Nasional

Kejagung Telusuri Aset Terdakwa Korupsi Asabri di NTB

INDOPOSCO.ID – Tim Kejaksaan Agung RI menelusuri aset milik terdakwa korupsi pengelolaan dana investasi saham serta reksadana PT Asabri Benny Tjokrosaputro yang ada di Nusa Tenggara Barat.

Juru Bicara Kejati NTB Dedi Irawan di Mataram, Kamis, membenarkan terkait adanya kegiatan tim dari Kejagung RI di NTB.

“Giatnya dalam rangka penelusuran aset milik terdakwa korupsi di PT Asabri. Kegiatan di sini menjadi upaya Kejagung RI dalam pemulihan kerugian negara dari kasusnya,” tutur Dedi Irawan kepada Antara, Kamis (30/9).

Ia menjelaskan kalau ada 3 tim dari Kejagung RI yang turun ke NTB. Mereka disebar ke Pulau Lombok serta Sumbawa.

“Jadi ada beberapa titik yang diperiksa. Ada yang di Mataram serta ada yang di Sumbawa,” ucapnya.

Untuk aset yang berada di Pulau Sumbawa itu berupa lahan seluas 297,2 hektare dalam bentuk 151 bidang tanah di Desa Sepayung, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa.

Dari hasil pemeriksaan, objek yang ditaksir bernilai Rp 30 miliar itu adalah milik Benny bersama adiknya Teddy Tjokrosaputro.

Pada Mei lalu, lahan yang diproyeksikan untuk wilayah perumahan ini sudah disita oleh Penyidik Kejagung RI. Penyitaannya telah memperoleh penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri Sumbawa Besar Nomor: 194/Pen.Pid/2021/PN.Sbw tertanggal 18 Mei 2021.

Kemudian untuk penelusuran aset di Kota Mataram, itu berkaitan dengan pusat perbelanjaan Lombok City Center di Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Pusat perbelanjaan yang saat ini sudah tidak lagi beroperasi tersebut berhubungan aset milik PT Bliss Property Indonesia dengan kode saham pada Bursa Efek Indonesia POSA. Perusahaan itu merupakan induk dari PT Bliss Pembangunan Sejahtera (BPS), pengelola Lombok City Center.

Aset milik POSA itu berada di atas lahan 4,8 hektare milik Perusahaan Daerah Lombok Barat, PT Patut Patuh Patju (Tripat).

Dari prospektus POSA, terungkap bahwa Benny Tjokrosaputro sebagai pemilik 5 juta lembar saham yang nilainya Rp500 juta atau setara dengan 0,0596 persen saham.

Nilai tersebut berdasarkan harga penawaran umum perdana pada April 2019, senilai Rp150 per lembar saham.

Permodalan POSA ini diketahui berasal dari PT Bintang Baja Hitam dengan kepemilikan 79,67 persen saham, PT BS Investasi Pratama sebanyak 0,0001 persen saham serta masyarakat sebesar 20,2650 persen saham.

Selanjutnya, POSA menggunakan 79 persen saham dari dana hasil penawaran umum perdana untuk pembuatan operasional pusat perbelanjaan, perawatan gedung serta peralatan, dan atau membayar kewajiban berkaitan dengan kegiatan perseroan.

Dari 79 persen tersebut, sebagian besar digunakan untuk anak perusahaan yang diantaranya PT BPS mendapat jatah modal tersebut untuk mengelola Lombok City Center.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan penelusuran aset ini dalam rangka pemulihan kerugian negara senilai Rp23 triliun. Kewenangannya langsung berada di bawah Kejagung RI. Pihaknya hanya mendukung kegiatan selama di wilayah hukum Kejati NTB.

“Kami hanya menjalankan fungsi back-up, karena berada di daerah NTB,” tuturnya. (mg2)

Back to top button