Ferry Juliantono, Tokoh Nasional yang Aktif Perjuangkan Aspirasi Rakyat

INDOPOSCO.ID – Biodata Ferry Juliantono menjadi sorotan publik usai dirinya mendapat mandat dari Presiden Prabowo Subianto sebagai Wakil Menteri (Wamen) Koperasi yang tergabung dalam Kabinet Merah Putih yang dilantik di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024).
Ferry Juliantono merupakan seorang tokoh nasional dan dikenal luas dalam bidang koperasi serta politik di Indonesia yang lahir di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1967.
Dikutip dari berbagai sumber, Minggu (10/11/2024), pada 1993, Ia menempuh pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Padjajaran Bandung (Unpad) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Lalu, Ia melanjutkan studi di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2006 Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Studi Hubungan Internasional Kekhususan Ekonomi Politik Internasional. Pada tahun 2015, Ferry berhasil meraih gelar Doktor di bidang Sosiologi dari Universitas Indonesia.
Selain menjadi Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), selama ini Ferry lebih dikenal sebagai aktivis yang banyak menyuarakan kepentingan rakyat melalui aksi demonstrasi. Dalam peran barunya, Ferry berkomitmen untuk meningkatkan kinerja badan usaha koperasi di Indonesia, sejalan dengan pengalamannya yang luas di sektor tersebut.
Jabatan mentereng Ferry sebagai Wamen Koperasi, tidak terlepas dari karier Ferry di dunia koperasi yang sudah melanglang buana dari berbagai peran strategisnya, antara lain sebagai Ketua Dekopin Wilayah DKI Jakarta, Sekretaris Dewan Pembina Induk Koperasi Unit Desa (KUD), Ketua Umum Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), serta Wakil Direktur Pelaksana Induk Koperasi Tani Nelayan (Inkoptan). Saat ini menjadi wakil ketua umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sejak 2019 juga menjadi ketua Dewan Pengawas Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) sejak 2023.
Sebagai pegiat koperasi, Ferry berkomitmen untuk memperkuat peran koperasi dalam perekonomian nasional. Ia menyoroti pentingnya koperasi sebagai soko guru perekonomian yang mampu mengurangi dominasi swasta dan konglomerasi.
Ferry mendorong peningkatan aset koperasi hingga mencapai Rp1.000 triliun untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Ia juga menekankan bahwa koperasi tidak hanya identik dengan usaha kecil, tetapi juga dapat masuk ke sektor besar seperti perhotelan, pengelolaan sumber daya alam, dan energi.
Atas dedikasinya, ia diakui sebagai salah satu dari 100 tokoh koperasi Indonesia dalam buku “Apa dan Siapa 100 Orang Koperasi Indonesia”. Kontribusinya mencakup upaya membangkitkan Induk KUD sebagai koperasi milik para petani, yang menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ekonomi kerakyatan.
Sebagai organisatoris ulung, Ferry terus memperluas relasinya dalam lintas organisasi, ini dibuktikan dirinya juga tercatat aktif dalam organisasi petani, nelayan, buruh, dan agraria, termasuk pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Tani Indonesia (DTI). Keterlibatannya dalam berbagai organisasi ini mencerminkan dedikasinya terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengembangan sektor koperasi di Indonesia.
Salah satu resiko yang harus dihadapinya sebagai aktivis yang vocal, membuat Ferry harus mendekam di penjara pada 2008 dan menjadi tahanan politik (Tapol). Penyebabnya karena dia memimpin aksi demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat pemerintahan SBY. Bahkan, pada era Orde Baru, ia ditahan karena aktivitasnya yang menentang kebijakan pemerintah, meskipun detail spesifik mengenai penahanan ini tidak banyak dipublikasikan.
Pengalaman ini menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan aspirasi rakyat meskipun harus menghadapi risiko penahanan.
Kemudian, Ferry Juliantono aktif dalam organisasi Syarikat Islam (SI), sebuah organisasi Islam tertua di Indonesia yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi umat. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Syarikat Islam (PP SI), berperan penting dalam berbagai inisiatif organisasi.
Pada Maret 2022, Ferry bersama Presiden PP SI, Hamdan Zoelva, mengumumkan pembentukan Desk Anti-Islamofobia. Inisiatif ini bertujuan menangani fenomena Islamofobia yang dianggap mulai nyata di Indonesia melalui narasi yang mendiskreditkan umat Islam. Ferry ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengarah desk tersebut, dengan fokus pada identifikasi masalah terkait Islamofobia dan penyusunan agenda aksi, termasuk counter informasi melalui media dan pernyataan resmi.
Selain itu, Ferry juga terlibat dalam advokasi isu-isu sosial dan ekonomi. Pada Agustus 2022, ia menyatakan dukungan SI terhadap aksi sejuta buruh yang menuntut pencabutan Undang-Undang Cipta Kerja. Ferry menegaskan bahwa demonstrasi adalah hak yang dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk buruh dan mahasiswa, dalam menyuarakan aspirasi mereka.
Melalui berbagai peran dan inisiatifnya di Syarikat Islam, Ferry Juliantono menunjukkan komitmen kuat dalam memperjuangkan pemberdayaan ekonomi umat dan penanganan isu-isu sosial yang relevan dengan masyarakat Indonesia.
Sementara itu, dalam kehidupan pribadinya, Ferry Juliantono menikah dengan Ir. Sita Komaladewi dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Jodipati Alif Fitrahillah dan Rendrahadi Nezar Musyaffa. Keluarga menjadi sumber dukungan dan inspirasi bagi Ferry dalam menjalankan berbagai aktivitasnya di bidang koperasi dan politik. (ibs)