Headline

Soal Kabar Vaksinasi Anak sebagai Kelinci Percobaan, Begini Tanggapan Satgas Covid 19

INDOPOSCO.ID – Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menjelaskan kabar bohong yang mengatakan vaksinasi pada kelompok anak usia 6-11 tahun di Indonesia sebagai kelinci percobaan.

“Saya ingin menegaskan bahwa vaksin yang tertuju untuk anak usia 6 sampai 11 tahun adalah usaha perlindungan ekstra bagi anak-anak dan orang-orang di sekelilingnya,” kata Wiku Adisasmito seperti dikutip Antara, Kamis (23/12/2021).

Wiku mengatakan belakangan ini muncul video yang beredar dengan deskripsi vaksinasi menjadikan anak- anak sebagai kelinci percobaan. Ia memastikan bahwa itu adalah hoaks yang sangat tidak bertanggung jawab.

Baca Juga : Animo Masyarakat ke Luar Negeri Tinggi, Kebutuhan Fasilitas Karantina Diprediksi Naik

Untuk menanggapi hoaks tersebut, Wiku menguraikan sejumlah fakta yang mematahkan anggapan tersebut. Pertama, vaksin Sinovac, baik yang langsung dibuat di China atau CoronaVac maupun yang diolah oleh PT Biofarma di Indonesia telah mendapatkan persetujuan penggunaan pada masa darurat (EUA) serta penerbitan nomor izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Ia mengatakan persetujuan penggunaan darurat diberikan kepada obat atau vaksin Covid-19 yang masih dalam tahap pengembangan di masa pandemi semata- mata untuk memberikan perlindungan terbaik bagi seluruh masyarakat termasuk anak-anak usia 6-11 tahun di tengah potensi penularan Covid-19 yang masih tetap ada.

Kedua, kata Wiku, berdasarkan hasil laporan ilmiah dari hasil uji klinik telah dilakukan pemantauan berkala kepada penerima vaksin di China.”Keputusan ilmiah itu memikirkan keamanan dan kemampuan pembentukan antibodi, sehingga vaksin yang direkomendasikan untuk anak kelompok usia 6-11 tahun,” tuturnya.

Ketiga, EUA yang diberikan juga menjadi upaya percepatan proses pengembangan registrasi dan evaluasi vaksin tanpa melalaikan aspek kualitas, keamanan dan khasiatnya, kata Wiku.

Menurut Wiku, vaksinasi anak dilakukan di berbagai sentra seperti Puskesmas, rumah sakit, pos pelayanan vaksinasi di sekolah atau satuan pendidikan lainnya maupun lembaga kesejahteraan sosial anak.

“Setelah hampir 2 tahun berhadapan dengan Covid-19, saya percaya masyarakat Indonesia sudah semakin cerdas dalam menghadapi hoaks. Selalu melengkapi diri dengan informasi yang berbasis kajian ilmiah dan berasal dari sumber yang dapat dipercaya,” ucapnya.

Wiku berharap masyarakat tidak ikut mengedarkan konten tanpa basis ilmiah yang semata-mata dibuat untuk mengedarkan ketakutan.

“Mohon siapapun untuk tidak membuat konten informasi yang salah dan tidak berbasis fakta serta data ilmiah dari sumber terpercaya karena terdapat sanksi hukum apabila menyebar dan menimbulkan informasi yang salah,” tuturnya. (mg4)

Back to top button