Bea Cukai Catat Kinerja yang Baik di Tengah Pandemi
indoposco.id – Pandemi Covid-19 yang terjadi pada 2020 melanda seluruh dunia menjadi isu utama kinerja tiap sendi kehidupan, yang awalnya merupakan permasalahan kesehatan, lalu merambat menjadi pemicu permasalahan ekonomi dan sosial. Untuk pulih dari situasi tersebut, Bea Cukai berperan penting dalam mempertahankan gerak roda perekonomian negara, terutama dalam membantu upaya pemerintah menanggulangi turbulensi ekonomi karena pandemi.
Di tengah pelemahan ekonomi nasional dan perlambatan volume perdagangan dunia, Bea Cukai menunjukkan kinerja yang baik dengan mencatatkan realisasi penerimaan 103,48 persen di sepanjang 2020, melampaui target Perpres 72.
Penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp212,85 triliun atau lebih tinggi dari targetnya dalam Perpres 72 yang sebesar Rp205,68 triliun. Surplus tersebut didapat dari semua komponen penerimaan, seperti bea masuk (BM), bea keluar (BK), dan cukai. Selain penerimaan kepabeanan dan cukai, terdapat komponen penerimaan pajak dalam rangka impor (PDRI) lain seperti PPN Impor, PPn BM Impor, dan PPh Pasal 22 Impor yang pemungutannya dilakukan oleh Bea Cukai.
Realisasi PDRI hingga 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp170,35 triliun. Alhasil, total penerimaan negara yang dihimpun Bea Cukai sepanjang tahun 2020 adalah Rp383,20 triliun. Capaian penerimaan Bea Cukai ini berkontribusi sekitar 35 persen dari penerimaan perpajakan atau sekitar 23 persen dari total pendapatan negara.
Realisasi penerimaan BM hingga 31 Desember 2020 mencapai Rp32,30 triliun atau 101,46 persen dari target Perpres 72. Penerimaan BM dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pelemahan impor nasional yang terdampak pandemi.
Sektor utama yang berkontribusi hingga 90 persen penerimaan BM, yaitu industri pengolahan dan perdagangan besar/eceran, mengalami tekanan sehingga tumbuh negatif. Namun demikian, perbaikan impor nasional di akhir tahun yang disertai upaya pengawasan yang efektif dan penguatan program sinergi, mampu mengantarkan capaian positif.
Dalam upayanya mengumpulkan penerimaan BM, Bea Cukai juga tetap berperan aktif dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan menyiapkan insentif berupa pembebasan maupun BM ditanggung pemerintah, untuk impor alat-alat dan kebutuhan kesehatan yang digunakan dalam penanganan pandemi (PMK-34/PMK.04/2020 jo PMK-83 & Jo PMK-149).
Permintaan yang mulai pulih, dengan ditandai membaiknya harga komoditas utama terkena BK di pasar dunia, berpengaruh positif terhadap penerimaan BK. Realisasi penerimaan BK hingga 31 Desember 2020 mencapai Rp4,24 triliun atau tumbuh 20,23 persen dibandingkan periode 2019. Capaian tersebut didorong kinerja sektor pertambangan/penggalian dan industri pengolahan yang kontribusi keduanya mencapai 87 persen dan mampu tumbuh masing-masing 3,34 persen dan 176,62 persen.
Kebijakan cukai yang tepat dan efektif, serta pengawasan atas barang kena cukai (BKC) ilegal mampu meningkatkan pendapatan cukai yang hingga akhir 2020 mencapai Rp176,31 triliun atau tumbuh 2,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi penerimaan cukai HT per 31 Desember 2020 adalah Rp170,24 triliun atau tumbuh 3,26 persen (year on year/yoy).
Kondisi pandemi berpengaruh pada penurunan jumlah produksi HT, dampak dari penurunan permintaan pasar yang tergerus daya belinya. Namun demikian, kebijakan penyesuaian tarif cukai dan operasi pengawasan rokok ilegal (Operasi Gempur) efektif mengawal penerimaan cukai HT hingga akhir tahun.
Bea Cukai juga memberikan kontribusi pada program PEN pada komponen penerimaan cukai HT, berupa pemberian relaksasi pelunasan pita cukai menjadi tiga bulan yang seharusnya dibayar dalam tempo dua bulan (PMK-30/PMK.04/2020). Insentif ini efektif membantu industri rokok dalam mempertahankan usahanya di tengah pelemahan permintaan pasar.
Kinerja penerimaan cukai MMEA hingga akhir tahun 2020 adalah Rp5,76 triliun atau tumbuh negatif 21,52 persen. Kebijakan penanggulangan pandemi berupa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), memukul sektor pariwisata nasional yang merupakan fundamental penerimaan cukai MMEA. Alhasil, produksi MMEA mendapatkan tekanan yang berat sehingga berpengaruh pada capaian sepanjang tahunnya.