Program PKW Tekun Tenun, Kemendikdasmen: Lestarikan Budaya dan Gerakkan Ekonomi Lokal

INDOPOSCO.ID – Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menjadi tempat pelestarian warisan budaya. Para lulusan program PKW mampu berdaya saing, sehingga menjadi generasi muda yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga mandiri turut menjadi penggerak ekonomi lokal.
Kemendikdasmen melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus juga menampilkan 34 produk karya dari penenun muda alumni program PKW Tekun Tenun dari berbagai daerah di Indonesia. Karya-karya tersebut mengangkat wastra nusantara dan kreasi tangan khas barat sampai timur Indonesia.
Salah satu karya yang ditampilkan adalah tenun gebeng karya dari penenun muda dari Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang bernama Tiarada atau biasa disapa Rada. Memiliki minat semenjak melihat sang ibu menenun songket. Rada memutuskan untuk mengikuti program PKW Tekun Tenun di 2024.
Dari pelatihan tersebut, ia berkenalan lebih jauh dengan tenun gebeng, tenun khas Ogan Ilir. “Awalnya memang masih belum terbiasa menenun, tetapi saat ini saya sudah menerima pesanan secara khusus melalui media sosial,” ujar Rada dalam keterangan, Minggu (13/7/2025)
Rada menceritakan bahwa tenun gebeng kaya akan cerita historis. Tenun gebeng lahir dari tenun songket. Pada zaman dahulu, saat penenun ingin membuat songket, mereka kehabisan benang emas yang menjadi benang utama pembuat songket.
Mulai dari situlah, leluhur Ogan Ilir membuat motif sendiri dengan menggunakan benang sutra atau katun sehingga lahirlah tenun gebeng. “Saya bangga jadi perajin tenun gebeng. Dalam satu kain saya bisa mendapatkan Rp800 ribu sampai Rp1,5 juta rupiah tergantung ukuran dan jenis benangnya,” ungkap Rada.
Hal yang sama diungkapkan Veni Milan, yang merupakan penyandang tunawicara pada program PKW asal Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo. Dengan latar belakang keluarga kelas menengah ke bawah dan memiliki keterbatasan, hal ini membuat Veni sempat patah semangat. Akan tetapi, di tengah keputusasaannya, motivasinya kembali bergelora dengan mengikuti program PKW Tekun Tenun di 2022.
“Saya juga dulu menganggur dan tak tahu mau bekerja apa karena memiliki kekurangan,” ungkap Veni.
Setelah mengikuti pelatihan bersama 63 peserta lainnya, Veni pun sangat tertarik dengan tenun songket. Menurutnya, menenun itu seperti terapi yang bisa memberikannya ketenangan. Dari mengikuti program PKW pula, ia mengetahui bagaimana menjadi wirausaha muda yang melestarikan kain tradisional.
“Sekarang saya mampu membeli barang-barang untuk keperluan sendiri dari hasil menenun. Setiap bulan saya mampu menghasilkan satu sampai tiga kain,” ujar Veni.
Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, mengatakan bahwa program PKW Tekun Tenun merupakan implementasi program pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Menurut Tatang, pelatihan ini memfasilitasi anak putus sekolah (APS) dan juga tidak memiliki pekerjaan melalui pendidikan nonformal.
“Kerajinan lokal menjadi budaya dan tradisi yang mengajarkan para alumni untuk penguatan keterampilan sekaligus ketekunan dan kreativitas,” ungkap Tatang. (nas)