Program Ini Antar 2 SD di Pelosok Kalimantan Miliki Harapan Baru

INDOPOSCO.ID – Akses informasi mengenai inovasi pendidikan yang tidak segera sampai kepada manajemen sekolah menimbulkan pemahaman yang tidak sempurna akan kurikulum terkini. Banyaknya tantangan tersebut membuat Krisdiana, Kepala Sekolah SD Perdana Sukamara bangkit.
SD Perdana Sukamara yang terletak di tengah-tengah kebun sawit membatasi komunikasi dengan komunitas pendidikan yang kebanyakan berada di kota. Hal ini membuat informasi mengenai program pendidikan terbaru seringkali terlambat didapatkan.
Kris menyadari betul bahwa amanahnya sebagai kepala sekolah sangat besar untuk menghantarkan keberlangsungan pendidikan baik bagi rekan-rekan guru maupun siswa. “Di 2022 saya menemukan jalan keluar untuk mengurai masing-masing tantangan pendidikan,” kata Krisdiana dalam keterangan, Kamis (11/7/2024).
Untuk menjawab kebutuhan akan akses pelatihan guru, Kris dan guru-guru lainnya berkesempatan meningkatkan kompetensi guru secara daring. Sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang akrab, interaktif dan efektif.
“Dua tahun kemudian, kami dan para guru SD Perdana Sukamara lebih mudah beradaptasi dan berpacu dengan perkembangan penerapan Kurikulum Merdeka. Para siswa lebih komunikatif, mampu mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah, dan mengasah minat serta bakat,” ungkapnya.
“Ketika kami mengikuti lomba Guru dan Kepala Sekolah Berprestasi se-Sukamara, kami mencoba mengenalkan bahwa menjadi guru dan kepala sekolah saat ini bukan lagi momok yang perlu ditakutkan. Justru jika menginginkan perubahan, kepala sekolah dan guru berperan besar dalam memulainya karena jika tidak, bagaimana dengan anak-anaknya kelak?” ucapnya.
Di SD Perdana Ketapang kondisinya tak kalah menantang. Deny selaku kepala sekolah bertanggung jawab merekrut tenaga guru yang tidak hanya mumpuni dalam mengajar, tetapi juga mempunyai persepsi yang sama dalam menempa karakter siswa dan menjalankan sistem manajemen di sekolah.
Lokasi sekolah yang di pelosok membuat banyak guru tidak tertarik untuk meniti karirnya di SD Sukamara Ketapang. Masalah lain yang dihadapi adalah orang tua yang masih acuh akan proses belajar dan koneksi listrik dan internet yang sering padam.
Akhirnya di tahun 2022, Deny mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki sistem manajemen di sekolah sekaligus mencari guru-guru muda yang bersedia belajar dan mengajar di Ketapang melalui pelatihan dan pembinaan secara intensif.
Guru-guru muda ini tertarik untuk berkarya di SD Perdana Ketapang, karena melihat potensi sekolah untuk berkembang. Mereka juga tertarik karena melihat banyak kesempatan untuk mendapatkan pelatihan peningkatan kompetensi. “Pelatihan dan pembinaan yang kami dapatkan di sekolah selama dua tahun. Kami mempelajari banyak hal terkait pengelolaan sekolah yang lebih tertib dan mempersiapkan akreditasi,” kata Deny.
Dari segi tenaga pendidik, lanjutnya, jumlah guru yang berminat untuk mengajar di Ketapang bertambah. Sehingga semakin menambah semangat untuk berbagi ilmu ke ruang lingkup yang lebih luas lagi dengan berbagai strategi pembelajaran. “Untuk ke depannya, saya ingin mengaktifkan kembali kelompok kerja guru daerah (KKGD) di gugus empat yang salah satu fasilitatornya ada di SD Perdana Ketapang,” ungkapnya.
Keberhasilan Kris dan Deny dalam membangun manajemen sekolah yang lebih baik untuk SD Perdana Sukamara dan SD Perdana Ketapang mulai dirasakan setelah mereka mengikuti Lighthouse School Program (LSP). Diketahui, program sekolah mercusuar ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah secara holistik dan intensif yang bertujuan mewujudkan sistem manajemen sekolah yang akuntabel.
LSP merupakan kolaborasi antara Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui inisiatif School Development Outreach (SDO) bersama PT Sampoerna Agro Tbk melalui Yayasan Perdana Cemerlang. Selama dua tahun, SD Perdana Sukamara dan SD Perdana Ketapang tidak hanya menerima pelatihan secara intensif dalam program Lighthouse School Program, tetapi juga pembinaan yang menyeluruh baik kepada guru-guru, manajemen sekolah, siswa, serta orang tua.
Mulai dari pembangunan dan pengelolaan perpustakaan di sekolah, leadership camp bagi para siswa, seminar berkala bagi orang tua, serta pelatihan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan), pembelajaran berdiferensiasi, ragam media pembelajaran, literasi dan numerasi bagi para guru yang berlandaskan Kurikulum Merdeka.
Program ini telah memberikan imbas kepada 20 guru dan 399 siswa di Sukamara dan Ketapang, dan akan terus berkembang dengan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan masing-masing daerah.
Selain di Sukamara dan Ketapang, Lighthouse School Program masih berlangsung di Tompobulu, Sulawesi Selatan dan Baubau, Sulawesi Tenggara, dan telah menjangkau 17 sekolah, lebih dari 400 guru, 6.700 siswa, 3.100 manajemen sekolah, dan 2.800 orang tua. (nas)