Pemerintah Ajak Tokoh Agama dan Masyarakat Atasi Krisis Lingkungan

INDOPOSCO.ID – Krisis lingkungan kini tidak lagi sekadar isu ekologi, melainkan krisis kemanusiaan yang berdampak terhadap kesehatan dan kehidupan masyarakat. Maka pentingnya peran tokoh agama, adat, dan masyarakat membangun kesadaran kolektif menjaga bumi sebagai warisan generasi mendatang.
Kementerian Lingkungan Hidup menerima usulan dari seluruh elemen masyarakat, untuk memperkuat kepemimpinan moral dalam mendorong perubahan perilaku ramah lingkungan.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kepemimpinan dan masukan dari tokoh agama serta masyarakat sangat dibutuhkan agar gerakan perlindungan lingkungan lebih berdampak luas,” kata Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq di Jakarta, Rabu (24/9/2025).
Ia menekankan, tokoh agama dan tokoh masyarakat memiliki peran strategis dalam menggerakkan kesadaran kolektif tentang menjaga lingkungan. Dengan pengaruh moral dan sosial yang mereka miliki.
Mereka dapat menjadi pendorong kuat bagi perubahan perilaku masyarakat menuju pola hidup lebih ramah lingkungan. Kolaborasi lintas peran itu akan memperkuat langkah pemerintah menghadapi krisis lingkungan, sekaligus menjaga keberlanjutan hidup.
Indonesia menghadapi tantangan serius. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 2024 tercatat 73,53 atau cukup baik, namun 150 daerah masih di bawah skor 65. Dari 56,63 juta ton sampah per tahun, sekitar 34,54 juta ton belum terkelola.
Sementara 343 kabupaten/kota masih melakukan pembuangan terbuka. Di sisi lain, deforestasi 2023 mencapai 175 ribu hektar, dan emisi gas rumah kaca tembus 1,8 miliar ton CO₂e pada 2022.
Tokoh agama Din Syamsuddin mengapresiasi langkah Kementerian Lingkungan Hidup menggandeng tokoh masyarakat lintas agama dalam menjaga lingkungan.
“Pertemuan ini momentum penting untuk memperkuat kerja bersama demi kelestarian lingkungan. Kolaborasi lintas iman harus terus diperluas, termasuk melibatkan dunia usaha,” ucap Din Syamsuddin dalam kesempatan yang sama.
Para tokoh lintas agama menegaskan, krisis lingkungan adalah panggilan moral dan spiritual. Pendeta Johan Kristantara menekankan gereja harus menjadi pelopor kepedulian ekologis. Sementara Romo Ferry Sutrisna mengaitkan ajaran Laudato Si sebagai panduan umat Katolik dalam memandang bumi sebagai rumah bersama.
Wakil Menteri LH Diaz Hendropriyono menambahkan, hasil survei Purpose dan YouGov menunjukkan ulama dan pemuka agama merupakan figur paling berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat terkait isu lingkungan.
“Karena itu, kolaborasi dengan tokoh agama menjadi kunci. Krisis iklim bukan fenomena alam semata, tetapi akibat dari ulah manusia. Semua elemen bangsa harus bergerak bersama,” jelas Diaz Hendropriyono. (dan)