Pembelajaran di Wilayah Terpencil, Kemendikdasmen Terapkan Pendidikan Jarak Jauh

INDOPOSCO.ID – Tantangan utama pendidikan jarak jauh (PJJ) bukan hanya soal keterjangkauan lokasi, tetapi juga soal kualitas pembelajaran.
Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Tatang Muttaqin kepada indoposco.id, Sabtu (19/7/2025).
Ia mengatakan, upaya pendidikan jarak jauh ditempuh untuk memperkuat akses pendidikan bagi semua anak Indonesia, termasuk mereka yang tinggal di wilayah terpencil, perbatasan, hingga luar negeri.
“Di sejumlah daerah, terutama yang sangat sulit dijangkau, siswa hanya dapat mengikuti pembelajaran tatap muka satu kali dalam seminggu,” terangnya.
“Biasanya, mereka belajar secara mandiri menggunakan modul yang telah disiapkan, lalu mendapat pendampingan saat guru kunjung datang ke lokasi,” sambung Tatang.
Menurutnya, modul yang disiapkan harus mudah dipahami, karena siswa belajar lebih banyak secara mandiri. Sementara pada saat guru kunjung hadir, siswa bisa mendalami materi yang sebelumnya sulit dimengerti.
“Di luar tantangan geografis dalam negeri, kami juga menyoroti kebutuhan pendidikan untuk anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri,” katanya.
Sebab, dikatakan dia meskipun terdapat sekolah Indonesia di kota-kota besar di luar negeri, belum semua warga negara Indonesia dapat mengaksesnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah ingin memaksimalkan fleksibilitas pembelajaran, termasuk melalui kolaborasi dengan sekolah lokal dan pendekatan hybrid learning.
“Yang penting adalah bagaimana proses belajar bisa tetap berlanjut, dan saat kembali ke Indonesia, siswa bisa langsung melanjutkan pendidikannya dengan dokumentasi yang valid,” ujarnya.
Ia menambahkan, pendekatan pendidikan jarak jauh bukan semata-mata soal teknologi daring. Justru, kombinasi antara pembelajaran online dan kunjungan langsung menjadi kunci agar kualitas pendidikan tetap merata.
Di beberapa daerah, masih ujar dia, bahkan diperlukan perangkat belajar mandiri tanpa listrik dan internet, seperti layar pintar yang telah terinstal materi. “Bukan sekadar online. Pendidikan jarak jauh harus mampu menjangkau siswa secara nyata, dengan menggabungkan berbagai sumber belajar dan pendekatan kontekstual,” ungkapnya.
Salah satu contoh menarik datang dari siswa yang memiliki aktivitas khusus, seperti atlet. Banyak dari mereka yang lebih memilih sekolah terbuka karena jadwal latihan yang padat dan lokasi asrama yang berjauhan dari sekolah konvensional.
Kondisi ini memerlukan pendekatan yang fleksibel dan konsolidatif, agar proses belajar tetap berjalan seiring dengan pembinaan prestasi. “Ke depan, kami akan memperkuat sistem PJJ agar lebih terstandar secara nasional, dengan harapan kualitas pembelajaran tidak hanya bisa diakses secara luas, tapi juga setara dari segi substansi di seluruh daerah,” ujar Tatang. (nas)