Beban Negara

INDOPOSCO.ID – Semua mata penasaran melihat ke layar televisi: adakah Megawati di sana –di acara peringatan 17 Agustus di Istana Merdeka kemarin.
“Ada! Itu dia! Dia duduk di sebelah Guruh Soekarnoputra dan adik-adiknya,” ujar teman nonton bersama di Surabaya.
“Oh, iya. Dia duduk bersama keluarga Bung Karno lainnya,” sahut saya spontan. “Ini jalan keluar yang baik. Mega didudukkan dengan sesama anggota keluarga proklamator Republik Indonesia. Dengan demikian tidak harus duduk berdekatan dengan Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Ini cara yang bijaksana,” kata saya. “Yang penting Megawati sudah mau hadir”.
Ternyata kami semua salah. Yang terlihat sekilas seperti Megawati itu bukan Megawati. Kami lama menunggu kamera menyorot lagi deretan Guntur. Agar bisa memastikan bahwa itu Megawati. Atau bukan.
Ternyata bukan. Mungkin istri Guntur. Terlihat lebih muda. Sayang kamera hanya sekilas melintas di deretan keluarga Bung Karno.
Pemirsa TV memang ingin tahu siapa saja yang tersorot kamera. Para mantan berada di deretan khusus: SBY, Jokowi, Budiono, Jusuf Kalla, Ma’ruf Amin, Try Sutrisno. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bersama istri.
Lalu, di antara kami, ada yang nyeletuk: di mana Mbak Titiek duduk? “Itu, di situ. Di samping mas Didit,” katanyi. “Kenapa sih tidak mau balikan lagi, sehingga tempat duduk mbak Titiek di sebelah Presiden Prabowo,” gumamnyi.
Mbak Titiek kelihatan anggun. Mas Didit, putra tunggal Prabowo-Titiek, juga terlihat semakin gagah. Kian maskulin. Dengan duduk di situ berarti mbak Titiek duduk di deretan keluarga Presiden Prabowo.
Salah satu yang juga jadi tebakan kami adalah: pakaian apa yang akan dikenakan Presiden Prabowo. Jas? Baju adat?
Ternyata Prabowo mengenakan atasan potong leher, separo sarung dan celana senada. Warnanya krem. Cuttingan bajunya sangat sempurna. Rapi. Necis. Prabowo kelihatan lebih berwibawa.
Siapa yang mendesain baju presiden itu?
“Dugaan saya, mas Didit sendiri,” ujar salah satu teman nobar terbatas ini. “Saya pernah kepingin banget punya baju yang didesain Mas Didit,” katanyi. “Sudah 10 tahun keinginan saya itu. Sejak mas Didit sudah terkenal sebagai desainer di Paris,” tambahnyi.
Tentu itu hanya spekulasi. Saya tidak ahli baju. Saya hanya mengiyakan. Apalagi spekulasinyi itu masuk akal.
Desain itu mengombinasikan pakaian nasional dan adat. Bukan sepenuhnya adat. Lihatlah: Presiden pakai kopiah hitam. Bukan penutup kepala adat.
Kebetulan pakaian adat yang dikenakan Presiden berupa pakaian Demang Betawi. Tidak terasa terlalu adat. Ada bau Melayunya.
Sehari sebelumnya saya sudah bertemu Mbak Titiek. Dua kilas. Yakni saat menyambut beliau turun dari mobil. Lalu saat beliau melintas di meja tempat saya duduk bersama mantan Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Menteri Hukum Supratman Andi Agtas. Yakni di acara peluncuran buku “Satu Langkah di Belakang Mbak Tutut” di Balai Sudirman Jakarta.
Tentu kami juga menunggu: acara apa yang diselenggarakan seusai pengibaran bendera. Akan tetap adakah pesta rakyat seperti yang sangat disukai selama masa jabatan Presiden Jokowi?
Ternyata ada. Berlanjut. Diteruskan. Dengan pengurangan dan penambahan. Yang dikurangi dangdut-nya. Yang ditambahkan: penampilan silat. Termasuk menampilkan bintang film action yang ternyata memang jago silat.
Prabowo memang pembina silat nasional. Sudah puluhan tahun. Silat adalah seni bela diri asli Indonesia. Baru kini bisa tampil di puncak acara negara.
Yang nobar di sebelah saya orang yang bisa taichi dan wushu. Dia terlihat menyaksikan dengan saksama penampilan atraksi silat itu. “Ternyata silat juga bisa pakai tongkat ya,” katanyi membandingkan dengan wushu.
Yang sama dengan zaman Jokowi adalah kepekaan terhadap seni apa yang lagi super viral. Dulu ada penyanyi Farel “Ojo dibandingke” Prayogo. Lalu ada penyanyi wanita tuna netra yang sempat sampai American Idol: Putri Ariani.
Tahun ini yang lagi super viral adalah tari dayung Pacu Jalur. Dari Riau. Sampai mendunia. Maka didatangkan ke Istana Negara. Pacu Jalur ditampilkan dengan koreografi air dan perahu.
Puncak pesta di Istana itu Anda sudah tahu, lagu dari NTT: Tabola Bale. Lagu Timor. Lagu ritmis. Biasa untuk pesta rakyat di sana. Aslinya memang ditampilkan secara masal.
Maka tumpahlah undangan ke halaman Istana. Ikut berjoget ria. Pun Presiden Prabowo. Ikut berjoget. Dan yang mencolok disorot: istri Presiden Jokowi, Ibu Iriana. Dia bangkit dari tempat duduknyi. Sendirian. Berjoget sendiri. Yang di sekitarnyi tidak ada yang ikut bangkit berjoget.
Saya selalu menikmati “joget komando”. Yakni jogetnya tentara. Ternyata semua pasukan pelaku upacara di halaman Istana ini ikut berjoget: joget komando. Bukan joget dangdut. Semua pasukan ternyata bisa melakukannya. Jogetnya lebih ritmis. Sayang kamera kurang menyorot joget komando ini.
Tapi saya memuji kejelian mata kameraman kemarin: sesekali menyorot adegan yang sangat menarik dan unik: dua burung merpati putih bertengger lama di atas topi putih seorang tentara dalam pasukan. Sangat menarik. Jeli sekali mata kameraman.
Tentu fokus acara kemarin tetaplah Presiden Prabowo. Wajahnya segar. Pedalaman jiwanya seperti sangat bahagia.
Saya sendiri ikut acara proklamasi kemedekaan di RT saya. Yakni di acara syukuran tanggal 16 malam. Kebetulan salah satu warga RT ini pernah jadi Panglima TNI. Ikut hadir. Ia tetangga sebelah rumah saya: Jenderal Yudo Margono.
Kami sama-sama anak petani. Awalnya ia tidak tahu apa itu Akabri. Tapi oleh teman-temannya sesama lulusan SMA Negeri Caruban diajak mendaftar. Sembilan orang. Ternyata hanya Yudo yang diterima di Akabri.
Ia bisa menjalani latihan kemiliteran dengan baik. Waktu SMA ia naik sepeda ke sekolahnya 11 km. Tiap hari. Sehari 22 km. Biasa mencangkul. Kerja fisik. Di sawah. Biasa berenang di sungai. Tidak ada yang sulit.
Ia tidak menyangka menjadi jendral apalagi menjadi KSAL dan kemudian Panglima TNI.
Pegangan hidupnya: ‘Dapat alhamdulillah. Tidak dapat ya sudah’. Semua tugas ia anggap jalan hidupnya.
Yudho bercerita tidak pernah cari dukungan untuk menjabat apa pun.
Kebetulan “presiden” RT kami, Abdullah, sangat berprestasi. Di tingkat RT pun kalau sudah berarti ikut membangun negara. Setidaknya, hidup ini, jangan sampai menjadi beban negara.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 17 Agustus 2025: Telat Merdeka
Fuad Nurhadi
Selain Achmad Mochtar, ada orang lain kelahiran Indonesia yang kontribusinya begitu besar terhadap biologi. Ia bernama Dr Tjio Hin Joe (baca: Cio Hin Yu), Tionghoa Indonesia kelahiran Pekalongan. Dialah menemukan bahwa kromosom manusia itu terdiri dari 23 pasang. Orang2 Indonesia memang hebat, asal pemerintahnya orang Belanda atau Amerika.
Komentator Spesialis
PATRIOTISME Patriotisme itu bukan sekedar kau hormat bendera. Patriotisme itu bukan hanya kau berdiri tegak saat menyanyikan Indonesia Raya. Dan Patriotisme itu bukan cuman kau lantang saat upacara. Tetapi Patriotisme yang hakiki adalah kau menjaga perbuatanmu agar tidak merusak negara dan tentang apa yang kau bisa berikan untuk negara.
edi hartono
Telat merdeka. Ayah saya meninggal dunia sebelum merdeka mewujudkan ide kemerdekaannya: yaitu membawa keempat anaknya lulus sarjana. Beliau meninggal dunia ketika anak ketiga masih kuliah kedokteran. Beliau bukan pejabat, pekerjaannya pedagang nasi bungkus di pasar. Ide dan cita2nya membawa keempat anaknya lulus sarjana terlalu tinggi pada saat itu, sekitar tahun 1980-1990 an. Terlalu tinggi untuk keluarga desa miskin, pedagang dan petani, yang bahkan ketika saya lahir jaringan listrik belum masuk ke desa. Ketika sungai masih menjadi wc terpanjang di dunia. Ketika untuk menonton pertandingan tinju Mike Tyson harus datang ke rumah tetangga yang punya TV satu2nya. Ketika bulu tangkis masih menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. Tidak ada yang sempurna. Ayah saya juga tidak sempurna. Pak DI juga tidak sempurna, dengan proyek mobil listrik yg tidak terlaksana. Bung Karno juga tidak sempurna dengan banyaknya istri, dan ide2 yang banyak pro dan kontra. Namun, pagi ini saya sadar bahwa ada satu yang sempurna, yaitu ide. Ide seorang ayah dari keluarga miskin untuk membuat keempat anaknya lulus sarjana. Ide Bunga Karno memerdekakan bangsa terjajah hindia Belanda. Ide ayah Achmad Muchtar memasukkan anaknya ke Stovia. Sempurna tanpa cela. Luar biasa.
siti asiyah
Kemarin ada Medeka Belajar, kebebasan dalam pembelajaran sehingga murid dapat mengexplorasi potensinya. Ada juga yang masih selalu diinginkan semua kita, Merdeka Finansial.Semoga saja finance kita bikin kita merdeka dari kerja, uang selalu ada, belanja suka – suka……so gak kebagian sial. Merdeka mungkin artinya suka – suka dan mudah, meski kenyataannya setelah kemerdekaan untuk suka – suka ada banyak syarat dan aturannya.Mau hajatan ijin erte, desa dan kepolisian,.Ada konser ijin pihak keamanan.Nonton bola diawasi aparat kepolisian, sudah tugasnya eh malalh panpel harus merogoh uang, ……..bahkan rakyat dengar sound horeg ijinnya beribet meski sewanya mereka urunan .Rasanya aparat yang kita gaji bukan sedang menjamin regulasi, tapi mereka jadi hukum dan tirani.Apa saja bila mungkin akan dipajak-i……………..Untung nya ada ruang komentar di CHDI, bebas nggacor tiap pagi. Selamat merayakan kemerdekaan………..mari kita tiru pak DI.Ketika ditanya tanggal lahirnya dengan bebas dan mudahnya bilang 17 Agustus. Merdeka itu artinya bebas dan mudah, selamat ultah Abah.
djokoLodang
-o– … Di Amsterdam, dr Achmad Mochtar berhasil mencapai gelar doktor. Tahun 1927 –tepat di saat itu di Surabaya lahir Persebaya –Soerabhaiasche Indische Voetbal Bond (SIVB). … *) Di tahun itu pula Soekarno mendirikan PNI. Partai Nasional Indonesia. Tepatnya 4 Juli 1927. Cikal bakal PDI Perjuangan. –koJo.-
djokoLodang
-o– ANAK DURHAKA (1) Membaca kisah Farel kemarin, yang semua uangnya dipakai ayahny. Dan sejak kecil sering jadi korban kekerasan ibu tirinya. Jadi ingat kisah anak durhaka di Singapura beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kuan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura. Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dunia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang sarjana. Setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama istrinya di apartemen ayahnya yang besar dan mewah. Ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama dengannya. Terbayang di benak orangtua tersebut bahwa apartemen nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya. Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat ayahnya tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu mewariskan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana. —
Leong Putu
Awalnya, saya agak khawatir saat memutuskan bahwa anak wedok kuliah di UMSIDA. Khawatir akan ada diskriminasi. Kekhawatiran yang wajar, mengingat sebagai (maaf) “minoritas”. Pikirannya macam². Bagaimana jika nanti diharuskan pakai jilbab? Bagaimana jika ada pelajaran agama dan harus ikut? Apakah nanti tidak dianak tirikan dosen? Tapi dua tahun telah berlalu, kekhawatiran di awal itu berubah menjadi sebuah kekaguman. Tak ada diskriminasi, tak harus ikut pelajaran Agama Islam, tak harus pakai jilbab dan perlakuan yang setara seperti mahasiswa lainnya oleh para dosen. Anak wedok diterima dengan sangat baik oleh keluarga besar UMSIDA. Aktif di organisasi kemahasiswaan, menjadi pengurus. Sering diminta untuk jadi MC di berbagai acara. Diberi link yang sama oleh dosen untuk mengakses beasiswa. Dan yg terakhir diberi akses untuk mengikuti program Abdimas sebagai pengganti KKN. Sebagai anak Informatika, setahun belakangan anak wedok dipilih untuk turut membantu promosi FKG . Itulah gambaran merdeka dalam skala kecil dalam kehidupan bermasyarakat, setidaknya menurut saya. **anak wedok saat ini akan menginjak semester V, penerima beasiswa jalur prestasi dari Kemdikbud. IPK 3.xx Terimaksih UMSIDA. Merdeka!!!
djokoLodang
DEKRIT LEE KUAN YEW Lee Kuan Yew terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan / Dekrit yaitu “Larangan kepada para orangtua untuk tidak mewariskan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka ia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja. Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, mereka juga bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak.
heru santoso
Note 03: (catatan perjalanan yg tertinggal) Hari itu perjalananku dimulai. Tapi aku belum benar-benar merasa “berangkat”. Masih di zona antara transit di Bandara Changi. Sebuah tempat yang bukan tujuan, tapi juga bukan titik awal. Hanya ruang tunggu. Namun di sini semuanya terasa nyata. Aku berjalan gontai menyusuri lorong Changi yang terang, bersih, dan nyaris seperti dunia paralel yang membuat orang lupa mereka sedang menunggu. Maka di sinilah aku ingin merayakan waktu yang seolah terjeda ini. Berjalan menuju smoking area aku lewati food court untuk beli black americano. Selintas ada yang menarik perhatianku di sudut food court itu: tempat pengembalian tray (sampah) pun disediakan terpisah antara non-halal dan halal. Sementara dimedsos 62 ramai ayam geprek halal-sebagain. Yaaa…sudahlah, aku lanjut ke smoking area yg halal-sebagian itu. Changi tahu betul bagaimana membuat penantian terasa tidak seperti menunggu. Ada shower air terjun dalam ruangan, taman kupu-kupu, sampai bioskop mini. Tapi aku tidak ke mana-mana. Pilih berbincang ringan di smoking room itu. Sambil sesekali pikiran melayang : antisipasi pertanyaan, dan rasa ingin tahu tentang siapa yang akan kutemui di negara berikutnya. Transit bukan hanya soal pindah pesawat. Ini tentang belajar menghargai saat-saat di antara—antara dua negara, dua bahasa, dua versi diriku: yang lama dan yang akan datang. Begitulah perjalanan
Suharno Maridi
Kambing hitam. Itulah yg selalu menjadi penyebab banyak sekali masalah, khususnya terkait hukum, di indonesia tidak tuntas. Begitu ada kasus mengemuka, aparat berwenang seperti sengaja menghentikan sampai pada titik tertentu, yaitu pada “si kambing hitam” itu. Yg penting sdh ada kepala kambing yg dikorbankan untuk kasus itu. Kepala kambing bukan kepala sapi, kerbau, kuda atau gajah. Kasus korupsi timah misalnya, terhenti di suami artis itu. Padahal untuk uang sebesar yg disebutkan itu tidak mungkin tidak ada aktor yg lebih besar dari itu. Kasus lain misalnya kasus pagar laut bahkan hanya mentok di kepada desa Kohod. Bagaimana bisa seorang kepala desa mengendalikan kasus sebesar itu. Terlalu banyak kasus lain untuk disebutkan satu persatu. Sampai saat ini kita tidak pernah mampu menyeleseikan masalah dgn tuntas. Kita hanya jago menangkap kambing hitam yg ada di kandang pengalihan isu
istianatul muflihah
Menjelang HUT RI, ada film setengah jadi yang ramai di hujat netizen karena kualitasnya yang buruk. Animasi yang jadi bahan olok olok. Muncul spekulasi film setengah jadi ini hanya pengalihan isu. Entah isu yang mana. #justicefordaru kah? Atau #korupsihaji atau yang lain. Entahlah…
Fra Wijaya
Ketika bangun pagi lihat istri tersenyum,ketika pulang kerja lihat istri tersenyum,buat saya itulah arti KEMERDEKAAN yang sesungguhnya
Hery Purwanto
Indonesia,, di usia kemerdekaan 80 tahun mencatatkan 3 nama penghargaan Nobel. Satu nama kandidat penerima dan dua nama penerima. Uskup agung Ximenes Bello dan Jose Ramos Horta untuk nobel perdamaian tahun 1996. Sastrawan besar Pramudya Ananta Tour, lewat tetralogi buru pernah menjadi kandidat Nobel Sastra. Lepas dari kontroversi kriteria penghargaan nobelnya, Uskup Bello dan Ramos Horta masih berstatus WNI di tahun 1996 sebab referendum Timor Timur terjadi tahun 1999. Lain halnya Pram, lewat Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca mengantarkannya kandidat penerima Nobel Sastra walaupun tidak terlaksana. Negeri ini, tidak kekurangan orang2 hebat di bidangnya dan kekurangan orang yang menyatukan orang2 hebat tersebut untuk kemajuan negaranya. Salam MERDEKA
Hanifa haafa
Sholaat yang benar tidak menjamin seseorang bisa berantas korupsi, teman saya rajin sholaat tapi di suap dan korupsi jalan terus
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
DOKTER DAN POLITIK ETIS: MENGAPA TOKOH KEMERDEKAAN AWAL DIDOMINASI DOKTER.. Perang Diponegoro (1825–1830) memang menjadi “titik balik” besar bagi Hindia Belanda. Biaya perang ini luar biasa besar, total 5 tahun mencapai sekitar 200 juta gulden. Angka itu cukup untuk membuat kas kerajaan Belanda terguncang. VOC sendiri sebenarnya sudah bangkrut sejak 1799, sehingga perang ini ditanggung langsung oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Akibatnya Belanda benar-benar terpuruk. Hingga pemerintah Belanda membuat kebijakan Cultuurstelsel (tanam paksa) pada 1830. Tanam paksa membuat Belanda kembali kaya raya. Pendapatan tanam paksa 5 kali dari biaya perang Diponegoro. Dan menjadi sumber utama APBN Belanda. Bahkan, surplusnya bisa dipakai menutup defisit akibat perang di Eropa, termasuk membantu stabilitas negeri itu setelah Belgia memisahkan diri (1830). Namun, laporan kritis dari tokoh seperti Multatuli (Max Havelaar) membuka mata parlemen Belanda. Lahir gagasan Politik Etis (1901) sebagai “balas budi” kepada rakyat jajahan. Salah satu wujudnya adalah pendidikan, termasuk sekolah dokter pribumi: STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Di STOVIA, anak-anak bumiputra—meski awalnya terbatas pada priyayi—belajar ilmu modern sekaligus menyerap ide kebangsaan. Mereka sadar bahwa kolonialisme adalah ketidakadilan. Dari sinilah lahir generasi intelektual dan pejuang, seperti dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Cipto Mangunkusumo, dan dr. Sutomo. Dan banyak dr lain.
Hasyim Muhammad Abdul Haq
Sungguh kasihan Achmad Mochtar. Harusnya beliau dapat Hadiah Nobel. Kasihan karena ia dihukum mati bukan karena ia bersalah. Dan lebih kasihan lagi karena jasanya “terlupakan”. Tak banyak pembicaraan akan pencapaiannya yang “layak” mendapatkan Hadiah Nobel. Bahkan makamnya pun yang membangun, merawat dan mengelola adalah sebuah yayasan dari Belanda. Kasihan karena prestasinya lebih dihargai orang lain, tapi kurang dari bangsa sendiri. Mohon maaf, saya sendiri baru dengar nama beliau baru di tulisan ini.
Leong Putu
Mbayar 150.000 itu sebenere ndak ada artinya bagi Pak Bos 4T. Apalagi jika dibanding 20%saham itu. Paleng cuman 0.0000000000000001%nya. Tapi, waini, saat pulang dan totalan sama Galuh Banjar, uang 20.000pun harus jelas kemana larinya. Emang 20.000 dapat apa? Eeeeh bisa jadi Galuh Banjar curiga uang 20.000 itu dibelikan sekuntum mawar merah untuk salah satu 7i kenalannya si 4T. Met ultah Pak Bos. Sabar
Edi Susanto
17 Agustus bagiku, seperti sebuah kutukan. ANDA SUDAH TAHU. Hari ini 30 tahun lalu, aku patah hati. Hancur berkeping tak terperi. Butuh sewindu, untuk membuatnya kembali berseri. Yang ternyata, hanya sementara. Bertahun setelah itu, aku terjebak menjadi pegawai kedutaan. Yang setiap tujuh belasan, berjibaku dari pagi sampai malam. Hampir tanpa imbalan, kecuali setara sepiring nasi. ANDA TIDAK TAHU. Pengibaran sang merah putih yang gagah berani itu. Ditegakkan oleh jiwa-jiwa terjajah. Oleh bangsanya sendiri. Oleh atasannya sendiri. Oleh bos nya sendiri. Bahkan aturan resmi disepakati. Oleh bapak-bapak wakil rakyat yang berdasi. Sungguh sebuah ironi. Yang, ANDA SUDAH TAHU.
Alamsta Suarjuniarta
Udah lama hanya sebagai pembaca pasif, tapi karna ini moment spesial Indonesia merdeka dan ulang tahun pak DI Berikut nama yayasan asal Belanda yg mengelola makam2 Ereveld ( istilah Belanda yang berarti ladang kehormatan) Nederlandse Oorlogsgraven Stichting (OGS) Wanti Warsa pak DI
Taufik Hidayat
Wah pak Bis ternyata punya hobi yang mirip dengan saya. Berkunjung ke makam-makam. Berkesan sekali karena saya belum sempat ke makam ini .. walau pernah dengar nama ini. Yang sayangnya kurang terkenal dibandingkan nama Eijkman. Kalau hanya harus bayar 150.000 mungkin belum seberapa dibanding pengaman saya harus menghabiskan waktu seharian untuk mencari makam tokoh yang mungkin kurang terkenal di Indonesia. Yaitu CKS dan putranya CCK di Cihu, lumayan jauh dari Taipei di pulau Taiwan yang konon sebentar negara yang sampai sekarang masih tidak diakui di dunia. Nah dair Taipei mesti naik kereta api PJKA nya Tairan ke kota kecil Miaoli. Lalu di lanjut dengan dengan bus lagi.. buat pak bos mungkin gak masalah Karen alnacar bahasa Mandarin, kalau saya cuma bisa bilang wo ai ni. makam CKS. Ternyata bukan hanya makam tapi sebuah mausoleum dan jenzahnya hanya disimpan di sarkofagus yang ada tanda salinyan (baru tahu dia Katolik!) dan pengunjung harus membungkukkan badan di depan sarkofagus . Jadi bukan kayak ziarah ke makam tapi mirip ngelayat ke orang yang baru meninggal. Maklum CKS memang belum dimakamkan dan tempat ini hanya jadi rumah duka saja sambil menunggu pemakaman di kampung halaman di provinsi Zhejiang , kampung halamannya . Yang lebih menarik lagi masih satu kompleks soemakaman besar yang terpisah karena harus naik bus lagi ada juga mausoleum CCK, ini putra CKS yang uniknya sejati muda sangat komunis bahkan pernah kuliah di univ Sun Yat Sen di Moskwa. bersambung
Taufik Hidayat
Tinggal belasan tahun di Siberia yang dingin di zaman komunis , punya nama Rusia Nikolai dan punya istri orang Belarus yang dikasih nama Tiong Chiang Fang Liang. Nah CCK ini jadi presiden setelah CKS wafat .. dan unik nya mereka berdua sempat terlibat dalam perburuan orang orang yang dituduh komunis di Taiwan …. Ah politik memang seru … itu salah satu hasil hobi saya jalan jalan ke makam makam di lebih 5 benua . Salam TH
Er Gham 2
Diantara para hadirin upacara kemerdekaan di istana saat ini, apakah ada juga para koruptor yang hadir. Semoga tidak ada. Jika ada, mereka adalah contoh pengkhianat kemerdekaan bangsa ini. Mereka menodai perjuangan para pendahulu bangsa. Jangan sampai mereka pura pura khidmat mengikuti upacara, padahal tangannya begitu kotor.
Maman Lagi
17.08.2025. Pacu Jalur. Tek terasa cipanon ngalèmèrèh mapay pipi. ????????
Rizal Falih
Pagi ini hektik sendiri, harus ke kantor untuk upacara. Jadwal upacara jam 7, harus hadir 30 menit sebelumnya. Perjalanan ke kantor paling cepat satu jam menggunakan KRL. Sudah menyiapkan seragam. Pakaian adat nasional yang simpel. Udeng dan kain Bali. Nyonya pun, sudah sibuk dari semalam, mencoba bebrapa kebaya. Ada lima kebaya yang dicoba, tapi pagi yang dipakai berbeda dengan yang dicoba semalam. Begitulah kodrat wanita. Harus tampil perfect dan cantik jika keluar rumah. Dirumah daster pun, cukuplah. Jam enam kurang keluar rumah, sudah pasti terlambat. Padahal bangun sebelum subuh. Sampai di tempat penitipan motor, gerbang pintu masih tertutup. Ada 2 motor yang sudah terparkir. Motor pun diparkirkan disebelahnya, setelah pemilik parkiran keluar. Saat taping kartu, tiba-tiba nyeri di kaki kambuh. Izin ke petugas untuk menyebarang rel kereta tanpa melalui tangga tunel. Biasaya gengsi. Pernah petugasnya bilang dengan tegas kalau itu hanya untuk lansia maupun ibu hamil. Saya belum lansia. Sampai dikantor upacara sudh dimulai, masih bisa menyusul. Selesai upacara, ikut photo-photo senagai eviden untuk atasan. Semua terlihat ceria, dengan berbagai ragam baju adat nasional. Yang lebih membuat bahagia hari ini. Dalam rangka 80 tahun HUT RI, tarif KRL dan MRT hanya 80 rupiah. Amazing. Seandainya tarif ini berlaku setiap hari, pasti semua pengguna transportasi umum dibuat bahagia hehe. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 80. Jaya dan semakin majulah negeri ku.
Runner
Pejuang sesungguhnya. Pahlawan sebenarnya. Beberapa kali ke Ancol, bahkan running disana. Kadang melalui Ereveld. Namun, sungguh tidak tahu ada “Pahlawan” dimakamkan disana. Keturunan orang kaya. Pintar. Mau bekorban. Mengorbankan dirinya untuk orang lain, yang boleh jadi bukan saudara dan kerabat. Pasti Akhlaknya luar biasa. Bapak dr. Achmad Mochtar. Apa ada yang tertarik memfilmkannya. Film pendek misalnya. Yakin, akan menjadi cerita yang menarik. Memotivasi bangsa. Bahwa orang orang kualitas Nobel di negeri Sini dan ikhlas berkorban sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Pemda DKI boleh jadi tertarik memfilmkannya. Divisi film Disway boleh juga memfilmkannya. kalau ada divisi Film.
mario handoko
Selamat siang bp thamrin. Merdeka adalah janji/ Yang ditunggu untuk ditepati/ Yang ditunggu untuk terealisasi/ Tapi yang tereksekusi/ Masih saja ucapan nanti, nanti/ Yang tereksekusi/ Hanyalah narasi narasi/ Yang tereksekusi/ Masih saja di bibir pejabat/ Bukan di meja makan rakyat/
Hendro Waluyo
– Merdeka itu kalau murah sandang pangan. – Merdeka itu kalau gampang nyari pekerjaan untuk menghidupi keluarga. – Merdeka itu kalau kekayaan alam dipergunakan untuk kemakmuran seluruh rakyatnya. Bukan merdeka namanya kalau nggolek penggawean angel,sandang pangan larang,hasil kekayaan dikangkangi oleh segelintir orang yg itu-itu saja. Nggih….nopo nggih.
Gregorius Indiarto
Mau menyerahkan? Dudu duwek e kok arep di serahno, podo karo ngece + ngiwi iwi. Tidak usah memberi kalau tidak punya. Tidak usah memberi meski punya, kalau tidak ikhlas. Cukup doakan saja, dengan ikhlas. Mudah mudahan masih punya ikhlas dan boleh diberikan dengan ikhlas.