Ini Metode Terbaru Melahirkan Caesar, Percepat Pemulihan dan Minim Rasa Sakit

INDOPOSCO.ID – Lahiran secara caesar menggunakan metode Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS) menjadi perbincangan yang hangat di tengah masyarakat di Tanah Air.
Prosedur ERACS ini merupakan pengembangan dari konsep Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) yang awalnya digunakan pada operasi bedah digestif atau operasi bedah umum.
Sebenarnya, metode ini sudah dapat dilakukan sejak lama, tapi baru kembali booming di masa pandemi ini. Di sini pasien mengharapkan dapat lebih cepat pulang ke rumah karena khawatir dapat terpapar atau terinfeksi virus.
Baca Juga : Cara Cegah Mengompol usai Melahirkan
Di Siloam Hospitals Ambon, metode ERACS sudah diterapkan sejak tahun lalu, tapi bertahap. Ini baru dilakukan secara sempurna sejak 9 September 2021 hingga sekarang. Sejak September-Desember 2021, kurang lebih sudah 40 kasus melahirkan di Siloam Hospitals Ambon yang berhasil menggunakan metode ERACS.
“Metode ERACS ini lebih unggul karena proses recovery yang lebih cepat, painless atau rasa nyeri yang sangat sedikit, mobilisasi pasien lebih cepat dan lebih baik. Pasien dapat lebih cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga,” ujar dr. Ida Bagus Gita Dharwa Wibawa, SpAn (Spesialis Anastesi), pada acara media gathering dengan tema Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS), Jumat (14/1/2022).
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Maluku, dr. Markus Daniel Taliak, SpOG memaparkan perbedaan antara metode ERACS dan metode konvensional. Dimana pada persiapan melahirkan caesar dengan metode ERACS terdapat beberapa perbedaan dengan metode konvensional.
Baca Juga : Wanita Lebih Berisiko Terkena Osteoporosis
“Perbedaan ini bisa ditemukan sejak proses persiapan operasi, dimana pada metode konvensional pasien diharuskan untuk puasa makan 8 jam sebelum operasi. Sedangkan pada metode ERACS 8 jam sebelum operasi pasien masih dapat makan dengan bebas, 6 jam sebelum operasi masih dapat mengonsumsi makanan yang ringan, bahkan 2 jam sebelum operasi pasien diarahkan untuk mengonsumsi cairan berkalori, seperti air gula dengan harapan sang pasien memiliki energi optimal dan mengurangi rasa stress. Ini bertujuan untuk membantu proses pemulihan pasien pascaoperasi,” bebernya.
Sementara, dr. Erwin Rahakbauw, SpOG yang merupakan salah satu tim dokter Obsgyn menjelaskan, perbedaan signifikan antara metode ERACS dan konvensional ada pada teknik operasi. Metode ERACS tidak mengeluarkan rahim dari rongga perut dalam proses operasinya sehingga tidak mengakibatkan penarikan pada saraf-saraf yang dapat menyebabkan rasa mual setelah operasi.
“Pada teknik ERACS juga dokter menghindari proses pencucian rahim. Tujuan akhir dari proses penyembuhan ERACS ini adalah 8 jam setelah operasi pasien sudah dapat bergerak dan kurang dari 24 jam pasien sudah dapat berjalan dan keesokan harinya sudah dapat segera kembali ke rumah,” jelasnya.
Selain itu, dr. Cok Istri Arintha Devi, SpAn, salah satu tim dokter Anastesi di Siloam Hospitals Ambon membagikan pengalamannya sebagai pasien pertama yang melahirkan di Siloam Ambon dengan metode ERACS.
“Perbedaannya cukup besar dibandingkan proses kelahiran pertama saya dengan metode caesar konvensional, dimana saya merasakan proses melahirkan yang jauh lebih nyaman dan lebih relax dibandingkan sebelumnya,” kata dia.
Keberhasilan proses melahirkan dengan metode ERACS ini adalah hasil kerja sama semua tim dokter yang menangani, baik dari tim Obsgyn, Anastesi maupun dari tim dokter Anak. Tentu pasien juga diharapkan dapat ikut bekerja sama dengan mengikuti anjuran dan arahan dokter. (arm)