Pesta Apa

INDOPOSCO.ID – Anda pun penasaran: akan seperti apa peringatan 17 Agustus di istana besok? Resmi dan formal? Sederhana, tapi khidmat? Atau, tetap menjadi “pesta rakyat” –seperti yang sudah dibudayakan selama 10 tahun terakhir oleh Presiden Jokowi?
Tidak akan ada saran apa-apa di tulisan ini –sudah telat. Persiapan pasti sudah matang –gladi resik pun sudah dilaksanakan. Tinggal lihat besok seperti apa.
Apa pun, Jokowi telah mengubah sejarah peringatan Hari Proklamasi di istana. Dari semula formal menjadi yang akhirnya sangat Anda sukai: pesta rakyat. Mulai gaya Jokowi berpakaian sampai jenis acaranya. Lalu, muncul penyanyi cilik yang sangat viral: dari Banyuwangi itu. Ojo Dibandingke –jangan dibanding-bandingkan.
Kita tidak pernah melupakan peristiwa itu: joget bersama pun terjadi di halaman istana. Prabowo pun, sebagai menteri pertahanan kala itu, ikut turun melantai. Belum ada istilah “gemoy” saat itu, tapi segarang Prabowo pun bisa sangat gemoy dalam berjoget. Rasanya hampir semua tentara bisa bernyanyi dan berjoget –di luar keahlian mereka sebagai pasukan tempur.
Yang kita lupakan justru penyanyinya itu sendiri: namanya pun saya sudah lupa. Saya harus menelepon sahabat Disway di Banyuwangi untuk bisa menyebutkan siapa ia: Farel Prayogo.
Ketika bertanya-tanya itulah, saya diberi link berita. Yang menulis Aprilia Kristiana. Bulan lalu. Isinya menyedihkan, tapi juga memberikan harapan.
Suatu waktu Farel mau manggung. Ia mau beli minuman dulu di supermarket. Mau tarik uang. Saldo uangnya sisa Rp 56.000.
Menurut tulisan itu, setidaknya Farel masih punya saldo lebih dari Rp 100 juta. Berarti, dalam beberapa hari sebelum ke ATM itu, uangnya terus berkurang.
“Saldo lebih dari Rp 100 juta” pun rasanya tidak masuk akal. Farel sempat populer luar biasa. Di seluruh Indonesia. Ia laris. Pun di acara-acara TV nasional.
Ternyata Farel mengaku pernah punya uang miliaran rupiah. Namun, semua uang itu dipegang orang tuanya. Saat Farel tampil di istana itu, umurnya masih 12 tahun. Ia lahir 10 Agustus 2010.
Menurut Farel, uang itu dipakai orang tuanya untuk investasi masa depan yang bagus: beli kuda dan tanah. Semoga kudanya masih hidup, sering menang balapan, dan bisa dibandingkan dengan kuda-kudanya siapa saja.
Pun tanahnya, semoga bukan tanah sengketa. Lokasinya pun istimewa, yang memungkinkan kenaikan harganya luar biasa.
Saya pun terseret menonton YouTube-nya Denny Sumargo. Tulisan tersebut ternyata bersumber dari video Denny itu.
Ternyata lebih dramatis dari itu. Farel mengaku sejak kecil sering jadi korban kekerasan ibunya.
Ternyata itu ibu tirinya. Ia sendiri belum pernah tahu siapa ibu kandungnya. Wajah Farel dibilang sangat mirip dengan ibu kandungnya –dan itu jadi alasan pelampiasan sang tiri.
Berita baiknya: Farel kini di Jakarta. Sekolah di ibu kota –masih ibu kota? Mestinya sudah akan masuk SMA. Manajernyalah yang membiayai sekolahnya di Jakarta.
Selalu ada orang baik di dunia ini.
Farel ingin memulai kembali kariernya sebagai penyanyi. Dari nol –secara keuangan.
Peringatan 17 Agustus di istana besok memang bisa menjadi kenangan menyakitkan bagi Farel, tapi juga bisa jadi momentum untuk kebangkitannya.
Kalau dianggap Farel pernah jatuh, sekarang sudah siap memanjat pohon lagi. Ia beruntung jatuh di saat masih muda –bahkan remaja. Masih gampang pulihnya. Apalagi, kalau sang manajer juga bisa jadi dokter untuk motivasi hatinya yang pernah luka.
Pesta rakyat di istana pernah melahirkan banyak cerita. Farel bisa pula jadi simbol untuk memulai kebangkitan ekonomi kita. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan 15 Agustus 2025 Berjudul : Pesta Apa
id kc
Sejarah perlawanan rakyat Pati terhadap kenaikan pajak sudah dimulai sejak 1500-an sebelum penjajah datang ke Nusantara. Lihatlah di banyak media sejarah perlawanan kenaikan pajak oleh rakyat Pati. Kenaikan pajak yang fantastis hanya di jaman bupati Sudewo ini. Aksi kemarin harusnya menduduki gesung DPRD dan memaksa anggota dewan menggelar rapat pelemgseran seperti kasus pelengseran bupati Bantul Sri Roso tahun 1999. Aksi unjuk rasa akan terus berlanjut atau berjilid-jilid menurut Husain sampai bupati Sudewo lengser. Salam damai rakyat Pati
Em Ha
Rampes…. Sejak peristiwa Saung Mang Ujo, jika “Sampurasun” terdengar. Repleks mulut menjawab “Rampes”. Dan pikiran terbang jauh. Berpindah dari pulau Sumatra ke pulau Jawa. Bandung tak terlupakan. Teringat Teh Mila berbusana hijau. Apakah salah Pak djokoLodang?
Sri Wasono Widodo
Membandingkan Pati dengan Magetan seperti lagunya Bang Roma. Adam di gunung, garam di laut. Di Pati ada banyak pabrik, olahan kacang, pengolahan ikan, rokok dsb. Berderet dari perbatasan dengan Rembang sampai dengan perbatasan Kudus. Seperti pesan Pak Jokowi jangan melupakan perikanan dan garamnya. Nelayan Bendar Juana begitu viral di jagad maya kaya-kaya. Tindakan arogan Sudewo yang memecat 220 honorer dengan semena-mena belum dicantumkan di sini. Ayo Kita pantau terus perkembangannya sambil menikmati nasi gandul, soto kemiri dan bandeng Juwana.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
ADIPATI PRAGOLA I dan II, PENGUASA PATI YANG MEMBANGKANG MATARAM.. Dua Adipati yang keduanya bernama “Pragola”, pernah memimpin Pati dan sama-sama membuat repot Mataram Islam. Adipati Pragola I menantang Panembahan Senopati pada tahun 1600. Pasukan Pati dan Mataram bertemu di Prambanan. Meski enggan melawan keponakannya, Mas Jolang, Pragola I terpaksa melukai sang pangeran. Ia kemudian mundur dan bertahan di Gunung Pati hingga wafat. Adipati Pragola II melawan Sultan Agung dengan dukungan enam tumenggung. Awalnya, pasukan Pati menekan Mataram hingga mundur, namun Mataram bangkit setelah mengerahkan para sentana. Di tengah perang, Pragola II berusaha langsung menyerang Sultan Agung. Tetapi dihadang oleh Ki Naya Darma. Pertarungan sengit terjadi, dan Ki Naya Darma berhasil menikam lambung Pragola II dengan tombak Kyai Baru Klinting hingga tembus ke punggung. Adipati Pragola II tewas pada 4 Oktober 1627. Perlawanan mereka meninggalkan jejak bahwa Pati merasa setara dengan Mataram. (Mungkin sampai sekarang. Rasa seperti itu masih menyala)..
djokoLodang
-o– KABUPATEN PATI Huruf ‘t’ bisa diucapkan seperti ‘t’ “merpati atau “tinggi”‘ bisa juga diucapkan seperti ‘t’ “pasti”. – Kabupaten Pati. Tentu dilafalkan “t” seperti “pasti”, artinya “intisari”, essence. Menurut legenda “Babad Pati”, Raden Kembangjoyo, seorang tokoh penting dalam sejarah Pati, bersama dengan Ki Dalang Soponyono, menikmati dawet setelah membuka hutan yang kini menjadi wilayah Pati. Dawet yang mereka minum terbuat dari pati aren yang dicampur dengan santan dan gula aren, memberikan rasa segar yang berkesan. Raden Kembangjoyo kemudian menggabungkan tiga kadipaten (Paranggaruda, Carangsoko, dan Majasemi) menjadi satu wilayah, yang kemudian dikenal sebagai Kadipaten Pati, atas dasar rasa syukur atas kesegaran dawet tersebut. Kisah ini diceritakan dalam Babad Pati, sebuah karya sastra yang merekam sejarah Pati. – Bila ‘t’ diucapkan seperti ‘t’ “tinggi”. pati artinya kematian. –koJo.- CHDI 15 Aug 2025
djokoLodang
-o– KECIL BESAR … Saya hampir lupa: sekecil-kecilnya Pati pernah jadi ibu kota karesidenan. Yakni ibu kota dari gabungan empat kabupaten di sekitarnya: Karesidenan Pati. Sedang sebesar-besar Magetan tetaplah kecil –sempat terkenal hanya gara-gara ada putra daerahnya yang jadi penyiar ”Dunia dalam Berita” TVRI: Toeti Adhitama. … *) Ada yang kecil tapi bernama besar. Sebaliknya, ada yang besar tapi namanya kecil. Coba bandingkan, lebih besar mana: ‘penthol’ korek api, atau ‘penthil’. –koJo.-
Lagarenze 1301
Jadi ingat Aceng Fikri. Yang menikahi gadis berusia 18 tahun. Menceraikannya empat hari kemudian. Lewat SMS. Aceng diberhentikan dari jabatan Bupati Garut pada 25 Februari 2012, setelah sebelumnya melalui proses pemakzulan oleh DPRD setempat. Di MA, Aceng diputuskan bersalah. Presiden pun memberhentikan. Aceng Fikri tak sendirian. Ada Bupati Katingan, Ahmad Yantenglie, yang juga dimakzulkan pada 2017. Gara-gara selingkuh dengan istri polisi. Dalam kasus Bupati Pati, Sudewo, apakah bisa terjadi pemakzulan? ‘Kan cuma soal kebijakan peningkatan pajak. Belum juga dilaksanakan. Sudewo bisa saja dimakzulkan. Kalau DPRD dalam rapat peripurna menyetujui dan MA memutuskan bersalah. Tentu saja, proses pemakzulan ini bukan lagi wilayah para pengunjuk rasa dan aktor-aktor di belakangnya. Sudah masuk wilayah politik. Akan ada bargaining yang alot. Dan, biarpun DPRD menyetujui pemakzulan, di tingkat MA belum tentu diputuskan bersalah. Kasus Bupati Pati sangat berbeda dengan kasus Bupati Garut dan Bupati Katingan.
Jokosp Sp
Desa Giling. Sebuah desa dan kecamatan di Kabupaten Pati yang lebih terkenal bukan dari seorang Bupatinya, namun hanya dari seorang petani dan penggiat Durian yang kreatif. Siapa beliaunya?. Adalah Agus Widodo. Dari petani durian yang diawali tidak sampai satu hektar, kemudian terus berlanjud hingga delapan hektar dan terus dikembangkan termasuk ke tetangganya yang punya lahan di sekitarnya. Agus Widodo juga kreatif dalam memasarkan hasil pertanian duriannya. Termasuk produksi pendukungnya seperti : bibit durian Bawor, Musang King, Duri Hitam, bahkan sampai ke jeruk siam Malang dan kelengkeng kristal. Bahkan sampai ke gunting pruning dan gergaji potongpun dijual dari hasil karya pengrajin lokal yang diasuhnya. Bagaimana Desa Giling bisa terkenal?. Salah satu kreatifnya adalah selalu update dari Chanel Youtubenya hampir tiap hari. Tentang semua proses dari mulai penanaman – perawatan – hingga panen. Dari panenan durian di lahan sekitar sepuluhan hektaran itu para pembeli datang dari segala penjuru di Indonesia, sampai menolak karena kekurangan stok durian-durian premium. Apa kata beliau : “Lakukan saja dengan ketekunan dan dari hati”. Lalu Pati belum maju?. Seharusnya pemerintahnya fokus ke pertaniannya. Lahan subur, tanah juga luas, apalagi?. Yang belum ada itu kemauannya. Masak durian saja harus didatangkan dari negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam. Bahkan merekalah yang menyesaki pasar di China dan Singapore. Gag malu punya sebutan negara agraris?.
heru santoso
Note 01: (catatan perjalanan) Sebelum perjalanan itu dimulai biasanya aku riset secara digital: Wikitravel sampai komunitas backpack. Waktu itu tujuanku jelas: traveling Vietnam dan China sebulan atau dua. (Jelas tapi ga jelas) Tiket penerbangan pertama sudah ditangan: landing Ho Chi Minh City. Perjalanan berikutnya flexible. Aku ingin perjalanan itu bukan sekedar menjadi turis, tapi sebagai pelancong yang mendengar cerita dari setiap sudut jalan, wajah ramah dan semangkuk sup di warung pinggir jalan. Aku tak sabar menikmati kopi di trotoar Saigon, menyeberang jalan yang padat sepeda motor dan mendengar sapaan “Xin chào” dari teman lokal.
Mbah Mars
Tiga nama tokoh demo di Pati: Ahmad Husein, Teguh Isdiyanto dan Supriyono. Ahmad Husein adalah warga sipil yang menjadi sorotan nasional sebagai koordinator utama aksi “Masyarakat Pati Bersatu” menentang kebijakan Bupati Sudewo menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) hingga 250 persen. Tanpa latar belakang politik, ia dikenal lantang memperjuangkan keresahan warga. Gerakannya bermula dari grup WhatsApp kecil, namun kepemimpinan tegas dan semangatnya—hingga dijuluki “Luffy” oleh netizen—mampu menggerakkan puluhan ribu peserta aksi. Momen debatnya dengan Satpol PP saat penertiban posko donasi membuat namanya viral, berpuncak pada demo 13 Agustus 2025 di alun-alun Pati yang dihadiri ratusan ribu orang. Teguh Isdiyanto berperan sebagai koordinator logistik dan donasi. Ia berhasil menggalang ribuan paket makanan, minuman, dan kebutuhan lain dari warga untuk mendukung aksi, serta memperkirakan jumlah massa mencapai 150 ribu orang. Teguh menegaskan gerakan ini murni suara rakyat tanpa campur tangan politik. Di lapangan, ia aktif menenangkan massa dan menjaga aksi tetap damai. Supriyono, akrab disapa Botok, adalah koordinator dengan julukan “Zoro” karena keberaniannya. Dahulu pendukung Sudewo pada Pilkada 2024, ia berbalik arah karena kecewa terhadap kebijakan, terutama kenaikan PBB. Videonya bersitegang dengan Satpol PP di posko donasi membuatnya viral. Ia menegaskan aksinya demi membela rakyat kecil dan selalu menyerukan ketertiban agar aspirasi besar ini dikawal damai.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
SALAH UCAP DAN BENSIN POLITIK.. Dalam politik, ucapan adalah senjata. Tapi, seperti pisau, ia bisa berguna atau justru melukai pemiliknya. Sudewo sudah membuktikan betapa “salah ucap” bisa menjadi pemantik api. Tantangan menghadapi 50.000 pendemo mungkin dimaksudkan sebagai keberanian, namun di telinga lawan politik, itu justru undangan terbuka untuk perang terbuka. Masalahnya tak berhenti di situ. Upaya meredam dengan bertemu Yayak Gundul malah memantik fitnah baru. Di mata sebagian aktivis, itu bukan rekonsiliasi, tapi “main belakang”. Stigma “Sengkuni” pun lahir, menambah bahan bakar pada bara yang sudah menyala. Hasilnya: isu awal kenaikan PBB merosot ke pinggir, tergantikan oleh misi politik yang lebih besar — melengserkan bupati. Inilah “bensin” yang tidak sengaja dituang: campuran salah ucap, gestur yang dianggap menantang, dan pertemuan yang salah tafsir. Pelajaran pentingnya jelas: dalam politik, kadang bukan kebijakan yang paling berbahaya, tapi narasi yang terbentuk di sekitarnya. Dan narasi itu, sekali terbakar, sulit dipadamkan — apalagi jika sudah disiram bensin oleh lawan maupun keadaan. Termasuk gara-gara salah ucap.
Sadewa 19
Saya rasa tidak mungkin Sengkuni berpihak kepada Sudewo. Dalam kisah Mahabaratha, justru Sudewo lah yang akhirnya berhasil membunuh Sengkuni. Yudhistira mengatakan, meskipun paling muda, Sudewo yg paling bijaksana diantara para Pandawa. Ia lebih bijak dari Wrahespati, gurunya para Dewa. Kini, rakyat pun mengharapkan hal itu. Dijaman yg lagi sulit rakyat tidak suka ditantang, apalagi pajaknya dinaikkan. Semoga Sudewo bisa mengambil hikmah semua ini dan bisa membunuh Sengkuni yg ada dalam dirinya sendiri.
Fajar Priokusumo
PBB naik 250% atau 120% atau berapapun, sifatnya masih abu-abu. Terkait manfaat dan mudharat nya. Cuma saya teekesan dengan Pak Bupati Pati ini. Saat isu memanas, Bupati tidak melarikan muka. Undangan wawancara dari TV Nasional pun dihadiri. Dijelaskan secara runtut dasar dan rencana pemanfaatannya. Pati, untuk ukuran kabupaten, sebenarnya gak kecil-kecil amat. Ada raksasa didalamnya. Dua Kelinci.
pak tani
Merah Putih. Kalau Joao membuat film, Perfiki juga membuat film animasi : Merah Putih – One for All. Anggarannya 6,7M, Siapa dibalik Perfiki? masih misteri. Yang jelas film tersebut habis dirujak netizen, bahkan dari sejak trailernya muncul. Kita masih merasakan euforia film animasi JUMBO, yang baru saja berhasil menjadi film Indonesia terlaris. Ini muncul film animasi entah dari mana, untuk slot 17 Agustus – tema kemerdekaan. Masalah utama ada di kualitasnya, anda harus lihat sendiri trailer nya. DIjamin ingin ikut berkata kasar. Boleh dikatakan film dengan nuansa korupsi yang kental :) Anggaran 6,7M dengan hasil film seperti tugas anak SMA. dan ‘dipaksa’ tayang dalam 1 bulan. Luar biasa. Mungkinkah modal film tsb dari
Danantara ? Anda sudah tahu. #edisi telat komen
Rizal Falih
Sebagai penggemar kacang kulit. jika sedang menonton acara olahraga, seperti sepak bola dan bulu tangkis rasanya tidak lengkap kalau tidak ada kacang kulit yang menemani. Sekian lama jadi penggemar, saya baru tau kalau dua pabrik pengolahnya di Pati. Kacang Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Karananya Pati mendapat julukan sebagai kota kacang. Saya taunya pun tidak sengaja. Setelah mendapat tugas dari kantor. Mengunjungi kantor di Kabupaten Pati. Lalu melakukan kunjungan ke salah satu desa yang menjadi lokasi kegiatan. Pada saat pamit pulang saya dibawakan kardus oleh-oleh dari kantor. Katanya khas dari Pati. Sampai di rumah dibuka, ternyata isinya aneka produk makanan ringan/snack dari Dua Kelinci. Setelah serching di internet, saya pun baru tau ternyata pabriknya ada disana. Sudah berdiri sejak tahun 1972. Saat ini Sudewo, sebagai Bupati terpilih sedang dioyak-oyak oleh masyarakatnya. Akibat dari kebijakan yang dianggap membebani warganya sendiri. Menaikan PBB sampai dengan seratus dua puluh persen. Lalu dianggap arogan, dan mengatakan tidak takut jika didemo masyarakat akibat kebijaknya. Pak Bupati lupa bahwa sebagai asli putra daerah ketika membuat kebijakan seharusnya mendengar dan memperhatikan suara warganya sendiri. Setelah sukses dan terplilh, Pak Bupati lupa dengan istilah, jangan seperti “kacang lupa pada kulitnya”.
pak tani
Kalau di Pekalongan ada kata unik pati pati artinya? tanya pak MZ Arifin :) pakora, kotomono, pati pati
Sadewa 19
Gen Z lebih kenal MAGERAN daripada MAGETAN
ari widodo
Pati vs Magetan (yang ikonik) Pati: kacang garuda, kacang dua kelinci, bandeng presto juwana, Mbah Mutamakin (Tokoh Agama), Mbah Sahal Mahfuz (Tokoh Agama) Magetan: Sarangan, kerajinan dari kulit, pesantren temboro, Gubernur Soerjo (Gubernur Jatim pertama) yang lainnya silahkan ditambahkan
Thamrin Dahlan YPTD
Ada Sengkuni adapula Pandita Dorna. Ternyata kehidupan manusia dari zaman ke zaman berputar pada 2 sumbu itu saja Kesetiaan dan Pengkhianatan. Itulah bumbu syedap politik. Tak maknyus apabila dikudap hanya pakai 2 bumbu saja.. Pedas manis asin pahit bercampur baur. Maka resiko sakit perut melilit. Sengkuni dan Pandita Dorna dan turunan nya di zaman ini sudah khatam perihal resiko itu. Makanya dia selalu selamat. Hatinya keras tidak peduli yang dinasehati kalah hancur hancurkan. Tokoh kharismatik pewayangan anda sudah tahu. Mbah Semar dan punakawan. Mereka hadir juga dizaman ini. Termasuk di Kabupaten Pati. Koq ngak muncul?. Sabar…. Lengser hanya menunggu waktu. Poeple power ojo dilarang kata Mbah Semar. Tak aman nyaman tenang menjadi Penguasa ketika rakyat sudah sakit/patah hati. Salamsalaman
Runner
Mulutmu harimaumu. Tidak hati hati bicara akan merugikan diri sendiri. Apalagi dizaman medsos. Salah omong sedikit bisa jadi perkara besar. Omong tanpa fakta, tidak berpihak pada yang banyak, bisa “dirujak” habis. Karena nila setitik rusak susu sebelanga. Walau jam terbang politik tinggi. Punya pengalaman, track record panjang. Salah ngomong, ya jadi nila. Walau setitik dizaman medsos ini si nila penyebab rusak banyak. Eh, apakah susu sebelangamya memang ada.
Hasyim Muhammad Abdul Haq
Kelepasan omong itu memang tidak bisa kita tarik kembali. Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan. Boleh sih barangnya dikembalikan, tapi uangnya nggak ikut dikembalikan. Ucapan juga begitu, boleh sih minta maaf atau klarifikasi, tapi marahnya rakyat yang sudah terlanjur tersulut, itu nggak bisa ikut “dikembalikan”. Di zaman Pilkada, baru ada 3 kepala daerah yang diberhentikan yaitu: Bupati Garut (Jabar) tahun 2012, Bupati Katingan (Kalteng) tahun 2017, dan Wakil Bupati Gorontalo tahun 2018. Ketiganya diberhentikan karena secara jelas menyalahi aturan. Belum pernah ada yang diberhentikan karena membuat rakyat marah seperti Sudewo, Bupati Pati sekarang ini. Andai Sudewo akhirnya diberhentikan, maka ini akan jadi yang pertama ada Bupati “dipaksa turun” oleh rakyatnya. Memang tetap Mendagri yang akan memberhentikan, tapi baru kali ini penyebabnya adalah: kemarahan rakyat. Sekarang, DPRD Pati masih mencari alasan resminya untuk mengajukan rekomendasi pemberhentian. Karena mungkin tidak bisa memakai alasan demonstrasi sebagai alasan menurunkan kepala daerah. Sudewo sendiri tampaknya masih “pede” bahwa jabatannya tidak bisa digoyang karena merasa dipikih rakyat. Namun entah bagaimana reaksi massa jika nanti DPRD tak berhasil menemukan alasan untuk memberhentikan Sudewo. Sudewo –yang kalau di Malang bisa dipanggil Owedus– tampaknya harus punya cara lain untuk menghentikan massa yang berdemo selain pakai jalur Yayak Gundul karena Yayak sudah tidak dipercaya pendemo.
Er Gham 2
Pernah tiga hari di Pati. Tiap pagi, banyak anak sekolah pakai sepeda untuk ke sekolah. Banyak sekali. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di Jabotabek yang padat dan macet lalu lintas nya. Mereka juga bawa raket badminton di tas sekolahnya. Pati dekat dengan Kudus. Wajar melahirkan banyak pebulutangkis andal. Yang kedua adalah melalui jalan pintas ke suatu daerah di sebelah selatan. Banyak pohon hatinya. Dan saran dari penduduk setempat, jangan lewat di atas jam 4 sore. Sepi memang saat melalui jalan kecil tersebut. Jarang dijumpai kendaraan lain atau manusia.
Tivibox
Pajak Bumi dan Bangunan adalah salah satu Pendapatan Asli Daerah yang menjadi hak Kabupaten/Kota. Selain PBB, ada Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah. Sebelum menyusun RAPBD memang sebaiknya pimpinan daerah menganalisis mana potensi pajak yang bisa dinaikkan/digenjot, mana yang tetap dipungut tanpa membebankan rakyat secara langsung. PBB sendiri adalah pajak yang bersentuhan langsung dengan rakyat ketika dia punya sertifikat hak atas tanah. Pajak lain, misalnya PHR dibebankan kepada konsumen dan dititipkan melalui hotel tempat dia menginap atau rumah makan/restoran ketika membayar makanan. Jadi, mestinya kenaikan PBB itu adalah jalan terakhir, jika pendapatan dari sektor lain sudah mentok.
Dahlan Batubara
“pati” dalam bahasa Mandailing, Sumut jika diterjemahkan ke bhs Indo adalah santan. Santan kelapa atau santan dari bahan lain disebut pati.
Johannes Kitono
Kutu Loncat. Umumnya politisi adalah mahluk kutu loncat,termasuk Sudewo. Dari Demokrat loncat ke Gerindra dan now harus lobby ke PDI-P. Rasanya kali ini Sudewo bakal lolos dan tetap akan jadi Bupati Pati. DPP Gerindra harus mempertahankan kadernya. Kalau Sudewo sampai lengser dampak negatifnya akan bergulir seperti bola salju. Bahaya bagi Gerindra.Kadernya yang Bupati / Gubernur didearah lain akan didemo juga.Apabila Sudewo lengser otomatis akan diganti Chandra, wakilnya.Now, Sudewo harus sering tampil bareng Chandra. Untuk meyakinkan rakyat bahwa 4 – 5 tahun lagi kursi bupati adalah Chandra. Tentu biar wakilnya tidak tergoda manfaatkan pendemo.Banyak cara untuk menaikkan PAD Pati selain via PBB. Antara lain dengan Budidaya Perikanan yang masih besar potensi pasarnya. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Gregorius Indiarto
Sengkuni; jahat licik, jika yang menilai pihak lawan. Sengkuni, cerdik, ahli strategi, jika yang menilai pihak kawan. Bukan hanya “sengkuni”, baik dan buruk tergantung dari posisi sudut Anda memandang. Met siang, salam sehat, damai dan bahagia.
Tivibox
Trend “kepleset lidah” begitu populer beberapa bulan belakangan ini. Beberapa ada yang jadi viral bahkan sampai menghebohkan. Dulu ada seorang utusan khusus presiden kepleset lidah dan dianggap melecehkan penjual es teh. Viral sekali, akhirnya yang bersangkutan mengundurkan diri dari jabatannya. Ada juga, petinggi penting istana. Kepleset lidah mengomentari teror kepala babi yang dialami jurnalis Tempo. Dirumorkan mengundurkan diri, tapi tidak jadi. Kemudian. Seorang anggota kabinet yang mengurusi soal tanah. Lagi-lagi kepleset lidah soal kepemilikan tanah. Viral juga. Tapi kemudian minta maaf, karena dalihnya cuma bercanda. Yang terakhir ya yang di Pati ini. Bukan kepleset lidah, tapi salah ucap. Entah benar atau tidak. tapi telanjur menghebohkan, sampai didemo sekian ribu orang. Apa sebenarnya yang terjadi ? Ada baiknya sebelum jadi pejabat publik, para calon pejabat ikut kursus public speaking dulu. Sehingga, ketika jadi pejabat publik tidak grogi lagi ketika bicara. Konsep yang sudah matang didalam memori otak, ketika dikeluarkan lewat ucapan harusnya tetap sama.
djokoLodang
-o– MILA MH Terkesan teh Mila Saung Ujo Sabtu 09 Agustus yg lalu, ternyata ada lagu “Mila”, dinyayikan Deng Li-Jun alias Teresa Teng. https://www.youtube.com/watch?v=-CgIFra1M3w Mila, mengapa kau termenung sendiri di tepian pantai? Mila, kau lihatlah, apakah tak ngeri dilanda gelombang? Demi untuk mencapai, Mila Semua harapan, cita-cita Usah gentar rintangan, Mila Usah gentar, ombak samudera Mila, kau lihatlah, walau awan gelap menghitam di sana Mila, nun di sana, burung-burung camar terbang sebebasnya Demi untuk mencapai, Mila Semua harapan, cita-cita Usah gentar rintangan, Mila Usah gentar, ombak samudera Mila, mengapa kau termenung sendiri Di tepian pantai? Mila, kau lihatlah, apakah tak ngeri Dilanda gelombang? Mila, mengapa kau termenung sendiri Di tepian pantai? Mila, kau lihatlah, apakah tak ngeri Dilanda gelombang? Demi untuk mencapai, Em Ha Semua harapan, cita-cita Usah gentar rintangan, Em Ha Usah gentar, ombak samudera Mila, kau lihatlah, walau awan gelap Menghitam di sana Mila, nun di sana, burung-burung camar Terbang sebebasnya Demi untuk mencapai, Mila Semua harapan, cita-cita Usah gentar rintangan, Mila Usah gentar, ombak samudera… … –koJo.-
hanya yotup
Ada dua cara mudah menjadi lebih terkenal dan viral: menjadi lebih pintar, atau sekalian lebih dungu. Dua²nya sama jalan menuju pusat pemberitaan. Dan, pemberitaan adalah hal yang sangat disukai semua politisi