Internasional

6 Skenario yang Mungkin Terjadi Usai Serangan AS ke Iran yang Harus Diwaspadai oleh Indonesia

INDOPOSCO.ID – Usai mendapat serangan dari Amerika Serikat (US), Iran kini mulai melakukan serangan balasan dengan mengirimkan rudal ke sejumlah pangkalan militer yang ada di Timur Tengah, salah satunya Qatar yang terjadi pada Senin (23/6/2025).

Serangan balasan Iran ini pun dinilai oleh Anggota Komisi I DPR, Sukamta, sudah diprediksi menjadi skenario yang mungkin terjadi setelah Amerika mengebom tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di Fordow, Natanz, dan Esfahan pada Minggu (22/6/2025) lalu.

“Sejak serangan sepihak yang dilakukan US (United State), ada enam skenario yang mungkin terjadi, deskalasi atau justru membesar. Pertama, Iran akan balas dengan menyerang pangkalan militer AS di negara sekitar Iran di teluk persia dan kapal kapal induk pengangkut pesawat dan pasukan US,” ucap Sukamta kepada INDOPOSCO, Selasa (24/6/2025).

Sukamta mengatakan serangan AS terhadap Iran adalah sebuah tindakan yang tidak bisa dibenarkan dan membahayakan dunia. Karena serangan balik Iran akan membuat perang akan meluas.

“Kalau ini dilakukan, akan memancing perang habis-habisan dan memberi alasan US menurunkan pasukan penuh menginvasi Iran seperti mereka lakukan terhadap Iraq. Tampaknya itu yang diinginkan US,” ucapnya.

Skenario kedua, kata Sukamta, Iran juga akan membalas dengan fokus melakukan penyerangan terhadap Israel dengan menggunakan drones dan rudal hypersonic, mengangktifkan proxy Hizbullah di utara dan Houthi di selatan, yang akan memberikan tekanan kuat pada US dan Israel.

Sebagaimana diketahui, Iran telah meluncurkan rudal bernama Fattah-1 ke arah Israel dalam serangan pada Rabu (18/6/2025) malam.

Fattah-1 merupakan rudal balistik jarak menengah hipersonik pertama Iran, yang dikembangkan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Rudal hipersonik ini melaju dengan kecepatan lima kali kecepatan suara atau lebih, dan dapat bermanuver, sehingga sulit ditargetkan oleh sistem radar maupun pertahanan udara.

Dikenal karena kecepatan tinggi, presisi, dan kemampuannya mengubah lintasan selama penerbangan, rudal ini memiliki panjang 12 meter dan jangkauan hingga 1.400 kilometer.
Fattah-1 menggunakan bahan bakar padat.

Menurut laporan Iran Watch, Fattah-1 menggunakan sistem propulsi satu tahap dan dapat membawa muatan peledak seberat 200 kilogram.

“Kalau ini dilakukan, berpotensi membawa kawasan Timur Tengah dalam kondisi membara dalam waktu yang cukup panjang dan menimbulkan kemungkinan kemungkinan eskalasi yang besar,” cetus Sukamta.

Skenario ketiga, ucap Sukamta, Iran melakukan perang proxy dengan mengaktifkan sel sel tidurnya, milisi milisi, unit unit syber, yang bisa melakukan serangan dengan rahasia, diam diam tetapi mematikan dan tidak mudah diantisipasi.

“Ini akan menjadi perang dunia syber yang pertama. Serangan model perang asymmetrik ini bisa sangat mematikan dan efektif melumpuhkan sasaran strategis dengan kerugian besar. Kemungkinan berhasil sangat tinggi,” terangnya.

Skenario keempat, adalah pilihan diplomatik melalui jalur formal forum dan lembaga multilateral seperti PBB dimana Iran bisa mengandalkan China dan Rusia yang memiliki hak veto, juga global South, OKI dan Brics

“Kalau ini yang ditempuh, akan memberikan tekanan kepada US dengan potret sebagai negara agresor. Walaupun cara ini tidak efektif membuat US mundur karena US sudah terbiasa melakukan ini seperti di Iraq, Libia, dll, namun tetap memberikan tekanan diplomatik yang besar. Ini bagian dari perang persepsi dan narasi,” tuturnya.

Skenario kelima, serangan balasan Iran ke Israel dan pangkalan militer Amerika akan membawa pada permainan jangka panjang dan berdarah-darah. “Tentunya dapat membuat harga minyak dunia naik tinggi, membuat goncangan ekonomi, yang diharapkan Iran dapat membuat US mendapatkan tekanan besar (dari Internasional) untuk mundur,” jelasnya.

Skenario keenam, lanjut Sukamta, Iran bisa jadi juga menahan diri, mundur dari peperangan yang lebih besar dan tidak terpancing dengan harapan US dan Israel, sehingga terjadi deskalasi perang. “Meski kemungkinan hal ini kecil terjadi,” tambahnya.

Atas sejumlah skenario yang mungkin terjadi itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini pun berharap semua pihak menahan diri.

“Dunia sekarang berdebar-debar menantikan langkah Iran dan US serta israel selanjutnya. Ini bukan hanya soal perang, tetapi ini soal survival,” imbuhnya.

Begitupula dengan Indonesia, selaku anggota Komisi I yang membidangi pertahanan dan hubungan internasioal ini berharap pemerintahan Prabowo Subianto bisa memainkan peran yang tepat tidak terpancing masuk namun tetap berperan aktif mencegah terjadinya eskalasi

“Yang tidak kalah penting bagi Pemerintah RI adalah mitigasi perang baik penyelamatan WNI di kawasan terdampak maupun antisipasi gejolak ikutan perang seperti kenaikan harga minyak mentah dunia, naiknya harga karena kenaikan transportasi, kemungkinan ikutannya berupa kenaikan inflasi dan potensi turunnya pertumbuhan ekonomi,” demikian Sukamta membeberkan sejumlah analisanya atas perang Iran dengan Israel dan Amerika tersebut. (dil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button