Soroti Momen Purbaya Ditinggal Rombongan Menko, Analis Sebut Ada Sinyal Politik Tersirat

INDOPOSCO.ID – Dalam politik, tak ada yang benar-benar kebetulan. Begitu pula dengan momen ketika Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa tertinggal sendirian dalam sesi wawancara usai acara bersama Danantara, sementara para Menteri Koordinator (Menko) beranjak pergi.
Sekilas tampak ringan dan berselimut tawa, namun di mata analis komunikasi politik Hendri Satrio, peristiwa itu menyimpan pesan yang lebih dalam dari sekadar candaan kabinet.
“Mengenai peristiwa Menteri Keuangan Purbaya yang ditinggalkan oleh para Menteri Koordinator dalam sesi doorstop, dalam konteks dinamika politik, meskipun terjadi dalam suasana bercanda, hal tersebut tetap memerlukan respons yang serius,” ujar Hensa -sapaan Hendri Satrio- melalui gawai, Sabtu (18/10/2025).
Menurut Hensa, gestur spontan seperti itu tak bisa dilepaskan dari simbol dan makna di balik panggung politik. Ia menilai, tindakan tersebut bisa mencerminkan dua sisi mata uang, bisa berarti kepercayaan, bisa pula bentuk penegasan jarak.
“Dalam perspektif positif, hal ini dapat dianggap sebagai sinyal kepercayaan, misalnya, ‘Serahkan tanggung jawab penjelasan kepada Purbaya.’ Namun, dari sudut pandang lain, momen itu juga dapat mengindikasikan sikap seperti, ‘Biarkan Purbaya yang bertanggung jawab,’ atau bahkan menyiratkan sikap enggan dengan nada, ‘Saya tidak ingin berurusan dengan Purbaya,’ mungkin seperti itu,” jelas Hensa.
Ia menjelaskan, kejadian tersebut sebaiknya dijadikan momen refleksi bagi Purbaya. Meski sejumlah kebijakan dan pernyataannya disambut positif oleh publik, bukan berarti hal itu juga selaras dengan pandangan para kolega di kabinet.
“Momen semacam itu mesti direspons dengan sikap kewaspadaan penuh, sebagaimana pepatah ‘kalau mau belok beri sen dulu,’ yang berarti hati-hati dalam memberikan pernyataan kepada publik,” tegasnya.
Hensa mengingatkan, koordinasi sebelum berbicara ke publik menjadi sangat penting, apalagi setelah beberapa pernyataan Purbaya dinilai memantik perdebatan internal.
Salah satunya terkait utang proyek kereta cepat yang disebutnya tidak seharusnya dibebankan ke APBN, pernyataan yang sempat mengguncang dinamika antarmenteri dan memunculkan reaksi dari berbagai pihak, termasuk Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.
“Purbaya dikenal memiliki gaya komunikasi yang lugas dan terbuka. Kemungkinan besar, pernyataan yang seharusnya disampaikan secara internal kepada rekan-rekannya justru diungkapkan secara publik olehnya,” ujar Hensa.
Akibatnya, lanjut Hensa, isu tersebut melebar menjadi polemik nasional yang menimbulkan spekulasi dan tafsir politik berlapis. Untuk itu, ia menyarankan agar Purbaya memperkuat sinergi dan komunikasi internal agar tidak muncul celah yang dapat disalahartikan oleh publik maupun lawan politik.
“Maka dari itu, sebaiknya Purbaya berkoordinasi terlebih dahulu dengan rekan-rekan di kabinet, mengingat beberapa pernyataannya memang mendapat sambutan positif dari masyarakat, namun belum tentu sejalan dengan pandangan koleganya,” tuturnya.
Menurutnya, dalam sebuah pemerintahan, komunikasi antarmenteri adalah fondasi yang menentukan arah kebijakan dan soliditas tim.
“Meskipun publik mendukung Purbaya, sebagaimana dalam analogi tim sepak bola, keberhasilan tim tidak dapat dicapai oleh satu individu saja. Purbaya tidak akan mampu mencapai tujuan tanpa kerja sama dan dukungan dari rekan-rekan menteri lainnya. Kan enggak bisa nyetak gol kalau sendirian di lapangan,” tambahnya.
Dalam gelanggang politik, senyum bisa bermakna sindiran, dan candaan bisa menjadi pesan yang serius. Di antara tawa para pejabat, Purbaya kini berdiri di titik refleksi, antara kepercayaan dan ujian komunikasi. (her)