PKM Nasional UT Jadikan Pasar Ikan Hias Terbesar Asia di Desa Waru Mendunia

INDOPOSCO.ID – Sejumlah potensi besar dimiliki Desa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Salah satunya pasar ikan hias terbesar Asia.
Namun, sayang keberadaan ikon potensial pasar ikan hias terbesar Asia tersebut belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Kepala Desa Waru Muhidin mengaku, beberapa sentuhan program pengabdian kepada masyarakat (PKM) Universitas Terbuka (UT) memberi nilai tambah pada potensi di Desa Waru.
“Alhamdulillah, berkat bantuan berupa gapura dari UT memberi nilai pada Desa Waru. Kebetulan kami pasang di pusat keramaian desa, harapannya pasar ikan hias terbesar Asia semakin ramai,” kata Muhidin ditemui INDOPOSCO di Balai Desa Waru, Kamis (24/7/2025).
Ia mengatakan, sejumlah kendala dihadapi Pemerintah Desa Waru pada pengelolaan potensi desa. Mulai dari penanganan sampah Pasar Waru, yang menjadi pasar terbesar di Jawa Barat. Dan pengelolaan potensi pasar ternak di Desa Waru.
“Secara perlahan semua masalah tersebut bisa diatasi berkat program PKM dari UT. Salah satunya pengolahan sampah di pasar Waru,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Wakil Direktur Bidang Akademik Pascasarjana, Universitas Terbuka Kristanti Ambar Puspita Sari mengatakan, program PKM UT di Desa Waru dimulai sejak 2019 lalu. Namun kegiatan tersebut kemudian berhenti karena terkendala Pandemi Covid-19.
“Sejak 2021 hingga 2024 beberapa program telah kami lakukan dari peningkatan kearsipan pemerintahan desa hingga taman bacaan,” ungkap Kristanti.
Ketua PKM Program Pascasarjana ini menuturkan, pada PKM 2025 di Desa Waru melibatkan empat fakultas. Di antaranya fakultas ekonomi dan bisnis; fakultas hukum, ilmu sosial dan ilmu politik; fakultas sains dan teknologi; dan fakultas ilmu keguruan dan ilmu pendidikan.
“Tentu dari masing-masing fakultas akan melakukan analisis semua kebutuhan di Desa Waru,” katanya.
Seperti, dikatakan dia, fakultas ekonomi dan bisnis akan membantu peningkatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan pasar ikan hias terbesar Asia semakin dikenal di tingkat Asia.
“Kami akan memberikan pendampingan misalnya e-market kepada pelaku UMKM, juga pasar ikan hias terbesar Asia di Desa Waru bisa lebih dikenal di tingkat Asia,” terangnya.
Sementara untuk fakultas sains dan teknologi, masih ujar dia, akan memberikan pendampingan pada pengolahan sampah dan daur ulang kotoran ternak di Pasar Kambing di Desa Waru.
“Bisa juga nanti kita coba kembangkan biogas dari kotoran ternak. Tentu semua akan kami analisis terlebih dahulu kebutuhan di sini,” ucapnya.
Sebelumnya, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Terbuka Prof. Dewi Artati Padmo Putri menuturkan, Desa Waru merupakan satu dari 68 desa binaan nasional.
“Di Desa Waru ini ada empat program desa binaan yang akan diimplementasikan. Harapannya bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Dewi.
Ia menambahkan, selain 68 desa binaan nasional, UT juga memiliki program 216 PKM dosen yang tidak terikat pada desa binaan. Para dosen tersebut melakukan pengabdian kepada masyarakat dimana saja, selama dibutuhkan oleh masyarakat. “Untuk program PKM di desa binaan dilakukan selama 3 tahun,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan Wakil Rektor Bidang Akademik, di Universitas Terbuka Prof. Rahmat Budiman. Ia mengatakan, program PKM UT di Desa Waru harus meningkatkan perekonomian warga Desa Waru.
“Warga Desa Waru jangan lagi hanya jadi penonton tapi harus menjadikan pelaku,” ujarnya.
Ia mengaku optimistis program PKM UT di Desa Waru menjadikan pasar ikan hias terbesar Asia semakin mendunia. Sehingga semakin banyak dikenal dan dikunjungi masyarakat.
“Di Desa Waru banyak potensi, kami berharap PKM bisa meningkatkan tata kelola desa jadi desa mandiri. Juga mampu meningkatkan perekonomian pelaku UMKM dan koperasi berbasis produk lokal terus berkembang,” terangnya. (nas)