
INDOPOSCO.ID – Tanggal 22 Juni 2024, Kota Jakarta menginjak usia yang ke-497 Tahun. Namun di tahun ini pula, Jakarta tidak lagi berstatus sebagai Ibu Kota. Bagaimana Senator DKI Jakarta, Fahira Idris menyikapi hal ini.
“Sebuah perjalanan panjang yang penuh dinamika bagi sebuah kota yang sejak masa kolonial sudah menjadi ibu kota, pusat pemerintahan dan ekonomi ini. Kini, Jakarta yang tidak lagi berstatus ibu kota akan menghadapi banyak tantangan baru sejalan dengan visinya menjadi kota global dunia. Segala tantangan itu, bisa dikelola dengan baik melalui kepemimpinan yang efektif,” ujar Fahira kepada IINDOPOSCO, Minggu (23/6/2024).
Wanita yang pada tahun ini kembali terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta ini mengungkapkan, kepemimpinan yang efektif untuk konteks Jakarta dengan visinya menjadi kota global dunia adalah pemimpin yang mampu memahami kompleksitas kota terutama ketimpangan sosial-ekonomi, kesetaraan kesempatan, ancaman bencana ekologis, tata ruang, polusi udara sampai persoalan klasik yaitu kemacetan dan berbagai isu lainnya.
“Jakarta membutuhkan kepemimpinan yang efektif untuk mewujudkan visinya sebagai kota global dunia. Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan mengarahkan, menginspirasi, dan mengelola sumber daya yang dimiliki Jakarta secara optimal untuk mencapai tujuan. Pemimpin yang kemampuannya merancang dan mengeksekusi kebijakan yang tepat sasaran dan berkelanjutan sudah teruji dan terbukti. Kemampuan seperti ini bisa tumbuh jika pemimpin tersebut memiliki rekam jejak dalam menyelesaikan permasalahan Jakarta secara utuh dan mendalam,” jelas Fahira.
Ia menyatakan, pemimpin Jakarta ke depan harus fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang efektif akan memastikan bahwa pembangunan ekonomi yang pesat di Jakarta tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga membawa dampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Ini artinya, warna pembangunan ke depan fokus kepada pemberdayaan UMKM (usaha mikro kecil dan menengah), peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta penyediaan lapangan kerja yang layak,” ucapnya.
Fahira mengungkapkan, bencana ekologis yang terus mengancam Jakarta terutama banjir membutuhkan penanganan yang komprehensif. Kepemimpinan yang efektif ke depan harus berani mengambil langkah-langkah mitigasi yang komprehensif, berjangka panjang, berkeadilan dan ramah terhadap kehidupan warga.
“Pendekatan yang sama juga dibutuhkan untuk mengurai persoalan penurunan muka tanah yang semakin drastis serta polusi yang udara yang kerap mengepung Jakarta,” bebernya.
Selain itu, ke depannya, ucap Fahira, pembangunan infrastruktur transportasi terintegrasi serta didukung dengan kebijakan yang mendorong penggunaan transportasi umum, harus semakin dikuatkan. Termasuk pembangunan masif berbagai infrastruktur untuk pesepeda dan pejalan kaki.
Oleh karena itu, lanjut Fahira, dengan segala tantangan yang semakin kompleks, Jakarta membutuhkan pemimpin yang visioner, berani, dan kompeten.
“Yaitu seorang pemimpin yang mampu melihat jauh kedepan dan merancang strategi yang inovatif untuk mengatasi masalah-masalah Jakarta. Pemimpin yang mampu membangun kepercayaan publik melalui keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan anggaran serta menempatkan warga sebagai kreator pembangunan sebagaimana ciri kota modern,” tuturnya
“Kepemimpinan yang efektif akan menjadi motor penggerak dalam mewujudkan Jakarta sebagai kota global dunia yang sejahtera dan modern, serta menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dan dunia,” tambahnya. (dil)