Indonesia Diminta Lebih Serius Tangani Masalah Limbah Makanan

INDOPOSCO.ID – Limbah makanan merupakan masalah serius yang perlu ditangani karena berdampak negatif pada lingkungan dan ekonomi. Mengolah limbah makanan menjadi berbagai produk bermanfaat seperti kompos, biogas, atau pakan ternak adalah solusi baik.
Pemerintah Indonesia telah menargetkan pengurangan 30 persen dan penanganan sampah 70 persen pada tahun 2025, namun penanganan yang ada belum cukup.
Lembaga pendidikan At-Sunrice GlobalChef Academy memberikan contoh dalam mengolah limbah makanan. Salah satu divisi di kampus tersebut bernama Wellspent mampu menghasilkan produk bermanfaat.
“Pertama, orange peel magic, ini dibuat dari kulit jeruk. Jadi kulit jeruk diolah kembali dan moromi eggshell sea salt. Jadi ini garam yang dibuat dari kulit telur,” kata Direktur Perekrutan Siswa di At-Sunrice GlobalChef Academy Suman Subbian di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Dua produk hasil pengolahan sisa makanan itu layak dikonsumsi karena memiliki cita rasa enak, baik untuk tubuh dan ramah lingkungan.
“Jadi, salah satu strategi yang kita terapkan dengan food waste itu sangat menantang. Kita membuat yang tadinya limbah dari restoran atau pabrik itu kita olah kembali kemudian jadi produk-produk seperti ini,” tutur Suman.
Maka itu, mereka berupaya menjaring sejumlah talenta muda di Indonesia yang mencari pendidikan bermakna dan diakui secara internasional di bidang seni kuliner. Salah satu tujuannya, mempunyai pemahaman tentang penanganan limbah makanan.
“Kita mau ekspansi ke internasional dengan cara menambah student-student, supaya mahasiswa Indonesia yang datang punya pengalaman dan pengetahuan yang sama begitu kembali ke Indonesia mereka bisa terapkan ini,” ujar Suman.
Lulusan At-Sunrice tahun 2008 Michael Suyanto menyoroti, sebagian industri hotel maupun restoran memilih menyumbangkan makanan sisa yang masih layak dikonsumsi. Meski niat tersebut baik, namun mendonasikan makanan tidak selalu memenuhi standar keamanan pangan.
“Indonesia itu bukan (olah) produk, tapi donasikan makanan ke mana. Kita masih di level situ. Mereka hanya melihat sumbang makanan, tapi kan ada food safety-nya,” imbuh Michael Suyanto dalam kesempatan yang sama. (dan)