Headline

Artis Ramaikan Pilkada 2024, Bukti Kegagalan Kaderisasi dan Kapasitasnya Diragukan

INDOPOSCO.ID – Sejumlah artis Indonesia kian santer dibicarakan meramaikan Pilkada Serentak 2024. Bahkan ada yang sudah mendapat lampu hijau dari partai politiknya. Salah satunya, komika Marshel Widianto maju di Pilkada Tangerang Selatan.

Marshel akan mendampingi Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Ahmad Riza Patria dalam Pilkada Tangerang Selatan 2024. Keputusan tersebut mendapat reaksi beragam dari masyarakat.

Selain itu, ada musisi Ritchie Ismail atau Jeje Govinda dikabarkan akan maju Pemilihan Bupati Bandung Barat 2024. Serta istri aktor Raffi Ahmad, Nagita Slavina sempat dikaitkan dengan Pilkada Sumatera Utara.

Menurut pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta A Bakir Ihsan, fenomena tersebut menjadi salah satu kelemahan partai politik Indonesia gagal melakukan kaderisasi.

Sehingga mereka lebih mengedepankan publik figure yang tidak lahir dari proses kaderisasi partai politik. Maka tak heran, bermunculan sosok di Pilkada dari kalangan non politisi.

“Ini secara tidak langsung menunjukkan, bahwa dia gagal melakukan kaderisasi dan nggak pede memunculkan calonnya untuk berkontestasi dalam Pilkada,” kata Bakir melalui gawai, Jakarta, Kamis (11/7/2024).

Padahal seharusnya jika melihat dari posisi ketua DPD, DPW atau Ketua DPP partai politik, sebenarnya kader terbaik. Namun, muncul pertanyaan kenapa mereka tidak dicalonkan memimpin di berbagai level.

Ia menyindir, partai politik saat ini bak penyedia lahan yang bisa diserahkan kepada orang tertentu dalam ajang kontestasi politik.

“Itu menunjukkan ketidakpedean sehingga partai politik itu penyedia lapak. Jadi dia bukan produsen kepepimpinan, tapi penyedia lapak siapa yang menyerahkan produknya kemudian dia jual,” ujar Bakir.

Tentu partai politik suatu organisasi yang salah satu fungsinya adalah rekrutmen kepemimpinan. Sementara fenomena yang terjadi saat ini cenderung lebih pragmatis.

“Jadi dia ambil orang lain, populer yang tingkat elektabilitasnya tinggi hanya untuk meraih kemenangan tanpa, misalnya sejauh mana orang yang dijalankan itu betul-betul paham terhadap visi misi dari partai politik tersebut,” singgung Bakir. (dan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button