Nasional

Kemendikdasmen Sebut Penguatan Literasi Siswa Miliki Tantangan Signifikan

INDOPOSCO.ID – Penguatan karakter, literasi, dan numerasi dibutuhkan untuk mewujudkan generasi emas 2045. Pernyataan tersebut diungkapkan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat dalam keterangan, Kamis (20/3/2025).

Menurut dia, penguatan literasi dan numerasi selaras dengan nilai-nilai karakter. Membentuk insan yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Lebih lanjut ia menuturkan, penguatan literasi menjadi fokus utama. Namun, tantangan signifikan terletak pada kemampuan literasi siswa Indonesia.

Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan membaca (literasi) siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara ASEAN, hanya sedikit di atas Filipina.

Skor membaca siswa Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara seperti Singapura. Permasalahan utama yang teridentifikasi adalah siswa mampu membaca namun tidak memahami (reading without understanding) isi bacaan.

Untuk menanggulangi masalah literasi tersebut, dikatakan dia, dengan program membaca minimal satu buku per minggu untuk setiap siswa dan disesuaikan dengan usia mereka.

“Dalam rangka program penguatan literasi. Programkan untuk semua kelas. Minimal satu buku, satu minggu harus selesai, sesuai dengan usianya dan gembira,” katanya.

“Kalau dalam pembelajaran deep learning itu joyfull. Selanjutnya, berikan satu sesi untuk anak-anak mengekspresikan buku bacaannya di depan kelas,” imbuh Atip.

Ia juga menyoroti capaian numerasi di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius. Menurut Atip, salah satu faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah metode pembelajaran yang kurang menarik bagi anak-anak.

“Kami mendorong implementasi metode pembelajaran yang lebih inovatif dan sesuai dengan karakteristik usia murid terutama pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Pemanfaatan media animasi menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan,” terangnya.

“Dalam pembelajaran sains dan teknologi dapat menggunakan alat peraga yang terus dipercanggih. Gabungkan antara what to teach dan how to teach,untuk meningkatkan kompetensi guru-guru,” tambah Atip. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button