Disway

Tiga Proposal

INDOPOSCO.ID – Si petir Joao Angelo De Sousa Mota bikin film layar lebar. Judulnya belum ia ungkap, tapi sudah selesai dibuat.

Joao sendiri bertindak sebagai eksekutif produser. Tebakan Anda tepat: itu film layar lebar tentang pertanian.

Mungkin karena Anda sudah melihat teaser-nya yang menyertai tulisan ini. Isinya tentang metode bertani merdeka. Seperti yang sudah ia kembangkan di kabupaten Timor Tengah Utara (baca Disway kemarin).

Berita Terkait

Aktivitas pertanian Joao di TTU ternyata tidak main-main. Setidaknya ia punya tujuh lokasi. Tiap lokasi luasnya tidak sama. Ada yang tiga hektare, 17 hektare, dan 23 hektare. Ada juga yang satu dan tiga hektare.

Semua miliknya sendiri. Bebas. Merdeka. Ia sendiri yang memutuskan mau lakukan apa saja: tanam padi, berbagai sayur atau holtikultura. Suka-suka ia.

Di sana Joao tidak perlu minta persetujuan siapa pun. Ia ingin apa pun bisa langsung dilaksanakan.

Kebiasaan merdeka di TTU itulah rupanya yang membuat ia kaget ketika menjabat direktur utama PT Agrinas Pangan Nusantara. Di TTU ia tidak punya atasan. Justru ia sendirilah atasan paling atas.

Tiba-tiba kini ia punya atasan. Ia tidak boleh berjalan sendiri.

Itu pula yang saya alami 15 tahun lalu. Dari posisi ”orang nomor satu” pindah menjadi orang yang punya atasan. Bahkan, waktu itu, atasan saya langsung banyak. Menteri BUMN adalah atasan saya. Juga menteri ESDM. Lalu menteri keuangan. Menko. Wapres. Presiden. Komisaris. Ketua komisi VI DPR.

Dulunya apa yang saya ucapkan harus dilaksanakan oleh ”bawahan”. Sering tanpa surat keputusan. Tanpa surat tugas. Tanpa lewat rapat. Hanya lewat perintah lisan.

Begitu diangkat menjadi dirut salah satu perusahaan BUMN keadaan berbalik kutub. Serba prosedur. Serba lewat kajian. Lewat persetujuan atasan.

Kurang lebih begitu pula yang dialami Joao. Bahkan atasan Joao lebih banyak lagi. Pemegang sahamnya saja dua: Danantara dan Kementerian BUMN.

Maka enam bulan menjadi dirut Agrinas Pangan, Joao merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Di TTU, dalam enam bulan ia sudah bisa panen padi dua kali. Atau sekali panen padi, sekali panen jagung.

Sayangnya Joao belum mau menjawab: apa rencana besar yang diusulkan ke direksi Danantara untuk dilakukan Agrinas Pangan.

Mengapa pula sudah tiga kali kirim usulan. Kalau usulan kedua dan ketiga berupa revisi berarti Danantara sebenarnya sudah mempelajari usulan Joao. Lalu minta direvisi.

Anda sudah tahu: PT Agrinas Pangan adalah penjelmaan dari PT Yodya Karya. Ganti nama. Ganti tujuan. Ganti bidang usaha: dari kontraktor dan jasa teknik ke sektor pangan.

Tentu Yodya Karya tidak punya aset dalam bentuk lahan sawah atau kebun. Aset utamanya adalah SDM –dengan keahlian bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan proyek.

Belakangan Yodya punya aset penting: gedung tinggi di dekat Cawang. Lima tahun terakhir Yodya Karya memang sangat maju. Labanya naik terus: terakhir berlaba Rp 150 miliar lebih (2023). Naik drastis dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 21 miliar.

Colbert Thomas Pangaribuan, dirut Yodya Karya saat itu memang orang hebat. Ia dua kali menjabat dirut Yodya Karya. Oktober lalu posisinya digantikan oleh Joao.

Joao memang punya kemampuan di bidang konstruksi. Proyek besar terbarunya adalah rumah sakit Jenderal Sudirman. Di Jakarta Selatan. Besar. Menjulang tinggi. RS baru itu milik Kementerian pertahanan.

Hanya beberapa bulan Joao menjabat dirut Yodya Karya. Danantara pun lahir. Maka Yodya Karya menjadi anak perusahaan Danantara.

Begitu mendesaknya program pangan Presiden Prabowo sampai Yodya Karya diubah misinya: jadi perusahaan produksi pangan.

Joao mungkin punya pikiran ini: pangan adalah program terpenting Prabowo. Pasti dapat prioritas. Semangatnya pun naik tinggi. Ia mengira akan bisa langsung tancap gas.

Ternyata dana pertama Danantara justru dialirkan ke Garuda. Rp 6 triliun. Sifatnya memang pinjaman tapi tetap saja ada yang mengalir ke sana. Rasanya tidak pernah ada penjelasan Garuda menjadi prioritas program presiden. Ternyata Garuda bisa menyalip di udara –karena sulit membayangkan Garuda menyalip di tikungan.

Uang kedua Danantara lari ke Chandra Asri. Uang ketiga ke proyek energi bersih bersama investor Arab Saudi.

Tentu Joao membaca berita mengalirnya uang Danantara ke berbagai proyek tersebut. Mengapa tidak ada yang untuk Agrinas Pangan.

Mungkinkah Danantara kurang tertarik dengan proposal yang diajukan Joao?

Daya tarik dari seseorang sering ditentukan oleh latar belakangnya. Yang biasa bisnis di keuangan akan lebih antusias melihat proposal bidang itu. Lalu siapa yang tertarik melihat proposal bidang pertanian? Kalau pun dipaksakan ”tertarik” apakah bisa langsung memahami ruh bisnis pertanian?

Apakah di antara direksi Danantara ada yang punya minat di bidang pertanian? Kalau tidak, siapa yang menilai bagus tidaknya proposal dari Agrinas Pangan? Konsultan?

Sangat jengkel kalau misalnya atasan lebih percaya konsultan daripada proposal dirut. Berarti sang dirut dianggap tidak ahli di bidangnya.

Problem terbanyak di BUMN ada di sini: tidak memahami bisnis tertentu tapi punya kuasa untuk memutuskan. Akhirnya mengandalkan jasa konsultan. Hilanglah motivasi eksekutif BUMN untuk maju.

Awalnya saya memahami posisi Danantara: belum punya uang untuk Agrinas Pangan. Lalu saya ingat: uang ada. Hanya Agrinas Pangan kalah dalam prioritas.

Sebagai alumni Norwich University, Joao pasti tidak mudah menyerah. Norwich adalah kampus untuk pendidikan militer yang ternama. Lokasinya di negara bagian paling utara Amerika Serikat: Vermont.

Norwich sudah menghasilkan lebih dari 100 jenderal bintang empat –melebihi kampus militer mana pun.

Apalagi dari Norwich, Joao masih ke UNAM di Meksiko. Tiga pemenang hadiah Nobel asal Meksiko semuanya alumni UNAM –Universidad Nacional Autónoma de México.

UNAM adalah universitas terbesar di Meksiko. Mahasiswanya 350.000 orang. Kampusnya masuk heritage UNESCO. Luasnya 7 km2. Joao kuliah di Centro Escuela Para Estrangero (CEPE) di kampus Ciudad. “Yo hablo Espanyol,” kata Joao.

Sebenarnya agak aneh kalau PT Agrinas Pangan tidak punya uang sama sekali. Kalau hanya untuk operasional mestinya punya uang. Bahkan untuk memulai proyek kecil-kecilan sekali pun. Bukankah laba Yodya otomatis pindah buku menjadi saldo keuangan Agrinas Pangan?

Mungkin Joao tidak mau kecil-kecilan. Ia ingin segera punya proyek pangan besar-besaran. Perlu dana besar. Saldo warisan Yodya Karya tidak cukup.

Maka lebih baik mundur.

Lima bulan lagi Agrinas Pangan sudah harus tutup buku. Bagaimana isi laporan keuangannya tahun 2025 kalau di enam bulan pertama perusahaan belum bisa jalan.

Waktu memang cepat sekali berlalu. Sejak Danantara dibentuk, enam bulan lalu, para petani sudah panen dua kali: kecuali Agrinas Pangan. (DAHLAN ISKAN)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 13 Agustus 2025: Petir Joao

Lagarenze 1301

Bicara tentang pupuk organik. Di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, ada beberapa daerah yang menjadi penghasil durian. Lokal. Gurih. Enak. Satu di antara perkebunan durian itu dikelola oleh yayasan pesantren. Yang juga mengelola peternakan kambing. Durian dan kambing apa hubungannya? Ada. Kohe dan urine kambing bisa diolah menjadi pupuk organik. Untuk pertanaman durian. Kaya unsur hara makro dan mikro. Mengapa bukan kohe sapi? Kata petani durian di sana, pupuk dari kohe kambing jauh lebih baik. Jangan tanya saya bagaimana cara mengolah kohe dan urine kambing jadi pupuk. Jangan pula tanya saya bagaimana teknik mengambil urine kambing. Yang pasti, baik kohe maupun urine kambing melalui proses fermentasi untuk menjadi pupuk. Bahaya kalau langsung digunakan. Amoniaknya tinggi. Bisa membakar tanaman. Dan, yakinlah, meski pertanaman durian itu menggunakan pupuk dari kohe dan urine kambing, rasanya dan baunya tetap asli durian. Yang gurih dan enak itu.

Prieyanto

Pak Fiona eech P Mario, Bandung itu unik. Tata kotanya seperti labirin gratis: masuk satu jalan, keluarnya bisa di tempat yang bahkan Google Maps pun menyerah. Sampah di sudut-sudut jalan kadang seperti instalasi seni dadakan—tidak diundang, tapi bertahan lebih lama daripada baliho politik. Warga? bisa jadi tenang-tenang saja. Seperti pemilik rumah yang sudah terbiasa dengan genteng bocor, mereka bisa berjalan melewati tumpukan sampah tanpa mengerutkan dahi. Toh, besok juga masih ada di situ, jadi buat apa buru-buru heran? Sementara itu, Perusuh dari luar kota terkejut. Kita datang selain untuk Gathering#4, juga untuk udara segar dan pemandangan indah, tapi malah dapat “bonus” aroma kompos alami. Di Bandung sepertinya Manajemen Tata kotanya rumit, tapi sampahnya konsisten. Entah sampai kapan.

mario handoko

Selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp udin, bp em ha, bp jokosp dan teman2 rusuhwan. Berbeda dgn komentar pilihan abah. Yg ditulis bp thamrin, bp heru, bp budiarto, bp bahtiar, bp 1301. Dimana mereka semua mengkritik kondisi kebersihan kota bandung. Ternyata di koran kompas. Ditulis “warga bandung puas atas kinerja farhan – erwin. Tapi perbaikan tetap perlu.” Kompas melengkapi tulisannya dengan grafik hasil survei. Di mana untuk pengelolaan sampah. 57.5% responden merasa puas. Apakah bisa diartikan bahwa saat ini. pembaca chd lebih kritis dari pembaca kompas?

Hendri Ma’ruf

Sepenggal cerita kecil pengalaman saya bertugas ke Timor Timur alias Timtim selama tiga hari di tahun 1997. Misi saya adalah membimbing dua orang VCO (venture capital officer) PT Sarana Timor Timur Ventura untuk peran tsb. Kami bertiga naik Suzuki Jimney, saya yg menyetir karena kedua VCO itu belum bisa menyetir. Saya mengajak mereka ke luar kota Dili menuju sebuah kota kecil bernama Ermera. Dlm perjalanan itu kami melintasi perkebunan tanaman kopi yg sangat luas. Mereka menerangkan kpd saya bahwa yang satu sisi adalah tanaman kopi Arabica dan sisi lainnya tanaman kopi Robusta. Menjelang sampai di tujuan ada pasar. Saya ajak mereka mencari sarapan dulu karena kami belum sarapan. Tampak ada warung masakan Padang. Wah saya tertarik. Saya ajak kedua VCO itu masuk warung dan pesan makanan dg lauk pilihan. Di dalam sudah ada 6 atau 7 orang pelanggan. Tak lama datang sebuah truk bak terbuka dg banyak penumpang cewek dan ada beberapa cowok. Ada lima cewek yang mendatangi warung Padang lalu berhenti di depan pintu warung. Mereka mengeluarkan uang dan menghitung kemudian seperti membahas sesuatu. Pemilik warung menemui mereka. Berbincang-bincang dlm bahasa lokal yg tudak saya pahami. Setelah itu kelima cewek itu pun masuk dan mencari tempat duduk. Makanan pesanan kami datang. Saya nikmati masakan itu walau sudah jauh rasanya dari masakan Padang yg di Jakarta. Selesai makana kami pun melanjutkan perjalanan. Tujuan kami adalah meninjau lokasi untuk membuka usaha penjualan ritel………

Komentator Spesialis

Berbeda dengan kelakuan para termul yang gila jabatan walaupun tak punya kompetensi, Pak Joao ini membawa budaya baru yang sangat elegan, berani mundur dan merendahkan diri dari sebuah jabatan yang mentereng, direktur Agrinas Pangan. Ketika melihat berita ini, awalnya saya pikir ini di Jepang atau di Korea. Lha kok di Indonesia. Mantab ! Hal ini sekaligus menguak celah bobroknya managemen Danantara yang harus diperbaiki. Aksi Joao ini kita harapkan akan membawa perbaikan dalam managemen Danantara untuk kemajuan kedepan. Karena hanya dengan perbaikan terus menerus, Danantara akan menjadi SWF yang besar. Itu kalau kita ingin menyaingi Temasek dan GIC. 6 bulan tidak punya aset dan tidak mendapat kucuran anggaran. Tentu sangat sulit dan membuat Pak Joao sebagai seorang profesional membuat keputusan sulit ini. Tetapi toh dibuat demi sebuah kemajuan Danantara sendiri. Harusnya Danantara gercep segera mengalihkan aset aset program pangan yang pernah dipimpin Prabowo saat menjadi Menhan untuk dikelola Agrinas Pangan ini. Seperti gercepnya pengalihan sekitar 1 juta hektar kebun sawit kepada Agrinas Palma yang pernah diulas di CHDI.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

@Hendri Maruf.. Semoga yang dimaksud dengan perusuh yang tulisannya panjang tapi aman itu bukan saya. He he.. Karena kalau saya, meskipun komentar panjang, tapi bisa aman.. Itu karena sebelum menekan SEND, saya hitungbdulu jumlah katanya. Yaitu maksimal 200 kata. Bagaimana kalau lebih? Saya revisi dulu..!! ### Begitu pak..

Hendri Ma’ruf

Catatan kecil soal menulis komentar: saya heran ada perusuh yg bisa nulis panjang banget sementara saya terpaksa terpotong ga bisa lanjut. Entah kenapa begitu. Ada pembatasan tulisana komentar kah misalnya sekian kata maksimumnya.

Lagarenze 1301

Nama Cindy di HP menjadi Condro bang gojek. Siska menjadi Supri kang siomay. Intan menjadi Joko perusuh disway.

Mbah Mars

Nama “Joao” (bahasa Portugis) memiliki padanan atau bentuk ekivalen dg “John” dalam bahasa Inggris. Ini disebut sebagai adaptasi nama. Secara lebih umum dlm linguistik dikenal sebagai padanan nama antarbahasa (onomastik lintas bahasa). Proses ini terjadi akibat kontak budaya dan bahasa, serta sering ditemukan dalam sejarah penyerapan istilah dan nama, baik pada tingkat personal maupun istilah umum antarbahasa. Nama Ahmad di Jawa menjadi Amat. Di Sunda menjadi Mamat. Di Betawi menjadi Memet. Aslinya Fauzan. Di Jawa menjadi Paijan. Faizun menjadi Paijo. Fahimun menjadi Paimo. Apakah nama John juga diserap oleh orang Jawa ? Tetangga saya sangat suka jika dipanggil John. Nama aslinya Parjono. Dipanggil Dion. Nama di KTPnya Mardiono. Dikenal dengan nama Ira. Lengkapnya Tukirah.

BukKay

Kalau di tanah priangan disebut Kang Jana. Di Tapanuli disebut Bang Joni

Sadewa 19

Nama “Joao” adalah khas bahasa Portugis. Di Inggris “Joao” disebut “John”, Di Arab “John” disebut “Yahya”, Di Jawa “John” disebut “Jono”

Aspar Rang Koto

Hal menarik dari pencantuman photo pasukan bersepeda motor pada tulisan ini. Pada tulisan tertulis motor trail, sedangkan gambar pada photo menunjukkan motor Honda Supra. Gal menarik lainnya ditulisan ini adalah kebiasaan Joao tidak menyelesaikan satupun pendidikan sarjananya. Apakah hal ini juga yang menginspirasi Joao tidak melanjutkan kepemimpinan nya di AGRINAS PANGAN.

Bruce Wijaya

insting paranoid saya sudah terbiasa mengatakan : joao ini orang jujur yang ga bisa di ajak main cawe2 uang kucuran dana dari danantara ==> makanya tidak cair2 itu dana ….joao ini di angkat oleh prabowo selain karena kapasitas kemampuannya di agriculture di bidang dan juga merupakan kawan lama prabowo , dan kita tau prabowo itu setia kawan ==> inget hercules ?

Ahmad Mudzakir

Banyak pesan yang dapat diambil dari tulisan Abah hari ini. Saya lebih cenderung fokus kesemangat bertani mandiri. Saat ini sarana produksi petani sangat tergantung dari pabrikan. Penyuluh pertanian yang aktif justru dari pabrikan ( swasta) yang mengedukasi sekalian menawarkan produk pabrikan. Setelah panen pun masih tergantung dengan pembeli. Minimal dengan mandiri bertani mengurangi ketergantungan produk pabrikan.

Muh Nursalim

rumah baru perabornya lawas. udah gitu penghuni tidak berubah. masih mbayangkan seperti dulu. banyak gaji kerjaan ndak tentu. Maka orang-orang visioner jadi jengah dan lebih baik mundur. karena tidak ada harapan untuk memajukan bangsa lewat birokrasi resmi negara. Baiknya memang begitu. kita bisa berperan untuk nkri dengan cara kita sendiri. yang penting bisa mneghidupi diri sokor2 dapat bermanfaat bagi orang lain. itu jauh lebih baik daripada dom;eng nenegara teta[i ndak jelas sumbangsihnya.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

PETIR PROFESIONAL TIDAK BISA MENUNGGU GODOT.. Keputusan Joao mundur dari kursi Dirut PT Agrinas Pangan Nusantara ibarat petir di musim kemarau. Mengagetkan, tapi “menyegarkan” udara. Membersihkan awan. Ia memilih keluar bukan karena kalah, tapi karena tak mau berdiam diri di ruang tunggu birokrasi yang panjangnya melebihi antrian sembako gratis. Secara profesional, langkah ini tegas namun tetap hormat. Joao tidak menyerang induk perusahaannya secara pribadi, hanya menyampaikan fakta bahwa tanpa keputusan, anak perusahaan tak bisa bergerak. Ia menghindari jebakan klasik: “Yang penting gaji sebesar gaji Dirut tetap jalan dan dinikmati, proyek dan kerja nunggu persetujuan pengambil keputusan yang berwenang.” Banyak yang mungkin akan memilih bertahan, sambil tetap menikmati fasilitas, dan kipas-kipas di ruang rapat. Tapi Joao memilih reputasi profesional di atas kenyamanan. Dalam dunia korporasi, itu langkah langka—apalagi di lingkungan pemerintahan, di mana badai birokrasi kadang lebih kuat daripada badai tropis. Mungkin, ada netizen yang berkata: “Ah, Joao ini terlalu cepat. Kalau kau sabar, bisa dapat rapat tambahan, hidup tetap nikmat.” Tapi Joao tahu, waktu petani—dan pangan—tidak bisa menunggu “godot”.

Bahtiar HS

Dampaknya, ada gejolak / culture shock di setiap lini. Dari karyawan level terendah sd atas. Semua hrs bs mengikuti new wave ini. Nggak bisa leha2 lagi. Semua terukur / diukur. Semua direncanakan, ndak seenak dulu lg bs ditawar/dikerjakan belakangan (mis. soal kontrak). Dan setiap tender hanya diambil yg mmg secara proses internal menguntungkan dan sesuai standar perush. Karyawan yg spt Pak Joao, yg adaptif thd perkembangan. Yg perubahan kultur ini dipandang sbg tantangan. Bukan pengganggu zona nyaman. Mk mrk akan sgr berubah sesuai gelombang perubahan yg baru itu. Dan sgr menyesuaikan. Sebaliknya yg lbh suka zona nyaman spt dulu merasa perubahan drastis itu serupa petir yg mengganggu kenyamanan. Mrk melihat sbg beban. Bukan tantangan / kesempatan utk naik kelas. Jdnya, sebagian pengin lari kencang spt Pak Joao. Sebagian memilih jalan santai. Dan yg demikian lbh banyak. Maka bs dipastikan, perush nggak bs full speed mengikuti induknya di Amrik sana. Sama spt Pak Joao yg pengin lari kencang, tp yg lain klemek2 jalan santai aja. Meski target besar sdh dicanangkan. Bahkan, waini… yg nyantai itu malah yg mkn ikutan nyusun target itu sendiri. Wkwkw. Kalau level atas kami msh mau nungguin yg lain naik level meski perlahan. Bgmnpun sulit nyari pengganti dg kualifikasi / pengalaman spt mrk. Tp buat P Joao tidak. Dia lbh memilih hengkang, bukan krn gak mampu, tp gerbong yg mesti ditarik terlampau berat. Mustahil target tercapai. Bersambung….

Bahtiar HS

Mungkin pengalaman saya ini mirip dengan apa yang dialami Pak Joao. Semula saya bekerja di sebuah perush IT dalam negeri. Proyek kebanyakan dalam negeri. Di mana sudah jamak jk sering harus dikerjakan lbh dulu, sambil nunggu proses kontrak — kalau akhirnya deal, dan molor hampir pasti terjadi. Blm lagi tipikal user client tak jarang menyebabkan kita harus kerja lembur. Tp nilai kontrak tetap segitu. Kita sendiri jam kerja jadinya fleksibel. Kadang kurang dari 8 jam, krn toh di hari lain lebih dari 8 jam krn hrs lembur. Semuanya atas nama tuntutan client. Hingga terjadilah 2 thn lalu, perush lokal ini dicaplok/diakuisisi perush IT dari Inggris. Belum selesai bernapas, perush IT Inggris ini dicaplok perush IT dari Amerika, yg lbh jumbo. Jadi ibarat ikan teri, dicaplok ikan kakap. Ikan kakapnya dicaplok ikan paus. Jadilah coverage prj kami global sedunia. Yg jadi “petir” adalah budaya organisasi berubah drastis. Bosnya yg di Indonesia didatangkan dari Amerika. Semua ada SOP-nya. Kerja harus 8 jam sehari. Diusahakan tidak boleh lbh. Kurang dari 8 dianggap kurang. Lbh dari 8 tdk dianggap lbh. Waktunya libur, libur. Tdk ada lembur. Tidak boleh ngerjakan prj jk blm ada PO atau kontrak. Tiap thn ada 2 kali penilaian performance. Ada audit ini itu. Ada pengukuran skill ini itu. Ada kampanye ini itu. Ada target pekerjaan yg mesti dipenuhi, yg dibreakdown dari target perush (KPI). Ada townhall rutin. Ada weekly meeting lokal/global. Yg global dlm bhs Inggris. Bersambung …

yea aina

“Kami sampai hari ini belum dapat memberikan kontribusi yang nyata dan langsung kepada ekonomi negara, maupun kontribusi kami mewujudkan kesejahteraan petani” ujar Joao, dalam konpers undur dirinya. Kalau pola pikir yang sama, bisa mewabah di kalangan semua pejabat negara ini, rasanya kita lagi dapat durian runtuh. Pejabat yang tahu diri, apakah kapasitas dan kinerjanya memberikan manfaat untuk negara dan warganya. Pun yang menjabat sekarang lebih banyak yang kura-kura dalam perahu. Sudah banyak permintaan untuk dimakzulkan, dari berbagai jalur tapi masih pura-pura serba tahu. Ngomong AI, bonus demografi dengan sedikit maksa dan terbata-bata. Mungkin sambil mencari-cari:19 juta pengangguran yang sukses diciptakan.

Deja Vu

Temui massa, bupati Sudewo dilempari botol hingga sandal. Memang mental bupati Sudewo lebih kuat dari Joao Angelo, sudah dilempari sandal pun masih kekeh jadi Bupati walau rakyat sudah tidak menghendaki. Sedangkan Joao Angelo 6 bulan mentok di anggaran sudah mundur sendiri, mirip pejabat di Inggris dan Jepang. Punya standar moral dan etika tinggi, tidak cocok jadi pejabat di negara dunia ketiga. Pat pat gulipat Kearifan lokal pejabat Indonesia Warisan budaya tak kebendaan (^_,^)

Udin Salemo

Kebun Pak Inta ada beluntas/ Letaknya ada disisi jembatan/ Pak Joao orang berintegritas/ Bukan orang yang gila jabatan/ Diatas tower ada pemancar/ Tower terletak diatas apartemen/ Oportunis sejati sedang mengincar/ Jabatan empuk direktur bumn/ ============================= rami balai di batusangka/ rami dek anak mudo-mudo/ daripado kito acak batangka/ kini cari jalan surang-surang/ kain cawua panjang sambilan/ lapuak tarampai di tarali/ dek lamo lambek di jalan/ alah sampai di kampuang kini/ #mantun_Pak Joao

Johannes Kitono

Bravo Joao. Ini adalah sikap profesional sejati. Dari pada berhadapan dengan benang kusut birokrasi di Danantara. Lebih baik mundur saja. Sistem pertanian yang dilakukan Joao dengan pupuk alami Eco Enziem. Harus didukung penuh. Petani merdeka dan bebas dari pupuk kimia. Dr Rosukon asal Thailand adalah pelopor pupuk Eco Enziem. Beliau sangat prihatin melihat tanah pertanian di dunia . Sebagian besar telah diperkosa pupuk kimia. Pesan beliau kepada pengikutnya. Jangan komersilkan pupuk EE. Hal ini sudah dipraktekkan oleh bli Weda cs di Ubud. Mereka dengan tekun didik petani di Ubud dan Jatiluwih dengan pupuk EE. Hasil pertanian EE dibeli kembali. Tanah pertanian kembali unsur haranya. Kurang kunang beterbangan dan cacing tanah ikut menyebutkan tanah. Joao, silahkan bawa team study banding kesana. Pasti diterima dengan ramah. Kalau Joao sukses dengan pertanian EE. Sudah selayaknya jadi Mentan NKRI daripada Dirut Agrinas. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.

Akem SNJ

Pak Joao mundur mungkin menjadi berkah bagi sebagian orang. Karena di sini banyak orang yang siap maju daripada mundur. Waini, mungkin hanya di TTU ada motor trail bentuknya bebek seperti di foto. Ups..

Deja Vu

Saya doakan periode pemerintahan Prabowo Subianto selesai dengan selamat. Saya doakan Sri Mulyani Indrawati kembali dipilih untuk menjadi menteri keuangan periode kepemimpinan berikutnya. Saya doakan periode kepemimpinan Sudewo selesai menjabat sebagai bupati Pati dengan selamat. Saya doakan IKN segera ditempati sebagai istana Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana peruntukannya. Saya doakan November ekonomi meroket. Saya doakan Esemka bisa segera dikomersilkan menjadi mobnas. Saya doakan ijazah asli segera ditunjukkan. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button