Ekonomi

Inflasi Mengalami Penurunan Secara Gradual

INDOPOSCO.ID – Pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 yang cukup cepat disertai disrupsi rantai pasok dan krisis energi akibat konflik geopolitik, menjadi penyebab inflasi mengalami kenaikan cukup tinggi di berbagai negara pada tahun 2022.

Akan tetapi, secara gradual inflasi kini telah mengalami penurunan. Anggota Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono menyebutkan, inflasi Amerika Serikat (AS) yang dulu sempat menyentuh level 9 persen, kini mulai menurun ke level 6,4 persen.

“Demikian pula inflasi di Kawasan Euro yang sempat menyentuh double-digit kini juga mulai mengalami penurunan, ujar Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Didik Madiyono, saat membuka diskusi pada LPS-Forwada Discussion Series dengan tema Momentum Pertumbuhan Ekonomi di Tahun Penuh Tantangan di Jakarta, Kamis (9/3).

Baca Juga : LPS Likuidasi 118 Bank Sepanjang 2015-2022

Meskipun inflasi telah mengalami penurunan, saat ini kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral global masih belum berakhir. Namun, kabar baiknya, ekonomi Indonesia cukup resilien dalam menghadapi berbagai ketidakpastian saat ini.

Di kesempatan yang sama, Direktur Group Riset LPS, Herman Saherudin mengatakan, momentum perekonomian Indonesia saat ini mulai membaik. Namun guna menjaganya, perlu sinergi semua pihak, terutama dalam menjaga dan meningkatkan konsumsi domestik yang menjadi pemacu utama.

“Upaya menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tahun penuh tantangan ini adalah dengan meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya, kita bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi jika konsumsinya cukup,” sebutnya.

Mengutip pernyataan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa, struktur perekonomian Indonesia memungkinkan Indonesia menyelamatkan dirinya sendiri. Karenanya, jika memang struktur fundamental perekonomian Indonesia kuat, maka seharusnya dunia usaha tidak perlu ragu-ragu untuk terus mendorong investasinya ke depan.

“Karena, pada saat orang sudah mulai konsumsi, uangnya kan masuk di dunia usaha. Nah, jika mereka kemudian investasi lagi misalnya dalam bentuk hp baru, iphone baru kan meningkatkan lapangan kerja, maka konsumsi akan meningkat lagi, ini multiplayer-nya meningkat, ini yang perlu kita dorong,” bebernya.

Hanya saja, dunia usaha saat ini masih bersikap hati-hati terkait dengan kondisi global. Meski tidak separah yang diperkirakan, perekonomian global dengan berbagai masalah seperti perang Rusia-Ukraina tetap harus diwaspadai.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Segara Reseach Institute, Piter Abdullah mengatakan, masyarakat Indonesia termasuk di dalamnya dunia usaha tidak perlu khawatir akan ancaman resesi.

“Kita nggak perlu khawatir di tahun 2023 ini. Artinya, tidak akan ada resesi di tahun 2023,” kata Piter.

Ia menyebutkan, proyeksi ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,8 persen. Namun, secara pribadi dirinya memperkirakan 4,75-5,25 persen. Artinya, tahun 2023 ini perekonomian Indonesia akan tumbuh baik, karena ekonomi Indonesia tidak tergantung kepada global.

“Global boleh saja resesi, tapi Indonesia tidak akan resesi. Kenapa? Karena pertumbuhan kita lebih ditentukan oleh domestic demand,” tegasnya.(arm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button