Wacana Presiden Dipilih MPR Dinilai Pikiran Kuno, Menyulitkan Warga Sipil Jadi RI-1

INDOPOS.CO.ID – Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ray Rangkuti berpandangan, wacana pemilihan presiden menjadi tidak langsung atau kembali dipilih MPR sudah ketinggalan zaman. Terkesan hanya dipercayai pihak tertentu.
“Ndak. Pikiran kuno. Umumnya dianut oleh generasi orba (orde baru),” nilai Ray melalui gawai merespons wacana tersebut, Jakarta, Sabtu (8/6/2024).
Indonesia saat ini menganut sistem pemerintahan presidensial. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung. Sistem pemerintahan tersebut tentu masih ada kekurangan.
“Sistem presidensial kok yang milih presidennya MPR. Ya dipilih langsung oleh rakyat,” ucap Ray.
“Dipilih langsung saja, presidennya banyak abai aspirasi rakyat. Apalagi tidak,” tambahnya.
Bangsa Indonesia ingin mau, bukan mundur ke era Orba. Semua negara-negara demokrasi memilih presidennya dengan langsung. Wacana yang didahului dengan amendemen UUD 1945 itu bahkan menutup peluang warga sipil menjadi “RI 1”.
“Dan negara-negara itu melihat Indonesia. Lah…kita sendiri mau kembali ke masa lalu. Akan makin sulit bagi warga biasa jadi presiden,” kata Ray.
Wacana presiden dipilih MPR mencuat dari pernyataan Ketua MPR periode 1999-2004 Amien Rais. Ia mengaku tidak keberatan jika presiden kembali dipilih oleh MPR.
“Jadi sekarang kalau mau (presiden) dikembalikan dipilih MPR, mengapa tidak? MPR kan orangnya berpikir, punya pertimbangan,” ucap Amien Rais setelah bertemu dengan pimpinan MPR di gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (5/6/2024). Diketahui ertemuan itu turut membahas terkait amandemen UUD 1945. (dan)