PGI: Energi Pemuda Cegah Radikalisme dan Terorisme

INDOPOSCO.ID – Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pdt Jimmy Sormin MA mengatakan potensi energi positif para pemuda Indonesia sangat besar, sehingga perlu ditunjukan untuk mencegah keadaan yang dapat mengecam kehidupan berbangsa dan bernegara, di antaranya radikalisme dan terorisme.
“Energi para pemuda itu sangat besar untuk mewujudkan banyak hal. Diharapkan para pemuda ini mengarahkan energi besarnya itu untuk mencegah hal-hal yang mengancam kehidupan bersama,” ujar Jimmy dalam keteranganya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia meneruskan Indonesia sebagai rumah milik seluruh rakyat Indonesia harus dirawat bersama segenap susunan, khususnya para pemuda sebagai pemegang berantai kemerdekaan dan penerus perjuangan bangsa dari ancaman pandangan hidup transnasional, radikalisme serta terorisme.
Bagi ia, pandangan hidup yang berlawanan tersebut bermaksud untuk mengganti bentuk dan dasar negara. Terlebih berdasarkan data yang ada, Indonesia menghadapi bonus demografi 70 persen angkatan muda di tahun 2030 mendatang, sehingga perihal ini bisa menjadi kekuatan besar, namun di sisi lain juga sebagai ancaman.
“Ketika pemuda ini terpapar radikalisme, tentunya mereka tidak peduli dengan keadaan bangsa, tidak peduli dengan persatuan, kesatuan dan perdamaian. Ini tentunya bisa merusak tatanan bangsa yang memiliki harapan untuk bersatu, maju, adil, sejahtera sehingga pemuda mempengaruhi kehidupan berbangsa ke depannya,” ungkapnya.
Ia mengatakan nilai-nilai yang tertuang pada Sumpah Pemuda ini akan tetap relevan, sejalan dengan perkembangan zaman. Disamping itu, gesekan dan dinamika yang terjadi di masyarakat akibat mulai masuknya ideologi transnasional yang ingin mengganti bentuk dan ideologi negara, semakin menguatkan relevansi Sumpah Pemuda sebagai pengingat bagi masyarakat tentang komitmen sebagai anak bangsa.
“Justru Sumpah Pemuda harus terus menjadi pengingat bagi kita tentang ikrar atau komitmen yang sangat mengikat sebagai anak bangsa. Jangan bikin lagi simbol lain atau sejenis lainnya selain yang ada di Indonesia saat ini. Misalnya bendera, ya kita pakai bendera Merah Putih, jangan ada bendera lain,” ujarnya.
Ia juga menegaskan kepada para pemuda untuk terus mengawal dan menjaga bangsa ini paling lama ketika hidup masih di kandungan badan. Meski gesekan dan dinamika menjadi perihal yang biasa terjadi.
Namun perihal tersebut juga tidak boleh didiamkan begitu saja. Terlebih tindakan itu dibarengi dengan praktik-praktik yang merusak kehidupan bersama dan melanggar hukum.
“Jadi kalau ada yang seperti itu bisa saja memang ada kelompok yang memainkan dalam rangka kepentingan tertentu yang membuat kekisruhan untuk mencapai agendanya untuk melakukan hal-hal yang bersifat gesekan. Nah itu akan membahayakan dan bisa disebut musuh negara,” ujarnya. (mg4)