Internasional

Pekerja Korea yang Ditahan Sebut “Amerika Bukan Tempat yang Aman dan Penjaga Lakukan Gestur Rasis

INDOPOSCO.ID – Awal bulan ini, sebanyak 316 pekerja asal Korea dari Hyundai Motor dan LG Energy Solution ditangkap dan ditahan oleh otoritas imigrasi Amerika Serikat di lokasi pembangunan pabrik baterai bersama di negara bagian Georgia.

Setelah hampir tujuh hari dalam penahanan, para karyawan ini memilih untuk dideportasi secara sukarela kembali ke Korea.

Dikutip dari www.allkpop.com , setelah kembali ke Korea Selatan, para pekerja tersebut memberikan kesaksian mereka mengenai penahanan tersebut dan menggambarkan lingkungan yang keras. Banyak yang bersaksi bahwa mereka diborgol tanpa penjelasan dan harus bertahan dalam kondisi tidak higienis di pusat penahanan imigrasi Foxton.

Penggerebekan yang melibatkan helikopter dan kendaraan lapis baja itu meninggalkan para pekerja dalam keadaan tidak percaya dan ketakutan.

Mereka diborgol dan ditahan selama seminggu dalam kondisi yang mereka gambarkan sebagai tidak layak, serta menuduh otoritas Amerika melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Menurut artikel tersebut, mereka ditahan di dalam sel yang penuh sesak, dengan kasur berjamur, air minum berbau, dan dipaksa menggunakan toilet yang hanya diberi sekat rendah untuk privasi.

Di antara tuduhan pelecehan, muncul klaim penting dari wawancara terkait diskriminasi rasial.

Seorang pekerja menjelaskan bahwa “penjaga menarik mata mereka ke samping dalam gestur rasis terhadap orang Asia.” Pekerja tersebut menambahkan bahwa “diskriminasi rasial dan ejekan—dan bagaimana Amerika Serikat memandang kami—akan terus membekas di hati saya.”

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakan akan menyelidiki tuduhan ini.

Selain itu, The New York Times mengungkapkan bahwa lima dari enam insinyur yang diwawancarai diberi visa B-1 selama enam bulan, yang memungkinkan mereka untuk berkonsultasi dengan rekan bisnis.

The New York Times menjelaskan, “Otoritas Amerika Serikat dan Korea Selatan belum mengungkap rincian visa dari 317 warga Korea yang ditangkap pada 4 September. Namun lima dari enam insinyur yang diwawancarai oleh The Times menggunakan visa B-1 enam bulan, yang memperbolehkan konsultasi dengan rekan bisnis. Satu orang menggunakan program bebas visa selama 90 hari bernama Electronic System for Travel Authorization, atau ESTA, yang memperbolehkan perjalanan untuk bisnis atau liburan.

Mereka semua mengatakan bahwa mereka sedang dalam perjalanan bisnis karena digaji oleh perusahaan mereka di Korea Selatan.”

Insiden ini menyoroti adanya ketidaksesuaian antara kebijakan perdagangan Amerika Serikat, yang mendorong perusahaan Korea Selatan untuk membangun pabrik di AS, dan kebijakan imigrasi yang belum menyediakan cukup visa kerja untuk tenaga terampil yang dibutuhkan. Para insinyur mengakui bahwa mereka beroperasi dalam “zona abu-abu,” sering menggunakan visa bisnis atau wisata jangka pendek dan kembali ke Korea setelah beberapa bulan untuk kemudian kembali lagi ke AS.

Banyak dari pekerja ini menyatakan bahwa mereka tidak pernah berniat tinggal di AS secara permanen, melainkan akan kembali ke negara asal setelah proyek selesai.

Penyelesaian pembangunan pabrik yang sebelumnya dijadwalkan selesai pada akhir tahun ini kini tertunda setidaknya beberapa bulan. (mg119)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button