Barikade Made In China
Oleh: Dahlan Iskan
INDOPOSCO.ID – Sudah dua bulan barikade itu belum dibongkar. Gedung Kongres Amerika, Capitol, masih terus seperti dalam keadaan darurat. Pagar tinggi masih mengelilinginya. Penghalang jalan masih terpasang. Terutama di jalan menuju Capitol.
Kesannya: ibu kota Amerika seperti tidak aman. Seperti di beberapa ibu kota negara miskin. Juga mengingatkan kita pada keadaan Jakarta pada saat-saat tertentu.
Anggota Kongres mulai mempersoalkan itu. “Kapan semua itu disingkirkan?” tanya anggota Kongres dari Partai Republik.
Sepanjang pagar itu belum dicopot, ingatan orang masih ke peristiwa 6 Januari 2021. Ketika pendukung Presiden AS kala itu Donald Trump menduduki gedung yang juga menjadi simbol demokrasi itu. Citra Partai Republik sangat terganggu oleh peristiwa itu. Apalagi kalau barikade itu masih terpasang. Setiap yang lewat akan melihat pagar itu. Langsung pula ingat Partai Republik.
Akhirnya keluar keterangan resmi. Pagar dan barikade itu belum akan dibongkar. Pihak keamanan Amerika masih melihat ada ancaman nyata: dari ekstrem kanan –kelompok supremasi kulit putih.
Bahkan menurut keterangan pihak keamanan, mereka akan menyerbu lagi Capitol. Tanggalnya pun bisa dideteksi: 4 Maret 2021 –dua bulan setelah pendudukan 6 Januari.
Kepolisian Amerika mendapat indikasi kuat soal penyerangan itu. Yakni dari lalu-lintas percakapan di media sosial –yang dilakukan di antara kelompok supremasi kulit putih. Mereka menggunakan kode-kode bahasa tertentu. Intinya: mereka akan menyerbu Capitol lagi, menyingkirkan anggota Kongres dari Partai Demokrat dan melantik Donald Trump sebagai presiden.
Tentu banyak yang tidak percaya ancaman itu. Seperti guyon saja. Atau ejekan. Bahkan mungkin sekadar untuk mengecoh petugas keamanan.
Buktinya, mendekati 4 Maret 2021, tidak ada gerakan manusia menuju Washington DC. Tidak ada juga kelompok yang mengerahkan massa menuju ibukota. Ini sangat berbeda dengan situasi menjelang tanggal 6 Januari lalu.
Tapi mengapa dipilih 4 Maret?
Saya terus memonitor laporan media dari sana. Pendukung Trump ternyata masih ada yang percaya: Donald Trump akan dilantik jadi Presiden Amerika pada 4 Maret ini –tadi malam Waktu Indonesia Barat (WIB).
Mereka menilai pelantikan Joe Biden pada 20 Januari lalu tidak sah. Menurut konstitusi Amerika yang asli, tanggal pelantikan Presiden Amerika itu harus pada 4 Maret. Mereka tidak mau tahu bahwa konstitusi tersebut sudah berubah pada 1933.
Rupanya pihak keamanan tidak mau ambil risiko. Setidaknya tidak mau kecolongan. Apalagi di antara anggota Kongres masih saja saling bermusuhan. Maka pagar dan barikade di Capitol itu masih akan dipertahankan. Mungkin sampai minggu depan. Setelah semua isu tadi tidak terbukti.
Trump sendiri tetap jadi bintang di Partai Republik. Ia masih dielu-elukan. Itu terlihat ketika Trump tampil di konferensi konservatif di Orlando Minggu lalu.
Saat itu Trump disambut secara khusus. Termasuk pemasangan patung emas Trump di lobi gedung pertemuan. Bahkan ketika Trump tampil di podium, ia tidak bisa langsung berpidato. Ia dielu-elukan begitu hebat. Disiapkan lagu khusus sebagai pengantar pidato.
“Banyak yang menghendaki saya mendirikan partai baru,” ujar Trump. “Tapi untuk apa?” tambahnya. “Kita sudah punya Partai Republik,” katanya.
Berarti isu akan adanya partai baru sudah pasti tidak akan jadi kenyataan. Kudeta partai pun juga tidak terpikirkan. Tinggal apakah Trump benar-benar akan mencalonkan diri lagi pada 2024.
Trump tetap saja sangat populer. Demikian juga patung emas yang dipasang itu. Waktu konferensi tersebut berlangsung mereka memuji kehebatan patung itu. Tiga hari setelah konferensi ditutup patung itu lebih terkenal lagi: ternyata patung emas itu made in China. (*)