Seharusnya PDIP bisa bertransformasi menjadi partai modern yg mengandalkan organisasi dan program2 yg mapan. Tp apa boleh buat memang itu yg mudah “dimakan” oleh mayoritas pemilih. Saat ini Golkar dan PKS lah partai yg mampu melepaskan diri dari figur. Dengan mengandalkan figur usia stabilitas partai akan seiring dengan usia figur itu. Sama halnya dengan PSI. Dengan keberadaan Jokowi, bila tak segera bertransformasi PSI juga akan menjadi partai jadul

Thamrin Dahlan YPTD

Kongres PDIP Bali menerima kabar menggembirakan. Amnesti Sekjen Hasto Kristiani. Selesai sudah huru hara kini konsentrasi menggalakkan konsulidasi Partai untuk Pilpres 2029. Memang masih lama 4 tahun lagi. Namun Politik tidak mengenal kalender Masehi. Dinamis sekali pergolakan Partai terutama detelah PSI mencanangkan target masuk Parlemen. Kuota anggota DPR RI sudah terbagi habis dimiliki Partai Senior (minus, Partai Persatuan Pembangunan) Jadi ingat pepatah “setiap orang ada masanya, setiap mada ada orangnya.” Inilah hukum alam dalam makna hanya maksimal 2 periode untuk Presiden. Sedangkan anggota DPR tidak punya masa kecuali di makzulkan atau PAW oleh Ketum. Di perkirakan Partai Senior tetap eksis. Tidak akan kehilangan pendukung. Mereka telah memiliki akar rumput disetiap Dapil andalan. Kader militan PDIP luar biasa mampu menjadi pemenang Pemilu berturut turut. PSI wajib punya tokoh andalan. Perlu diingat pula ibarat minuman atau juga obat ada batasan waktu pakai (expired date) Demikian pula para tokoh politik. Oh ya anomali khusus Ibu Megawati Soekarno Putri Berdaulat Bersatu Rakyat Sejahtera Indonesia Maju Salamsalaman

Hardiyanto Prasetiyo

Tak bisa dipungkiri memang pada pemilu 2019 dan 2024 ada relasi elektoral antara PSI dan PDIP. 2019 suara PSI naik 2 juta suara sementara suara PDIP turun kisaran angka tsb dan pada saat 2024 pun suara PSI naik 4 juta sedangkan suara PDIP turun kembali dikisaran yg sama. Pemilu 2019 berlangsung saat Jokowi mulai mbalelo, main dua kaki tp masih malu-malu. Pun dengan kekuasaannya masih powerful karena masuk periode kedua. Begitu juga di 2024 Jokowi masih tetap mbalelo tp kadar mbalelonya sdh mulai meningkat dan ketara, kekuasaannya tak terbendung, hingga muncul fenomena partai coklat. Pemilu kedepan 2029, ini pertarungan sesungguhnya, open battle. Sama-sama tidak memegang kekuasaan secara visual. Tp dibawah tangan siapa tahu, pimpinan coklat saat ini usia 56 tahun, krg 2 tahun lagi normalnya, jika diperpanjang bisa sampai 60 tahun. Jika pemilu dilaksanakan 2029 maka usianya genap 60 tahun, pengabdian terakhir. Tp konon jika pimpinan coklat msh orangnya Jokowi, rasanya masih susah menganggap 2 kubu dengan kekuatan seimbang.

Hasyim Muhammad Abdul Haq

Aryo Seno Bagaskoro, arek Suroboyo yang bisa jadi masa depan PDIP. Usianya masih 23 tahun, seusia anak saya. Sama-sama lulusan Unair, hanya saja anak saya sama sekali nggak paham politik, sedanhkan Seno sudah jadi jubir di partai besar. Meski muda, Seno pintar sekali kalau bicara di depan umum. Seusia itu, dia sudah sering menjadi wakil PDIP saat diwawancarai TV. Saya pertama kali lihat Seno di Jalan Tunjungan depan Hotel Majapahit memimpin massa demo karena di Hotel Majapahit ada deklarasi AMIN (Anies-Muhaimin) jadi capres 2024. Entah kenapa deklarasi AMIN diprotes Seno dkk, yang jelas di situ saya lihat Seno sudah pintar berorasi dan bicara didepan puluhan wartawan. Saat itu saya bertanya-tanya, siapa anak muda aktivis yang jago bicara itu. Tak lama, wajah Seno sering muncul di TV. Ternyata kader PDIP. Dan sekarang sudah dilirik PDIP Pusat. Entah jadi apa dia di kepengurusan PDIP hasil kongres kemarin. Mungkin Pak DI lebih tahu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button