Menikah Separuh dari Kehidupan Beragama

INDOPOSCO.ID – Tren menurunkan angka pernikahan di Indonesia tampaknya membuat Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto khawatir. Pasalnya, dengan penurunan angka perkawinan tentu akan membuat penurunan angka kelahiran atau depopulasi jumlah penduduk Indonesia.
Padahal, menika merupakan separuh dari kehidupan beragama. Hal itu dikemukakan dokter Hasto dalam jumpa pers disela kegiatan Executive Meeting dan Workshop Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan BKKBN Tahun 2024, Selasa (16/07/2024).
“Misalnya kalau wanita single kalau bangun pagi bisa jam berapa? Sementara kalau sudah menikah pasti akan siapkan kopi untuk suaminya, kalau sudah punya anak pasti akan bangun lebih pagi dan menyediakan keperluan anaknya. Jadi menikah itu separuh dari kehidupan menunaikan agama,” terang dokter Hasto.
Padahal, menurut dokter Hasto, angka usia pernikahan 2013 dibanding tahun 2023, jauh lebih banyak. Akan tetapi angka pernikahan lebih sedikit. Artinya, banyak orang yang usia sudah harus menikah, memilih untuk tidak menikah. Sebagai dokter kandungan, dokter Hasto juga menuturkan agar jangan takut menikah, melahirkan dan menyusui.
Melalui edukasi kesehatan reproduksi yang selalu disampaikan bahwa orang yang tidak menikah, tidak pernah menyusui, punya risiko lebih tinggi untuk kanker payudara, tumor payudara, daripada yang menikah dan menyusui.
“Orang yang tidak pernah hamil lebih punya peluang terkena kanker rahim dibandingkan mereka yang punya anak dua atau tiga orang,” urai dokter Hasto.
Menurut dokter Hasto, melahirkan dan menyusui mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Maka, ia menyampaikan kepada generasi muda jangan takut menikah.
“Kalau belum nikah, belum jadi suami, hidup nggak jelas, boros dan nggak teratur. Begitu punya istri, punya anak, dia jadi pemimpin. Kemudian akhirnya hidup jadi teratur. Istri kalau belum punya suami belum ada kebaikan yang bisa dibagikan. Tapi kalau sudah punya suami, membikin minuman saja sudah surga. Jadi, sebetulnya banyak indahnya (ketika menikah),” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama,
Rektor Universitas Tarumanegara Profesor, Dr Agustinus Purna Irawan mengatakan, mulai bekerjasama dengan berbagai rumah sakit dan BKKBN juga mengerjakan hal-hal spesifik terkait KB.
“Kita spesifikasi, di Untar keahlian yang didorong adalah pelayanan keluarga baik di Fakultas Psikologi maupun Fakultas Kedokteran. Kita arahkan ke pelayanan keluarga, maka kerjasama dengan panti wreda untuk orang tua, panti asuhan. Hal yang sangat praktis ini dibekali untuk para calon dokter,” Prof Agus.
Selain itu, prof Agus juga sampaikan Untar memiliki konsentrasi bisnis enterpreneurship, sehingga para wanita tidak akan takut menikah karena tahu bagaimana mendatangkan income atau penghasilan. “Salah satu persoalan orang takut menikah, karena khawatir tidak menafkahi anak atau keluarga. Tapi kalau sudah ada bekal pengetahuan untuk mencari nafkah salah satu kekhawatiran hilang. Karena faktor ekonomi bisa pemicu orang enggan menikah,” ungkap prof Agus. (ney)