Tidak Ada yang Bisa Gantikan Energi Fosil 100 Persen

INDOPOSCO.ID – Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro berpandangan ada beberapa hal yang kurang tepat dalam kampanye Energi Baru Terbarukan (EBT). Lantaran anggapannya seolah-olah dapat menggantikan fosil.
Komaidi menyebutkan, bahwa hingga tahun 2050 Indonesia masih tergantung dengan energi fosil. Itu merujuk Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional.
“Dalam beberapa waktu terakhir ada hal kurang seimbang dalam mengkampanyekan EBT. Karena seolah-olah EBT akan sebagai subtitusi atau pengganti fosil,” kata Komaidi dalam webinar INDOPOSCO bertajuk Energi Bangkitkan Ekonomi di Tengah Pandemi berlanngsung di Hotel Aston Kartika Grogol, Jakarta Barat, Rabu (24/11/2021).
Baca Juga : Energi Surya akan Jadi Raja Baru Energi Dunia
Bahkan, menilik dokumen pemerintah itu tidak ada EBT yang bisa menggantikan energi fosil secara penuh. Namun, lebih tepatnya hanya dapat sebagai komplementer.
“Tidak ada yang bisa menggantikan energi fosil 100 persen dalam konteks Indonesia . Yang bisa hanya sebagai pelengkap,” tuturnya.
Faktanya porsi terbesar konsumsi energi hingga tahun 2050 ialah energi fosil. Sehingga dalam mengembangan EBT, tentu harus hati-hati.
Baca Juga : Emil Salim: Kurangi Pemakaian Energi Fosil
“Kita upayakan. Harus kita dorong (EBT). Tapi, juga jangan kemudian kecepatan meninggalkan dan tidak memperhatikan fosil yang kita memiliki,” imbuhnya.
Mengenai target tahun 2025 untuk EBT yakni, 23 persen. Sehingga 77 persen masih dari energi fosil. Rinciannya, minyak bumi sebanyak 25 persen, kemudian gas bumi 22 persen dan batu bara 30 persen.
“Kalau kita cek dokumen yang dibuat oleh pemerintah sendiri di 2050 itu EBT 31 persen. artinya 69 persen masih fosil dan bedanya 20 persen,” paparnya.
Hal itu seolah-olah turun, dari 25 persen menjadi 20 persen secara porsi. Namun secara kisaran justru konsumsi energi fosil, terutama minyak meningkat.
“Coba kita hitung, dari 400 dikalikan 25 persen itu jauh lebih kecil dibandingkan 1.000 dikalikan 20 persen. Artinya secara nominal atau volume konsumsi minyak tetap meningkat,” urai Komaidi.
Pemerintah diketahui memiliki strategi baru untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen di tahun 2025. Dengan fokus memperbanyak dan meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ketimbang pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maupun pembangkit listrik panas bumi (PLTP). (dan)