Headline

Gawat, Sampah Makanan di Indonesia Tembus Ratusan Triliun Rupiah Per Tahun

INDOPOSCO.ID – Susut dan Sisa Pangan (SSP) atau food loss and waste bukan sekadar persoalan limbah makanan. Isu tersebut menyentuh berbagai dimensi yakni, ekonomi, lingkungan, hingga sosial. Jika tidak ditangani serius, dampaknya dapat meluas dan merugikan secara nasional.

Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional Nita Yulianis mengatakan, kajian Bappenas memperkirakan kerugian ekonomi akibat SSP di Indonesia mencapai sekitar Rp551 triliun per tahun. Selain itu, SSP juga menyumbang sekitar 7,29 persen emisi gas rumah kaca (GRK) nasional setiap tahunnya.

“Dampaknya bukan hanya terhadap lingkungan, tetapi juga terhadap ketahanan pangan dan gizi masyarakat,” kata Nita dalam acara Talkshow dan Komitmen Bersama Sektor Bisnis: Mendorong Aksi Nyata untuk Mengatasi Susut dan Sisa Pangan, Tangerang ditulis Jumat (4/7/2025).

Hilangnya gizi dari pangan yang terbuang sesuai kajian berbasis data kurun waktu dua dekade, menunjukkan edible food waste yang masih layak dan aman dikonsumsi berpotensi mencukupi kebutuhan pangan bagi 61 hingga 125 juta orang per tahunnya. Angka tersebut setara dengan 29-47 persen populasi Indonesia.

Maka itu, Bapanas menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor guna mengatasi permasalahan SSP. Pelaku usaha didorong mengambil langkah konkret dalam mengurangi susut dan sisa pangan di sepanjang rantai pasok.

“Ini bukan sekadar isu pemborosan. SSP adalah masalah multidimensi yang memerlukan keterlibatan aktif berbagai pihak, termasuk distributor, pelaku ritel, hingga sektor logistik,” ucap Nita.

Kekhawatiran terhadap sampah makanan ditimbulkan dari program makan bergizi gratis (MBG) Sebab, sisa makanan yang tidak habis dapat menjadi sumber limbah yang cukup besar.

Berdasar Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2024 menunjukkan, potensi food waste di sekolah mencapai 1,1–1,4 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 451–603 ribu ton merupakan makanan berlebih yang masih dapat diselamatkan dan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Nita Yulianis mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir terhadap sisa makanan. “Sisa pangan yang layak konsumsi bukanlah sampah. Ini bisa dimanfaatkan kembali, dan yang tidak layak konsumsi bisa diolah menjadi kompos, pakan maggot, atau bahkan energi. Ini langkah konkret mengurangi beban TPA,” ucap Nita terpisah di Jakarta, Rabu (28/5/2025). (dan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button