Kencur dan Jahe Jadi Sumber Penghidupan Utama Masyarakat Badui

INDOPOSCO.ID – Komoditas kencur dan jahe masih menjadi andalan ekonomi masyarakat Suku Badui yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, hasil dari pertanian ladang mereka.
Menurut Sekretaris Desa Kanekes, Medi, masyarakat Badui sejak sepekan terakhir giat melakukan percepatan penanaman kencur, jahe, dan pisang karena sudah memasuki bulan delapan dalam kalender adat mereka.
Aktivitas bertani tanaman tersebut dilakukan di ladang yang berada di kawasan tanah ulayat adat maupun di luar kawasan tersebut dengan sistem sewa lahan.
Selama ini, kencur, jahe, dan pisang menjadi komoditas utama yang memberikan nilai ekonomi signifikan bagi masyarakat Badui, di mana tanaman tersebut dapat dipanen dalam kurun waktu satu tahun.
Masyarakat Badui sendiri terdiri dari sekitar 7.500 kepala keluarga yang tersebar di 68 perkampungan, termasuk kelompok Badui Dalam yang kini tengah fokus pada percepatan penanaman komoditas andalan tersebut.
Memasuki bulan sembilan atau Oktober 2025, masyarakat Badui akan beralih menanam padi huma di ladang mereka.
Sistem pertanian yang mereka lakukan adalah tumpang sari, menanam berbagai jenis tanaman sekaligus seperti jahe, kencur, pisang, jagung, terung, cabai, padi huma, tebu telur (turubuk), dan Albasia.
Dengan metode ini, mereka bisa memperoleh pendapatan dari hasil panen dengan berbagai jangka waktu, mulai dari bulanan hingga tahunan dan bahkan lima tahunan.
Namun, komoditas yang paling memberikan kontribusi besar adalah kencur, jahe, dan pisang.
Saat ini, harga kencur di tingkat petani mencapai sekitar Rp25 ribu per kilogram, jahe sekitar Rp15 ribu per kilogram, dan pisang bervariasi tergantung jenisnya, misalnya pisang ambon dihargai Rp50 ribu per tandan (turuy).
Seorang petani Badui bisa menghasilkan hingga satu ton kencur per hektare dengan nilai sekitar Rp25 juta per panen, hanya dari komoditas kencur saja.
“Saya rasa hasil kencur saja sudah cukup membawa kesejahteraan bagi keluarga, belum termasuk hasil dari tanaman lain,” ujar Medi.
Pulung, salah satu petani Badui, mengungkapkan bahwa dirinya menanam kencur, jahe, dan pisang sebagai sumber penghasilan utama dengan masa panen rata-rata sekitar satu tahun sejak penanaman.
“Tahun lalu saya memanen sekitar 400 kilogram kencur dan menjualnya dengan harga Rp25.000 per kilogram, sehingga mendapatkan pendapatan sekitar Rp10 juta,” ungkapnya.
Santa, Ketua Komunitas Doa Petani Muda Badui, menyatakan bahwa komunitasnya terdiri dari 25 anggota yang mengelola lahan seluas 25 hektare, masing-masing satu hektare, dengan sistem sewa dari Perum Perhutani.
Saat ini, anggota komunitas tengah menanam kencur, jahe, dan pisang di ladang yang terletak di kawasan hutan Blok Cicuraheum, Gunungkencana.
“Kegiatan bertani ini sangat membantu pendapatan keluarga dan mendukung ketahanan pangan mereka,” jelas Santa.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, menyampaikan bahwa pendapatan ekonomi masyarakat Badui selama ini sangat bergantung pada hasil ladang seperti dilansir Antara.
“Kami memastikan bahwa kencur hasil Badui memiliki kualitas unggul karena tidak menggunakan pupuk kimia,” ujar Deni. (aro)