Ekonomi

Pertamina untuk Alam, Lestarikan Orangutan hingga Hijaukan Hutan Kalimantan

Tinjau Wilayah Operasi PHSS

INDOPOSCO.ID – Di tengah target peningkatan produksi minyak dan gas (migas), dekarbonisasi dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT), PT Pertamina (Persero) tetap hadir untuk alam.

Pelestarian orangutan hingga penghijauan hutan menjadi bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina, salah satunya dijalankan di wilayah kerja anak perusahaannya yang beroperasi di Kalimantan Timur (Kaltim).

Baru-baru ini, Dewan Komisaris PT Pertamina (Persero) melakukan kunjungan kerja ke wilayah operasi salah satu anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), yakni PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) di Kaltim.

Kunjungan ini dipimpin Wakil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Todotua Pasaribu. Rombongan mengunjungi fasilitas operasi Mutiara Central Plant (MCP), dialog dengan pekerja, serta meninjau lokasi program CSR pelestarian satwa orang utan.

Hadir pada kunjungan tersebut Komisaris PT Pertamina (Persero) Nanik S. Deyang, Komisaris Independen Condro Kirono dan Raden Adjeng Sondaryani, Direktur Manajemen Risiko Ahmad Siddik Badruddin, serta direksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Program CSR pelestarian orang utan yang dilaksanakan Zona 9 melalui PT Pertamina EP (PEP) Tanjung, PEP Sangasanga dan PEP Sangatta itu merupakan kerja sama yang dilakukan dengan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).

Di sini dilakukan adopsi tiga individu orang utan dan penanaman 2.600 pohon yang telah dilakukan sejak tahun 2024. Ini merupakan bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung pelestarian ekosistem dan konservasi keanekaragaman hayati di sekitar wilayah operasi.

Langkah tersebut sekaligus mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-15, untuk melindungi, merestorasi dan mendorong pemanfaatan ekosistem daratan secara berkelanjutan.

Kerja sama dengan BOSF ini mendapat apresiasi dari Komisaris Nanik S. Deyang. Hal utama yang dilakukan dari kerja sama ini mulai dari merawat, melatih, hingga melepasliarkan kembali orangutan ke habitat alaminya, yakni di hutan bebas.

“Ini patut kita apresiasi. Selain fokus merawat orangutan, perusahaan juga terus mengembangkan program-program konservasi yang berkelanjutan,” ujar Nanik.

Selain dengan Zona 9 Subholding Upstream Pertamina, BOSF juga menjalin kerja sama dengan Grup Pertamina lainnya yang tergabung di Zona 8. Nanik berharap dukungan terhadap BOSF dapat diperluas ke berbagai entitas lain di bawah Grup Pertamina.

Tak hanya sampai pelepasliaran orangutan, Nanik juga memberikan atensi terhadap pentingnya pemantauan berkelanjutan. Karena sebagian besar orangutan yang dirawat BOSF telah terbiasa berinteraksi dengan manusia.

“Sehingga harus dilatih kembali agar mampu bertahan hidup secara liar di hutan. Makanya edukasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan pelepasliaran menjadi kunci utama,” katanya.

Selain aspek konservasi, Nanik juga mendorong agar kegiatan pemberdayaan masyarakat sejalan dengan upaya pengentasan kemiskinan, sehingga manfaat program dapat sekaligus menyentuh aspek sosial dan ekologis.

Sementara itu, Direktur PHSS Sunaryanto dan GM Zona 9 Julfrinson Alfredo Sinaga memaparkan kinerja positif melalui tren kenaikan produksi migas sejak awal tahun ini. Hingga Juni 2025, PHSS mencatatkan produksi 93,11 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi dan 12.752 barel per hari (BPOD) untuk minyak.

Menanggapi hal itu, Wakil Komisaris Utama Todotua Pasaribu menekankan soal pentingnya kolaborasi dalam menghadapi dinamika industri migas dewasa ini.

“Koordinasi dan sinergi merupakan kunci utama untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Kita bisa mendapatkan solusi bersama yang terbaik,” katanya.(rmn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button