Ekonomi

Kementerian ESDM Pastikan Impor BBM dari AS Tetap Berjalan

INDOPOSCO.ID – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Yuliot Tanjung memastikan rencana pemerintah untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari Amerika Serikat (AS) tetap berjalan.

“Itu jadi. Itu kan komitmen pemerintah kan. Itu sudah disampaikan nilainya 15 miliar dolar AS,” ujarnya saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dilansir ANTARA, Jumat (15/8/2025).

Yuliot menjelaskan bahwa komitmen pembelian tersebut mencakup tiga jenis energi, yakni minyak mentah (crude), Liquefied Petroleum Gas (LPG), serta BBM jadi.

Saat ditanya apakah pasokan BBM dari AS akan dialokasikan dari pergeseran (shifting) impor yang selama ini bersumber dari Singapura, terkait hal itu ia mengatakan bakal berkonsultasi lagi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Terkait pengaruh impor energi terhadap subsidi, Yuliot menyampaikan bahwa anggaran untuk ketahanan energi yang ditetapkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 sebesar Rp402,4 triliun yang dibagi untuk BBM, LPG, dan listrik. Anggaran paling banyak dialokasikan untuk subsidi energi.

Namun, detail besaran untuk masing-masing komponen masih dalam pembahasan.

“Jadi kita lihat itu berapa untuk BBM, itu berapa untuk LPG, dan juga itu berapa untuk listrik. Itu ya nanti akan dibagi. Nah ini kita lihat lagi postur (APBN 2026) ini. Ini kan masih dibahas,” ujarnya pula.

Dalam kesempatan yang sama, Yuliot menyebut target lifting minyak tahun depan ditetapkan 610 ribu barel per hari (bph), naik 5 ribu bph dibanding target sebelumnya yang 605 ribu bph.

Peningkatan tersebut akan dikejar dari optimalisasi wilayah kerja migas milik Pertamina maupun perusahaan swasta seperti Exxon dan Medco.

“Jadi ya seluruhnya kita akan optimalkan untuk produksi,” kata dia lagi.

Adapun Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan bahwa pihaknya masih menunggu regulasi sebagai dasar untuk merealisasikan pembelian crude dan BBM dari AS.

Pertamina sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan mitra di AS untuk pembelian minyak mentah. MoU tersebut bersifat terbuka dan akan disesuaikan dengan kebutuhan, kapasitas fiskal, dan kesiapan kilang di dalam negeri, termasuk Kilang Balikpapan.

Selain BBM dan crude, Pertamina juga menjajaki peningkatan impor LPG dari AS. Pada 2024, 57 persen dari total impor LPG berasal dari AS, dan porsi tersebut direncanakan naik menjadi 60 persen.

Kesepakatan perdagangan Indonesia-AS, yang menjadi bagian dari negosiasi tarif resiprokal sebesar 19 persen mulai 7 Agustus 2025, mencakup pembelian energi senilai 15 miliar dolar AS, produk pertanian sebesar 4,5 miliar dolar AS, serta pengadaan 50 unit pesawat Boeing, sebagian besar tipe Boeing 777. (dam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button