Disway

Tempe Kedelai

INDOPOSCO.ID – Sedikit yang diharap. Justru banyak yang didapat. Kejutan seperti itu hanya bisa datang dari orang yang tidak biasa-biasa saja: Presiden Donald Trump.

Anda pun akan sulit percaya. Tiba-tiba Trump membuat pernyataan ini: akan mengizinkan mahasiswa Tiongkok kuliah di Amerika sampai mencapai jumlah 600.000 orang.

Itu diucapkan Trump saat berbicara dengan tamu khususnya: Presiden Korea Selatan dua hari lalu.

Berita Terkait

Hanya keseleo lidah?

Tidak. Trump mengucapkannya tidak hanya sekali. Keesokan harinya –di sidang kabinet di Gedung Putih– ia menegaskan hal yang sama.

Memang itu belum keputusan pemerintah. Itu baru penegasan dari seseorang –tapi seseorang itu bernama Donald Trump. Trump pun menjelaskan alasannya yang sangat logis: kelangsungan hidup banyak perguruan tinggi di Amerika tergantung pada banyaknya mahasiswa asing.

Jelaslah: ini perhitungan bisnis. Apalagi dampak pada ekonomi lokal yang didapat dari mahasiswa Tiongkok itu mencapai USD 14 miliar. Hampir Rp 30 triliun.

Para rektor universitas swasta di Indonesia pun akan setuju dengan Trump: jumlah mahasiswa menentukan hidup-mati perguruan tinggi.

Sekarang ini mahasiswa baru universitas-universitas negeri di Indonesia membeludak. Universitas negeri sudah seperti vacuum cleaner. Akibatnya: universitas swasta paceklik mahasiswa. Para rektor swasta akan berkumpul di Yogyakarta minggu depan: bagaimana cara mengerem nafsu universitas negeri.

Yang negeri sendiri juga ingin hidup. Subsidi untuk mereka kini jauh berkurang. Harus cari uang sendiri. Cara paling mudah: menerima mahasiswa sebanyak-banyaknya.

Salah satu universitas negeri di Surabaya tahun ini sampai menerima mahasiswa baru sebanyak 15.000 orang! Satu angkatan saja: Unesa –dahulu IKIP Negeri Surabaya. Top! Terbanyak se Indonesia.

Unesa belum memegang rekor. Rekornya tahun ini dipegang Universitas Terbuka (Negeri): 184.000 orang. Dari Surabaya saja 41.000 orang! Dengan demikian jumlah keseluruhan mahasiswa UT mencapai lebih 762.000 orang.

Trump pun tahu hitungan bisnis universitas. Tapi bisakah omongan Trump kali ini dipegang? Atau itu hanya untuk umpan yang akan menentukan langkah berikutnya? Akankah itu hanya gula-gula untuk pemanis penggiur selera Tiongkok –agar mau memberi kompensasi di bidang yang lain?

Sejauh ini hanya empat negara yang keras pada Amerika-nya Donald Trump: Tiongkok, Kanada, India, dan Brasil. Trump tentu akan menundukkan mereka satu per satu. Dimulai dari Kanada. Lalu bersikap manis pada Tiongkok.

Jumlah 600.000 mahasiswa yang akan diizinkan Trump itu sendiri terlihat seperti pemanjaan yang berlebihan. Sebanyak-banyak mahasiswa Tiongkok di Amerika belum pernah mencapai angka 500.000. Itu pun ributnya sudah bukan main. Mereka sudah dinilai berlebihan. Apalagi, menurut sebagian tokoh yang anti China-nya “keterlaluan”, para mahasiswa Tiongkok itu merangkap sebagai intel-intel komunis.

Anda sudah tahu: rekor terbanyak mahasiswa Tiongkok di Amerika adalah tahun 2019/2020: hanya sebanyak 372.532 orang. Lalu menurun. Ada yang karena pandemi Covid-19. Ada pula karena ketegangan hubungan Amerika-Tiongkok. Tahun lalu jumlah mereka ”hanya” sekitar 277.398 orang.

Maka angka 600.000 jatuhnya seperti meledek. Ledekan gaya Trump. Tapi siapa tahu kali ini betul –justru pemerintah Tiongkok yang akan mengerem angka itu. Caranya mudah: tidak diizinkan pergi.

Di Tiongkok cara itu bisa dilaksanakan dengan cepat: di sana, untuk pergi ke luar negeri, harus ada izin pemerintah.

Mahasiswa Tiongkok itu terbanyak kuliah di University of Illinois at Urbana–Champaign (UIUC) –dua jam bermobil ke selatan Chicago. Jumlahnya 6.240 orang. Utamanya kuliah teknik dan bisnis.

Awal tahun ini saya ke sana –Anda sudah membacanya. Saya juga bertemu banyak mahasiswa kita di sana –termasuk yang mendalami ilmu serangga dan cuaca. (Baca di sini:Awan Capung)

University of Southern California juga jadi pilihan utama. Termasuk Columbia University. Mereka sangat menyebar. Pun di pedalaman Kansas; saya melihat banyak mahasiswa Tiongkok. Di universitas sangat kecil di kota kecil Hays: saya sering bicara dengan mereka.

Banyak tokoh dari Kubu Trump sendiri sewot melihat langkah kuda itu.

Trump, di mata mereka sudah seperti “pagi tempe, sore kedelai”.

Ahli tempe terbaik dari Bogor pun tidak akan bisa mengubah tempe kembali jadi kedelai –hanya dalam 12 jam. Berarti Trump adalah ahli tempe terbaik di dunia. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 27 Agustus 2025: Tionghoa Sholehah

djokoLodang
-o– SHOLIHAH – SHOLILAH Teman saya di komunitas gateball Jawa Barat nama panggilannyi Rihana, Jeng Rihan, atau Jeng Rih. Santri asal Jember, Jawa Timur. Sudah lama bermukim di Cimahi. Sekarang jadi pembina dan pengasuh atlet gateball di sana. Suatu ketika, saat sama-sama bertugas sebagai perangkat pertandingan gateball antarbangsa di Sari Ater, baru saya baca nama lengkapnyi: Musrihanah Sholilah. “Pasti salah ketik ini,” pikir saya. “Mana ada nama Sholilah.” Kutemui dia. “Nama yang benar Sholihah atau Sholilah?”, tanya saya. “Dataku memang aneh, pak Joko,” jawabnyi. “Akte, Musrihanah Sholihah. KTP, Musrihanah Sholilah. Nama yang di daftar itu sesuai KTP.” “Pasti ada salah ketik waktu pembuatan KTP itu.” kata saya. “Tidak apa-apa,”.jawabnyi. “Tidak apa-apa?” tanya saya, ngeyel. “Sholihah artinya wanita yang sholeh. Kalau sholilah entah apa artinya.” “Sholilah, So karena Alloh,” tukasnyi. *) Bagus. –koJo.-

heru santoso
Anakku kuliah di Hangzhou, beasiswa tuition fee. Asrama bayar sendiri RMB 1200/semester (sekitar 500rb/BLN) . Setiap bulan saya kirim Rp 5jt, dia masih bisa menabung 1.5jt/bulan. Sering trip mudik, biaya tiket pesawatnya didapat dari jastip.

Taufik Hidayat
Kuliah ke Tiongkok ? 40 tahun lalu saya bermimpi kuliah ke Amerika dan tidak ada anak zaman itu yang ingin ke Tiongkok. Bisa bisa dituduh komunis atau PKI. Zaman memang berubah . Namun kali ini kita juga melihat perubahan orang tua milenial memberi nama anak-anaknya . Zaman dulu nama anak sederhana Dahlan, Thamrin, Taufik, Sukidi, Agus , Asep, Bambang, Joko, hasan , sekarang nama anak makin susah. Saya aja sebagai dosen susah ketika membaca absen nama nama mahasiswa. Apalagi orang Tiongkok membaca nama nama seperti di atas, untungnya nama nama Tionghoa tidak berubah walau sekarang pun untuk konsumsi barat orang Tiongkok mulai punya nama barat seperti Jack Ma ? kalau dulu zaman saya muda hanya orang Singapura yang punya nama seperti Jack Ma, Charles Lim, James Goh, Brian Wong, Alex Tan, Peter Ong, orang Taiwan jarang yang punya apalagi orang Tiongkok. tapi kalau orang Indonesia memang cepat berubah memberi nama anak. Sekarang tidak ada lagi nama anak yang sederhana seperti zaman dulu.! Salam TH.

Fuad Nurhadi
Belajar Bahasa Mandarin itu bagus-bagus saja. Sekedar mengingatkan, Bhs Mandarin itu bukan bahasa yang digunakan di dalam science and technology. Di bidang STEM, Bhs Inggris masih menjadi lingua franca. Belajar Bhs Mandarin 4 tahun intensif, bisa jadi level Intermediate. Sedangkan Bhs Inggris akan sudah Advanced.

siti asiyah
Dari tulisan Abah, tiap mahasiswa akan mendapatkan nama tionghoa.Di Ijazah-nya nanti yang ditulis nama aslinya apa nama tionghoa-nya ? Ijazah dari sana ada fotonya ? Takutnya nanti dikira ijazah palsu atau dikira make ijazah orang lain.Njagani kalo nanti jadi pejabat.

heru santoso
Note 11: (catatan perjalanan). . . . Aku tidak bermaksud menulis tentang Cu Chi Tunnel—baca: “kuci”. Terlalu banyak sudah artikel dan brosur wisata yang menjelaskan bagaimana terowongan ini menjadi simbol perlawanan rakyat Vietnam terhadap penjajah. Namun tetap saja, aku ikut tur ke sana. Mungkin lebih karena rasa ingin tahu, atau sekadar memenuhi itinerary yang longgar. Banyak agen menawarkan paket tur. Harganya bervariasi. Aku pilih yang paling murah: 470 ribu dong. Nggak sampai 300 ribu rupiah. Yang penting sampai lokasi, dan ada guide yang bisa bercerita. Pagi-pagi, ponselku bergetar. Pesan WA dari pemandu tur. Belum sempat dibalas, langsung disusul voice call. Suara perempuan, cepat dan penuh semangat: “Hello, my name is “#&$#’€¥¢√π …(Sulit diucapkan atau diketik disini). Just call me Linda!” Aku dijemput pertama, mini bus masih kosong. Langsung aku pilih duduk di bangku depan. Strategis. Bisa lihat jelas penjelasan Linda, dan bisa ngobrol lebih banyak. Perjalanan keluar kota menuju utara. Kami melewati perkampungan yang terlihat sederhana, beberapa rumah sederhana, kebun-kebun kurang terurus, dan toko-toko kecil dengan papannama berantakan. Wajah Vietnam yang tidak dimasukkan ke brosur wisata. Linda 5i mulai menjalankan tugas sebagai guide. Seperti penyiar, dia mulai bercerita tentang sejarah Vietnam. Nadanya penuh semangat, terutama saat ia bicara tentang perjuangan Vietcong, gerilya, dan kemerdekaan yang tidak datang dg mudah. (text limit, lanjut besok)

Jokosp Sp
Dari pabrik semen yang dimiliki oleh PT.Conch Cement Indonesia dari Tiongkok, yang industrinya berada di Kab. Tabalong juga memberangkatkan 16 orang dari sekitar 20 orang yang terdaftar infonya. Mereka dari lulusan SMA/SMK tahun 2025 di Kab. Tabalong yang mendapatkan beasiswa untuk belajar di Wohu. Saya baca dari surat tugas belajar yang diberikan ke masing-masing pelajar. Sayang tulisannya pakai bahasa China, jadi ya terus terang tidak tahu baca dan artinya. Memang di situ tertulis nama asli Indonesia dan di bawahnya ada nama Tionghoanya. Kemudian saya cek di mana Wohu?, ternyata tidak ketemu. Apakah Wohu yang biasa disebut Wuhan?. Sebuah kota di Tiongkok yang terletak di Provinsi Hubei bagian tengah dari kota itu. Wuhan yang bagian dari kota Wuchang, Hankou, dan Hanyang. Pak Boss mungkin bisa jelaskan lebih rinci.

Lutfi Alfarizi
luar biasa. kagum terhadap pesantren nurul jadid. tentu pesantren ini sangat familiar dikancah provinsi jawa timur. saya yakin hal ini tidak lepas dari do’a dan usaha para pendidik pesantren dengan jiwa pengabdiannya yang luar biasa. terlebih pesantren ini dipimpim oleh ulama’ karismatik KH. Zuhri Zaini. Pesantren ini juga melahirkan banyak sosok ulama’ karismatik, seperti KH. Musleh Adnan, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, dll. beliau-beliau merupakan lulusan pesantren nurul Jadid Probolinggo. Perguruan tingginya juga bersaing dengan perguruan tinggi laiinya. dilihat dari beberapa jurnal yang sudah dikeluarkan oleh kampusnya, bahkan sudah ada yang terindex sinta 2. sungguh sangat luar biasa dilingkungan pesantren yang terkenal dengan “ketertinggalan”, tapi PP Nurul Jadid Mampu menunjukkan sebagai salah satu pesantren yang tidak “tertinggal.”

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
NEGARA YANG DULU DIJULUKI NEGERI TIRAI BAMBU, TIRAINYA SUDAH DIGULUNG DAN MEMBUKA DIRI LEBAR-LEBAR.. Dulu Tiongkok dijuluki “Negeri Tirai Bambu” karena tertutup rapat dari dunia luar. Tapi sekarang, tirainya sudah digulung! Negara ini membuka diri selebar-lebarnya: wisatawan bebas masuk, proses visa mudah dan murah, sekolah-sekolah menerima siswa internasional, dan penduduknya bebas melancong ke mancanegara, kemanapun. Ekonominya maju luar biasa. Bahkan mulai menyalip Amerika Serikat. Orang-orang dari seluruh dunia berbondong-bondong ingin melihat langsung kehebatannya—bahkan belajar di universitas-universitas top di sana, melihat kehebatan pabrik-pabriknya. Wisata bisnis ramai luar biasa. Julukan “tirai bambu” pun hilang dengan sendirinya. ### Sebaliknya, Amerika Serikat kini mulai “menutup” diri. Visa masuk mahal dan sulit, medsos dicek, dan kalau ketahuan pro-Palestina, permintaan visa langsung ditolak. Bahkan mahasiswa asing yang sudah belajar di AS diusir, visanya dicabut. Dulu AS dikenal paling bebas dan terbuka. Kini, seakan-akan Amerika sendiri sedang mengumumkan dirinya sebagai negeri “Tirai Besi” baru. Dengan tirai yang bahkan lebih kokoh dari negeri komunis tirai besi Eropa Timur masa lalu, saat jaman perang dingin.. Negara-negara Eropa pun mulai “menghitung” kedekatan hubungannya.. Amerika adalah masa lalu.. Tiongkok masa depan..

Bahtiar HS
Hehehe Ya benar. Pas nyonya 5i melancong ke Yunnan dan sekitarnya 2 bulan lalu, mesti bawa 2 hal kalau keluar hotel. Pertama, bawa air dalam wadah. Sy lupa namanya. Krn air tidak selalu tersedia di toilet. Kedua, bawa teman utk berjaga2 di pintu. Krn pintunya hanya dari gorden, bahkan kalau ditutup ke kiri, kanan terbuka. Juga sebaliknya. Atau kalau 2 helai, tengahnya suka berkibar2 ditiup angin. Maunya pipis bisa gagal total. :))

Wilwa
Selain Kasnowo. Asnawi juga jadi alternatif guyon lainnya. “Asli Cina Betawi”. :)

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
@pak Tani.. KASNOWO DIPONEGORO.. Kasnowo Diponegoro bukanlah tokoh sejarah nyata, melainkan karakter fiktif dalam anekdot satir tentang kebijakan asimilasi nama di era Orde Lama. Saat itu, warga Tionghoa diharuskan mengganti nama menjadi nama Indonesia agar lebih mudah berbaur, meskipun banyak yang merasa terpaksa. Nama Kasnowo sendiri merupakan plesetan dari frasa Jawa “Bekas Cino Dadi Jowo” (Cina menjadi Jawa). Sedangkan Diponegoro ditambahkan untuk kesan gagah dan nasionalis, mengambil nama pahlawan besar. Anekdot ini menyindir kebijakan pemerintah Orla, yang memaksakan asimilasi. Bukan mendorong integrasi secara alami. Kisah “Kasnowo Diponegoro” kemudian menjadi simbol kritik sosial terhadap kebijakan diskriminatif yang mempengaruhi identitas budaya dan pribadi warga keturunan Tionghoa pada masa itu. Melalui humor dan sindiran, cerita ini mengingatkan bahwa identitas seharusnya lahir dari kesadaran, bukan paksaan administrasi. Hingga kini, “Kasnowo Diponegoro” sering disebut dalam diskusi soal sejarah perubahan nama dan dinamika multikulturalisme di Indonesia.

istianatul muflihah
CNY Education, lembaga yg saya tau dari sosmed itu didirikan oleh Santi Ding dan suami (orang Tiongkok), menawarkan fasilitas belajar bahasa mandarin, dan persiapan sekolah lanjut ke China. Bu Santi dan suaminya sama sama lulusan doktor. Juga di China. CNY dalam tebakan saya di asosiasikan dengan kode untuk mata uang yuan.

Runner
Nama nama yang bagus. Nama yang tertera di pengumuman masuk perguruan tinggi top. Ceritanya. Banyak ibu ibu juga bapak bapak. Memilih nama untuk anaknya dengan “menjiplak” nama didaftar nama yang lulus masuk perguruan tinggi Jaman masih koran nama nama yang lulus tertera. Nama nama sebagian besar khas nusantara. Zaman online ini sudah gak bisa “jiplak” nama dari yang diterima universitas. Pengumuman melalui internet. Internet juga memudahkan cari nama. Pun nama yang susah Nama nama orang khas nusantara mulai “terpinggirkan”. Ganti nama nama yang menyebutnya saja susah. Susah menyebut mungkin untuk generasi kolonial. Generasi milenial 2000 an kayaknya tidak. Yang tua kadang harus menyesuaikan

Bahtiar HS
Saya kok punya pikiran sama dengan Mas Hasyim ini. Tp saya belum tanya ke anak sy yg juga baru lulus kuliah. Yg satu kemarin nyoba magang juga. Tp krn ada shift malam dari 8 malam sd 4 pagi 2 minggu sekali, dia akhirnya memutuskan mundur. Apalagi sy dukung dg fakta bahwa kita mesti istirahat paling nggak 6-7 jam sehari DI MALAM HARI. Kehilangan waktu tidur malam tidak bs digantikan dengan di lain waktu. Itu sesuai dengan ritme sirkadian, jam biologis tubuh yg dipengaruhi cahaya dan kegelapan. Bukankah Allah menciptakan siang utk bekerja dan malam utk beristirahat? Dia lulusan pondok. Arab-Inggris sdh punya dasar conversation. Mandarin yg blm. Kalau satunya kayaknya gak tertarik. Doi dah milih mau ke Jepang. Lg apply2. Sambi kerja proyek. Agak susah dpt rekom dari Prof Jepang di bidang Post-Harvest dg peminatan dia di mikrobiologi. Banyakan di fisiologi. OK Bang Hasyim. Kalau jawabannya sama, “Kelihatannya menarik”, mungkin nanti lanjut ngobrol sambil ngupi2 nang moker atau Pacet. Pengin juga dpt insight dari Pak Alfonso nih. Maaf kemarin nggak sempat cincai-cincai waktu di Bandung. Banyak yg pengin digali ilmunya, waktu terbatas. Mungkin nanti pas di Pacet. :))

Hasyim Muhammad Abdul Haq
Saya kemarin teringat cerita soal Kimbab Family. Awalnya mbak Gina diberangkatkan Pak Dahlan untuk “sekadar” belajar bahasa di Tiongkok. Serahu saya bukan kuliah. Cuma belajar bahasa, di negara tempat bahasa tersebut. Lalu saya kepikiran anak perempuan saya yang baru lulus Unair dan sedang magang di Pelindo Surabaya. Kenapa dia tidak saya suruh berangkat ke Tiongkok untuk belajar bahasa saja ya? Dia itu kalau saya suruh kuliah S2 kelihatan kurang antusias. Bahkan keluar negeri pun kurang semangat. Mungkin karena baru lulus, belajar selama 12 tahun sekolah plus 3,5 tahun kuliah, membuat dia nyaman kerja di tempat magang. Karena kepikiran soal Kimbab Family, saya langsung telepon Pak Alfonso Everyday Mandarin. Tanya-tanya soal belajar bahasa saja di Tiongkok dan Taiwan, BUKAN kuliah. Hasil telepon itu saya sampaikan ke anak saya dengan nada rendah tanpa terlihat memaksa. Saya pun bilang bahwa saya tak menargetkan apapun. Cuma belajar bahasa, tapi “di sana”. Respon pertama dia, “Kelihatannya menarik.” Alhamdulillah… Semoga nanti setelah magangnya selesai, dia bisa (dan mau) berangkat ke Tiongkok atau Taiwan untuk belajar bahasa Mandarin. Bagi saya yang penting nanti bisa membuka peluang lain. Entah dapat pekerjaan di perusahaan Tiongkok di sini, atau dspat pekerjaan di sana, semua jadi mungkin. Atau malah dapat suami seperti mbak Gina? Biarlah dia yang menentukan…

pak tani
Gathering perusuh beberapa tahun lagi semoga bisa diadakan di Tianjin. Sekalian perayaan hati baru yang kesekian puluh tahun. Ketua rombongan mungkin pak Heru Santoso, sekalian bisa mampir ke cafe2 seperti di Vietnam. Syukur2 berbuah manis menjadi catatan perusuh harian DI. Wakil ketua pastilah perusuh legendaris utup ngoel. Dengan sponsor sepatu baru edisi GANJEN. Gathering sambil Injen2. Cuci mata 5i. Semoga

Wilwa
@AgusS. Wolak-waliking jaman. Era terbolak-balik. Seperti roda yang berputar. Atas jadi bawah. Bawah jadi atas. Tapi seperti kata Juve Zhang Kapitalis yang akan menang. Walau faktanya Sosialis bisa menang juga asal dia bisa jadi “parasit” yang menumpang hidup di atas “tubuh” kapitalis lalu menghisap darah/sari makanan dari kapitalis bagai nyamuk/lintah atau benalu. Seperti yang sukses dilakukan Tiongkok. :)

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
Breaking News: TRUMP BIKIN KEBIJAKAN “BUMN-isasi”..? Presiden AS Donald Trump mengubah arah ekonomi Amerika dengan meningkatkan investasi pemerintah di perusahaan-perusahaan besar, bahkan yang masih sehat. Langkah ini dimulai dengan kepemilikan hampir 10% saham Intel, hasil konversi dana hibah pemerintah menjadi ekuitas. Trump menyatakan akan memperluas strategi ini ke sektor lain, termasuk U.S. Steel, MP Materials, Nvidia, dan AMD. Menurutnya, kebijakan ini untuk menjaga keamanan nasional dan daya saing teknologi AS. Namun, kebijakan ini menuai pro-kontra. Bill George dari Harvard menyebutnya sebagai pergeseran dari kapitalisme murni ke ekonomi terkendali negara. Senator Rand Paul mengecamnya sebagai langkah menuju sosialisme. Intel sendiri khawatir kebijakan ini memicu dampak negatif pada penjualan global, tetapi CEO-nya, Lip-Bu Tan, mendukung langkah pemerintah. Banyak pelaku usaha mengaku terkejut dengan kebijakan perdagangan dan tarif impor Trump, mempertanyakan seberapa jauh kendali pemerintah akan masuk ke sektor swasta. Dengan kebijakan ini, AS berpotensi memasuki era baru: kapitalisme ala Trump, di mana pemerintah menjadi pemain besar dalam bisnis korporasi. BUMN-isasi di AS?

Lagarenze 1301
Santai Sejenak. Arkeolog India membawa rekannya, arkeolog Tiongkok, ke tempat kerjanya. Setelah menggali beberapa saat, mereka menemukan beberapa kabel listrik terkubur di bawah tanah. Arkeolog India: “Lihat, kabel-kabel ini terlihat kuno. Tidak seperti kalian orang Tiongkok, kami orang India sangat maju saat itu sehingga kami sudah menggunakan teknologi listrik.” Arkeolog Tiongkok: “Keren sekali. Kami juga agak maju. Kamu harus berkunjung kapan-kapan.” Beberapa waktu berlalu dan arkeolog India tiba di Tiongkok. Arkeolog Tiongkok membawa arkeolog India ke tempat kerjanya. Timnya menggali tanah seharian dan mereka tidak menemukan apapun. Arkeolog India: (Tertawa) “Lihat, kamu tidak menemukan apapun, bahkan satu kabel pun tidak.” Arkeolog Tiongkok: (Tersenyum) “Tentu saja. Karena kami saat itu sudah menggunakan teknologi nirkabel.”

Wilwa
@Alfonso. Bagaimana dengan usulan nama-nama pelajar yang akan studi di Tiongkok oleh Mas Agus Suryonegoro di thread di bawah? Kekinian atau jadul? Kalau menurut saya lumayan kekinian. 请问

Everyday Mandarin (Study in Taiwan & China)
Bagaimana org lokal China/Taiwan menamakan (membuat nama) anaknya? Cara yang umum: ke peramal, betaburan di banyak tempat. Peramal akan menghitung tanggal lahir, jam lahir, dan memberi pilihan huruf untuk dijadikan nama. Pilihan huruf Mandarin nama² anak² zaman sekarang audah beda jauh dengan nama² org gen X apalagi gen Baby Boomers. Jika gen Baby Boomers lazim ditemukan nama yang berhuruf 华, 隆, 雄, 民, 玲, 美, 兰, dsb, maka nama anak² gen Z apalagi gen Beta skrg, namanya sudah unik², dengan huruf yang jarang digunakan. Saya, penerjemah tersumpah, melihat kecenderungan ini. Saran saya, jika Anda, WNI, ingin dibuatkan nama Tionghua yang terdengar kekinian, jangan minta ke mayoritas orang Tionghua Indonesia utk membuatkan nama. Saya ga yakin banyak yang suka memperhatikan nama² kekinian Tionghua. Juga, jangan minta Tionghua gen Baby Boomers yang membuat nama utk gen Alfa or Beta. Nanti terdengar jadul. Itu sama, sprt mbah Anda kl kasih nama ke anak yg lahir hari ini, Suyanto.

Thamrin Dahlan
Data Tulisan Perusuh Sudah Diterima Penerbit YPTD
Kirim tulisan ke : Thamrin Dahlan  : 08113220877, Email: [email protected] .
Sertakan dokumentasi foto bersama Abah dan profil penulis
Batas Akhir Pengiriman Tulisan 31 Agustus 2025
1. Agung Prasetyo Utomo /
2. Djadi Galajapo /Kekuatan Ketakutan
3. Ibu Srie / Exit Strategy
4. Istianatul Muflihah /
5. Agus Suryono / Pak Dahlan Iskan Yang Saya Kenal
6. Ade Suyitno / Harta Karun Abah Bagi Anak Muda
7. Thamrin Dahlan / Masama Dahlan
8. Riki Gana S / Abah Dahlan, Bukan Dewa!
9. Edhiemaz / Abah Galak
10. Ima Lumaru / Karena Ayah, Cinta Berkobar ke Dahlan Iskan.
11. Hasyim Muhammad / Penulis yang juga Pengusaha
12. Faisal Arsyad Zain / Kontribusi Tiada Akhir
13. Edi Sampana / Teladan Abah DI & Perusuh Disway
14. Lukman Nugroho / Kesederhanaan  yang Hidup
15. Mario / Dahlan Iskan: Menulis, Menggerakkan, Menginspirasi
16. MZ. Arifin / Perusuh: Proklamasi Anti Korupsi, Anti Koruptor
17. Taufik Hidayat / Dahlan Iskan Pengembara…..……
18. Hendro Santoso / Dahlan Iskan Kolumnis Sepak Bola Andal.
19. Y. Alris (Udin Salemo) / Abah Dahlan Iskan: Menulis Tak Ada Matinya
20. Dr. Sandra & Mr. Hady / Takeaway Disway
21. Sadewa / Jatuh Cinta Dua Kali
22. Nani Kusmiyati / Judul CHDi Selalu Menarik
23. Sutiono Gunadi / Dahlan Iskan Tokoh Visioner Terus Menulis
24. Muhammad Husein Daeng / Mengejar Harta Karun 500 Trilyun.
25. Lanjutkan ,….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button