Omset Penjualan Kain Tenun Badui Alami Kenaikan Hingga 100 Persen

INDOPOSCO.ID – Permintaan kain tenun pewarna alami masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sejak beberapa bulan terakhir ini mengalami kenaikan hingga 100 persen.
“Kita merasa kewalahan melayani permintaan pesanan konsumen itu,” kata Sukma (45) seorang perajin pewarna kain tenun alami di Kaduketug Kabupaten Lebak seperti dikutip Antara, Senin (7/10/2024).
Meningkatnya permintaan kain tenun pewarna alami itu hingga menghasilkan omzet pendapatan Rp8 juta dari sebelumnya Rp4 juta.
Pendapatan sebesar itu dipastikan bisa memenuhi kebutuhan sandang pangan juga sisanya bisa ditabung untuk membeli perhiasan dan lahan tanah untuk pertanian.
“Kami bekerja bersama anak untuk pewarnaan alami kain tenun itu dan limbahnya bisa dibuang melalui saluran khusus agar tidak mencemari lingkungan,” katanya.
Menurut dia, permintaan pesanan kain tenun pewarna alami itu tidak bisa langsung dipenuhi, karena proses pembuatan dilakukan selama satu pekan.
Proses pewarnaan alami itu menggunakan bahan baku dedaunan dan kulit kayu yang ada di kawasan hutan Badui.
Untuk warna biru menggunakan daun tarum, warna kuning daun gegeran dan galih nangka serta warna merah akar cangkudu juga warna coklat kayu mahoni.
Perajin memproses produksi kain tenun pewarna alami itu dengan cara menggodok bahan baku sesuai selera warna hingga mendidih.
Selanjutnya, kain tenun tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih hingga beberapa hari dan setelah berwarna diangkat untuk dicuci dan dijemur.
Kemudian kain tenun yang sudah berwarna itu kembali dimasukkan ke dalam air mendidih dengan bahan baku pewarna alami hingga berubah sesuai warna yang diharapkan.
“Kami mencuci dan menjemur lagi kain tenun pewarna alami sehingga benar-benar warnanya semakin kuat dan tidak mudah pudar,” jelasnya.
Ia mengatakan, pihaknya kali pertama mengembangkan pewarna kain tenun alami itu pada tahun 2012 dan hingga kini bertahan, bahkan banyak permintaan pasar.
Untuk ukuran panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter persegi dijual dengan harga Rp500 ribu sampai Rp1 juta per lembar.
“Ekonomi keluarga kami sangat terbantu dengan memproduksi kain tenun pewarna alami itu,” katanya.
Jahadi (45) seorang perajin mengatakan, selama ini permintaan pewarna alami kain tenun Badui cukup tinggi karena dinilai unik dan memiliki seni.
Pewarna alami untuk kain tenun Badui menggunakan dari berbagai bahan, seperti dedaunan kulit kayu, buah, atau bunga.
“Sekarang omzet mengalami kenaikan dan cukup lumayan, tetapi keuntungan cukup rahasia. Yang jelas untung,” katanya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Suku Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Oom mengatakan, saat ini pelaku usaha warganya tumbuh dan berkembang hingga sebanyak 1.500 penenun, termasuk pewarna alami.
“Kami meyakini tumbuh dan berkembang perajin penenun kain tradisional dipastikan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga,” katanya. (wib)