Ekonomi

Proyeksi Pembiayaan Syariah Semester II 2025: Tetap Tumbuh namun Lebih Moderat

INDOPOSCO.ID – Pembiayaan syariah diproyeksikan tetap mencatatkan pertumbuhan solid pada semester II 2025, meskipun laju ekspansinya diperkirakan tidak sekencang paruh pertama tahun ini.

Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah nasional berada di kisaran 8%-11% (year-on-year/yoy) sepanjang 2025. Target ini sedikit direvisi dari proyeksi awal yang berada pada kisaran 11%-13%, sebagai bentuk penyesuaian terhadap tren perlambatan kredit perbankan nasional.

Direktur Infrastruktur Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, menyampaikan bahwa pertumbuhan pembiayaan syariah secara umum masih memiliki potensi untuk tetap stabil, namun dengan kecepatan yang lebih moderat pada semester kedua.

“Bank akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan, mengingat aktivitas ekonomi masyarakat, terutama sektor UMKM, belum sepenuhnya pulih,” ujar Emir kepada INDOPOSCO, Selasa (22/7/2025).

Menurut Emir, kolaborasi yang lebih kuat antara bank syariah, pemerintah, dan lembaga penjamin menjadi kunci dalam memperkuat pembiayaan produktif, terutama bagi pelaku UMKM, agar pertumbuhan menjadi lebih berkelanjutan dan merata.

Untuk mencapai akselerasi yang lebih tinggi, pendekatan sistematis dan komprehensif sangat diperlukan dengan menerapkan beberapa langkah, seperti penyelenggaraan lebih banyak event besar untuk mempromosikan produk perbankan syariah, pengembangan ekosistem keuangan syariah yang terintegrasi, dan program literasi keuangan syariah yang lebih masif dan menyasar berbagai lapisan masyarakat.

“Secara makro, fundamental ekonomi nasional menjadi faktor penopang. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,6%-5,4%, dengan kondisi semester II diperkirakan membaik seiring meningkatnya permintaan domestik serta tetap positifnya kinerja ekspor,” tuturnya.

Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia pada Juli 2025 juga diperkirakan mendorong kinerja pembiayaan. Penurunan ini menurunkan cost of fund (biaya dana) bagi perbankan, sehingga memberikan ruang lebih besar untuk ekspansi pembiayaan, termasuk sektor syariah.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun, lanjut Emir, optimistis terhadap prospek pembiayaan syariah. OJK mencatat bahwa meningkatnya aset dan dana pihak ketiga di bank syariah menjadi indikator positif terhadap kemampuan industri untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.

“Selain itu, penyerapan anggaran pemerintah yang biasanya meningkat di paruh kedua tahun juga diyakini akan mendorong pembiayaan proyek-proyek strategis, seperti infrastruktur, pertanian, perdagangan, hingga sektor pendidikan,” jelas Emir.

“Meski proyeksi ekonomi syariah masih positif, sejumlah risiko tetap harus diwaspadai. Di antaranya adalah potensi perlambatan ekonomi global, volatilitas pasar keuangan, kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (Trump Effect atau efek kebijakan Presiden Trump), serta meningkatnya ketegangan geopolitik global,” sambungnya.

Selain itu, meskipun Non-Performing Financing (NPF) syariah masih tergolong rendah di angka 2,28% gross per Mei 2025, perbankan menunjukkan sikap lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Banyak bank memilih menempatkan dananya ke dalam instrumen surat berharga yang dinilai lebih aman, dibanding ekspansi pembiayaan langsung.

“Dengan berbagai faktor pendorong dan tantangan yang ada, semester II 2025 diproyeksikan akan tetap mencatatkan pertumbuhan pembiayaan syariah yang solid. Laju pertumbuhannya kemungkinan akan setara atau sedikit lebih tinggi dibanding semester I yang tumbuh sekitar 8%-9% yoy, dengan target akhir tahun mendekati 10%-11%,” tambah Emir.

Keberhasilan mencapai target ini sangat ditentukan oleh realisasi permintaan pembiayaan dari sektor riil, kemampuan bank syariah dalam mengelola risiko, serta konsistensi dalam menjaga momentum pertumbuhan yang sehat. (her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button