INDOPOSCO.ID – Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pagelaran wayang kulit bukan hiburan semata, lebih dari itu, wayang juga sarat dengan nilai-nilai kebijaksanaan dan filosofi kehidupan.
Hal tersebut diutarakan Bahlil saat membuka pagelaran budaya wayang kulit dengan lakon “Semar Mbangun Kahyangan dalam memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61 Partai Golkar di Gedung DPP Partai Golkar, Slipi, Jumat (14/11/2024) malam.
“Wayang memiliki kehalusan seni yang luar biasa. Saya yang berasal dari Papua awalnya tidak memahami wayang secara kaffah, tetapi setelah mempelajari dan melihat langsung prosesnya, apalagi istri saya orang Jawa, saya baru benar-benar mengerti bahwa wayang tidak hanya seni gerak. Ada seni pahat, seni suara, seni tutur, dan seni olah mengolah,” ujarnya.
Bahlil yang juga menjabat Menteri Emergi Sumber Daya Mineral (ESDM) ini turut menuturkan bahwa wayang telah diakui dunia sebagai karya budaya adiluhung bangsa Indonesia. Menurutnya, seni wayang mengajarkan keluhuran budi, ketelitian, dan keseimbangan yang menjadi dasar kuat pembentukan karakter masyarakat.
Bahlil lantas menceritakan bahwa Partai Golkar memiliki sejarah panjang dengan dunia pedalangan. Wayang, menurutnya, pernah menjadi salah satu media komunikasi politik dan sosial yang sangat kuat di era pemerintahan Presiden Soeharto.
“Di masa keemasan Golkar selama 32 tahun di bawah kepemimpinan Pak Harto, wayang menjadi instrumen komunikasi strategis antara pemerintah, partai, dan masyarakat. Banyak program pembangunan, seperti program KB, disosialisasikan melalui pertunjukan wayang karena lebih mudah diterima rakyat,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa tradisi positif itulah yang kini ingin dihidupkan kembali. Menurut Bahlil, perjalanan panjang Partai Golkar sebagai salah satu pilar politik bangsa tidak dapat dilepaskan dari kedekatannya dengan budaya rakyat.
Sejak awal berdirinya, Golkar tumbuh bersama denyut kehidupan masyarakat di berbagai daerah; dari sabang sampai merauke, dari kampung-kampung kecil hingga kota besar. Budaya lokal, termasuk seni pertunjukan seperti wayang kulit, menjadi medium yang mempertemukan nilai-nilai partai dengan aspirasi masyarakat.
“Kita tidak sekadar mengulang sejarah. Kita ingin merawat warisan baik dari para senior, melanjutkannya, dan mewariskannya kepada generasi baru Partai Golkar. Budaya adalah pengikat persatuan, dan Golkar ingin tetap berada di tengah-tengah masyarakat melalui pendekatan yang berakar pada kearifan lokal,” tegas Bahlil.
Lebih jauh, Bahlil menjelaskan bahwa lakon “Semar Mbangun Kahyangan” dipilih bukan tanpa alasan. Lakon tersebut menggambarkan peran tokoh Semar dalam membangun kembali tatanan kahyangan melalui kebijaksanaan, kesederhanaan, dan keteguhan moral.
“Lakon ini mengajarkan bahwa untuk membangun sebuah tatanan yang baik, diperlukan kearifan, kesabaran, dan keberanian moral. Nilai-nilai seperti inilah yang harus menjadi pegangan kita, khususnya di tengah kondisi sekarang,” ungkapnya.
Acara yang dihadiri oleh sejumlah elite DPP Partai Golkar. Inipun menghadirkan dalang kondang Ki Cahyo Kuntadi, didampingi sinden Niken Salindri dan seniman populer seperti Cak Percil, Proborini, dan Cak Slentem, yang membuat suasana acara semakin meriah menghibur ribuan masyarakat. (dil)









