Headline

Gas Elpiji 3 Kg Langka,Warga Lebak Kembali Menggunakan Kayu Bakar

INDOPOSCO.ID – Sejumlah ibu rumah tangga di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, kembali beralih menggunaan kayu bakar, akibat gas elpiji ukuran 3 kg atau “si melon’ menghilang dari pasaran.

Jika pun ada, warga harus merogoh kocek yang cukup dalam, lantaran harganya berkisar di tingkat pengecer mencapai Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu ler tabung.

“Kami sangat kesulitan mendapatkan Gas Elpiji 3 Kg di pasaran. Karena keberadaannya sudah sangat sulit didapat, jikapun ada harganya bisa mencapai Rp 30 ribu,” ungkap Usep Jauhari, salah seorang warga Binuangeun, kepada INDOPOSCO,Selasa (4/1/2025).

Ny Roheti,warga Desa Mekar Agung, Kecamatan Cibadak, mengaku sudah hampir dua pekan ini gas ukuran 3 kg di daerahnya tidak ada di pangkalan dan pengecer.

Jikapun ada yang menjual, harganya selangit mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per tabung.Kalaupun ada satu dua pengecer yang masih menyediakan gas harganya sudah Rp 35 ribu per tabung,” ujarnya.

Untuk itu,dia dan beberapa orang warga lainnya kini kembali beralih mengunakan kayu bakar dan memasak menggunakan tungku,karena sulitnya mendapatkan ‘si melon’ dari pangkalan dan pengecer di kecamatan Rangkasbitung dan Cibadak.

Ia menyebutkan, elpiji bersubsidi tersebut beberapa kali terjadi kekosongan di tingkat agen,pengkalan maupun pengecer. Akibatnya warga yang kehabisan elpiji harus menunggu lama untuk mendapatkan pasokan.Jikapun ada, itupun harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah.

.”Benar benar lengkap sudah penderitaa kami rakyat kecil,selain listrik naik juga gas elpiji susah didapat,” cetusnya.

Oleh karena itu, sejumlah warga di desa Mekar Agung, Bojongleles dan Kadu Agung Barat Kecamatan Cibadak, terpaksa kembali memutuskan menggunakaan kayu bakar dan memasak menggunkan tungku yang selama ini jarang digunakan dan baru digunakan saat elpiji habis.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ny Lia,seorang warga Kampung Pasir Gendok, Desa Bojongleles, Cibadak,yang mengaku sudah hampir sepekan ini lebih sering menggunakan kayu bakar,akibat sulitnya mendapatkan gas elpiji di pengecer dan pagkalan
“Sudah lebih seminggu ini saya menggunkaan kayu bakar,karena sulitnya mendapatkan gas elpiji ukuran 3 kg,” ungkapnya.

Ironisnya,kelangkaan gas elpii ini terjadi di dekat (Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Elpiji) di desa Mekar Agung, Kecamatan Cibadak,dan Citeras,Kecamatan Rangkasbitung.

Kelangkaan “si melon” tidak hanya terjadi di kecamatan Rangkasbitung,Cibadak dan Warunggung,namun merata terjadi di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak,terutama di wilayah selatan, seperti kecamatan Malingping,Wanasalam, Panggarangan, Bayah, Cibeber dan Cibareno.

Bahkan,sejumlah warga di wilayah selatan Kabupaten Lebak mengaku, mencari gas elpiji ukuran 3 kg hingga ke daerah Pelabuhanratu dan Cisolok, Sukabumi,Jawa Barat.”Saya terpaksa membeli gas elpiji ukuran 3 kg ke Pelabuhanratu dan Cisolok,Sukabumi,karena disini (Lebak-red) jarang sekali ada gas elpiji,” ujar Ny Nina,seorang warga Kecamatan Bayah.

Sejumlah pengecer gas elpiji 3 kg di Kota Rangkasbitung dan Cibadak, mengaku sudah tidak menerima pasokan gas dari pangkalan ke pengecer.

.”Saya biasanya mendapatkan jatah sebanyak 30 tabung per hari,namun sejak 15 hari ini saya tidak pernah lagi dikirim,dan dulu saya menebus dari pangkalan sebesar Rp 19 rbu per tabung,” terang Ujang, seorang pengecer di Kecamtan Cibadak. (yas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button