Merdeka dari Rentenir melalui Instrumen Ekonomi dan Keuangan Syariah

INDOPOSCO.ID – Rabu Hijrah kembali menggelar webinar Serial Ekonomi Kemerdekaan seri kedua pada Rabu (18/9/2021). Pada kegiatan ini, Rabu Hijrah mengangkat tema ‘Merdeka dari Rentenir’ yang digemakan melalui instrumen keuangan dan ekonomi syariah.
Ketua Komite Kepemudaan PP MES, Arief Rosyid Hasan mengatakan, sudah 76 tahun Indonesia merdeka, tapi masih banyak masyarakat yang belum merdeka. Maka dari itu, hal ini sudah sepantasnya menjadi perhatian generasi muda syariah dalam menjawab tantangan tersebut dan mendukung pemerintah dalam memberikan solusi terhadap permasalahan ini.
“Kolaborasi dengan pegiat ekonomi syariah maupun berbagai organisasi kepemudaan dalam membangun ekonomi dan keuangan syariah adalah jalan yang harus kita tempuh,” ujar pria yang juga Pembina Rabu Hijrah ini kepada media melalui keterangan tertulis, Kamis (19/8/2021).
Wali Kota Banda Aceh dan Ketua PW MES Aceh, Aminullah Usman membenarkan fenomena rentenir tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia tanpa terkecuali. Untuk merdeka dari rentenir itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
“Namun, kita jangan berputus asa karena Rasulullah SAW pun mampu memerdekakan umat-Nya pada saat itu. Di Aceh sendiri, sosialisasi hukum cambuk bagi para rentenir sedang kami ajukan. Perlu ada komitmen dan keyakinan bahwa bersama-sama, kita mampu membasmi rentenir dari Tanah Air,” tegasnya.
Direktur BSI, Anton Sukarna menyebutkan, sebagai instansi, perbankan syariah hadir untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dengan semangat meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Saat ini, pertumbuhan industri perbankan syariah nasional mulai menunjukkan perbaikan.
“Saya selalu optimistis terhadap pertumbuhan industri ekonomi syariah, termasuk perbankan di dalamnya. Jumlah penduduk muslim di Indonesia berkisar di angka 229 juta, yang artinya 87,2 persen dari total populasi. Ditambah lagi besarnya ekosistem pesantren dan masjid di negeri ini yang sangat mungkin dikolaborasikan dengan perbankan syariah. Dua hal ini merupakan potensi yang besar untuk mengembangkan industri ekonomi dan keuangan syariah secara umum,” beber Anton.
Sementara, Rektor Institut Agama Islam TAZKIA, Murniati Mukhlisin mengatakan, rentenir bisa hidup di mana saja memanfaatkan kebutuhan masyarakat yang mendesak. Oleh sebab itu, untuk menjawab kegelisahan masyarakat akan aksi rentenir, setiap dari kita dituntut untuk memberikan solusi kepada masyarakat melalui pendekatan ekonomi syariah.
“Saat ini, rentenir berkedok syariah banyak beredar di tengah masyarakat. Inilah PR (pekerjaan rumah) besar kita bersama, yaitu untuk meningkatkan digitalisasi ekonomi syariah sambil terus memberikan literasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjadi terbebas dari belenggu rentenir,” tuturnya.
Dalam hal ini, Ketua Umum Korps Alumni FoSSEI, Akhmad Akbar Susamto dan Rektor UNU dan Ketua PW MES NTB, Baiq Mulianah sepakat bagaimanapun, semua pihak perlu sama-sama bergotong royong membebaskan Indonesia dari praktik lintah darat yang menyulitkan masyarakat dan membuat kemiskinan. (arm)