Julian Bongsoikrama, Dosen Muda UBL yang Menginspirasi Lewat Pendidikan dan Teknologi

INDOPOSCO.ID – Di tengah era digital dan perubahan pesat dalam dunia kerja, semakin sedikit anak muda yang memilih jalur karier sebagai pendidik. Profesi dosen kerap dianggap monoton atau kurang menantang dibandingkan pilihan lain di sektor industri kreatif, teknologi, atau wirausaha.
Namun, justru di sinilah pentingnya peran generasi muda yang mampu menjembatani semangat kekinian dengan nilai-nilai pendidikan yang berkelanjutan. Di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, muncul sosok muda yang membuktikan bahwa mengajar bukan sekadar rutinitas, melainkan panggilan untuk memberi dampak dan inspirasi.
Anggota Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Julian Bongsoikrama, B.A., M.Sc., memilih jalur karier yang tidak umum bagi anak muda seusianya. Di usia yang masih terbilang muda, ia telah menjadi dosen tetap di Universitas Budi Luhur (UBL) sejak awal tahun 2023.
“Saya memang sejak awal memilih menjadi dosen karena saya percaya bahwa pendidikan bisa memberikan dampak positif yang sangat besar, terutama untuk generasi muda,” ungkap Julian kepada INDOPOSCO, Jumat (25/7/2025).
Minat Julian dalam dunia pendidikan ternyata sudah muncul sejak ia duduk di bangku SMP dan SMA. Pria yang yang lahir di Jakarta pada 25 Agustus 2001 itu aktif sebagai volunteer mengajar anak-anak di Taman Kanak-Kanak (TK), dan pada akhir pekan kerap terlibat dalam kegiatan sosial bersama teman-temannya untuk mengajar anak-anak kurang mampu dan yatim piatu.
“Dari kecil keluarga saya selalu menekankan pentingnya pendidikan. Itu yang membuat saya terbiasa terlibat dalam kegiatan sosial dan mengajar sejak remaja,” katanya.
Dengan latar belakang pendidikan di luar negeri, Sarjana (B.A.) dari Regent’s University London dan Magister (M.Sc.) dari University of Westminster, Inggris, Julian yang dianggap menjadi salah satu dosen termuda di Tanah Air memiliki perspektif berbeda dalam dunia akademik.
“Kampus swasta di Inggris banyak menekankan kedekatan antara dosen dan mahasiswa. Suasana belajarnya lebih menerapkan prinsip kesetaraan (antara dosen dan mahasiswa) dan interaktif. Hal itu yang saya coba terapkan di UBL,” jelasnya.
Sebagai dosen muda dari generasi (gen) Z, Julian membawa pendekatan baru dalam proses belajar-mengajar. Ia mengajar dua mata kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UBL, yaitu Inovasi Bisnis dan Lobbying and Negotiation.
“Saya berusaha agar kelas tidak membosankan. Mahasiswa Gen Z butuh metode belajar yang menarik dan fun. Jadi saya desain materi ajar yang dinamis dan tidak monoton,” tuturnya.
Sebagai bagian dari UBL, Julian juga menghidupkan nilai “Cerdas Berbudi Luhur” dan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ia aktif dalam kegiatan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat.
“Di UBL sekarang sedang dibangun budaya penelitian. Ada pelatihan atau bootcamp khusus dosen untuk meningkatkan kemampuan menulis dan menghasilkan publikasi,” ujarnya.
Tak hanya itu, Julian juga aktif dalam kegiatan sosial kampus. “Kami rutin melakukan CSR, salah satunya yang terbaru adalah pengobatan gratis di Cirebon. Di sekitar UBL pun kami aktif berbagi sembako dan keceriaan untuk anak-anak yatim piatu,” kata Komisaris PT Sembada Bumi Selaras, perusahaan yang mengelola sampah plastik itu.
Menjadi dosen di usia muda tak lepas dari tantangan. Julian mengakui bahwa ia sempat mendapat pandangan skeptis dari beberapa mahasiswa.
“Tantangannya adalah meyakinkan mahasiswa bahwa dosen muda juga bisa memberikan materi ajar yang berkualitas. Bahkan, karena jarak usia yang dekat (antara ia dengan mahasiswa), mereka kadang merasa saya seperti teman sendiri,” ungkapnya sambil tersenyum.
Dari berbagai pengalaman mengajar, ada satu momen yang sangat membekas di hati Julian. Ia mendengar kisah salah satu mahasiswa UBL yang orang tuanya berprofesi sebagai petani dan bekerja keras demi bisa membiayai kuliah anaknya.
“Itu sangat mengharukan. Dari situ saya sadar bahwa pendidikan bisa mengubah hidup seseorang. Dan itu membuat saya makin semangat untuk membagikan ilmu yang saya punya,” ujarnya penuh empati.
Sebagai dosen generasi digital, Julian juga memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. “Saya mengimplementasikan online learning dan memanfaatkan platform komunikasi seperti WhatsApp untuk memudahkan diskusi. Sekarang ini sudah zamannya AI (Artificial Intelligence / kecerdasan buatan), dan mahasiswa juga harus tahu bagaimana memanfaatkannya secara positif,” jelasnya.
Menurut Julian, AI bukanlah ancaman jika digunakan secara bijak. “Gunakan AI sebagai alat bantu untuk menciptakan ide dan karya, bukan untuk mencontek atau menghindari proses berpikir,” tegasnya.
Sebagai pendidik muda, Julian punya harapan besar terhadap mahasiswa UBL setelah mereka lulus. “Saya berharap mereka bisa membuka usaha sendiri atau mendapatkan pekerjaan yang layak. Semoga ijazah dari UBL bisa menjadi bukti kualitas dan kompetensi mereka,” ucapnya.
Dan untuk mahasiswa yang bercita-cita menjadi dosen, ia memberi pesan inspiratif. “Menjadi dosen itu menyenangkan. Kita bisa berinteraksi langsung dengan mahasiswa setiap hari dan melihat bagaimana mereka tumbuh. Itu sangat memuaskan secara emosional dan intelektual,” terangnya.
Selain itu, Julian juga berbicara perihal ajang penghargaan lomba video animasi INDOPOSCO x UBL yang akan digelar pada 19 Agustus 2025 mendatang. Julian turut memberikan semangat dan tips kepada para peserta yang akan turut ambil bagian dalam kompetisi ini.
“Terus eksplorasi ide-ide kreatif kalian. Jangan takut mencoba hal-hal yang mungkin terlihat aneh. Justru dari situ bisa lahir karya yang luar biasa,” tambahnya. (her)