Ekonomi

BI Yakin Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi ke Depan Makin Terkendali

INDOPOSCO.ID – Bank Indonesia (BI) menyakini bahwa ke depan, nilai tukar rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan inflasi tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1 persen atau rentang 1,5-3,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah tetap terkendali didukung kebijakan stabilisasi bank sentral di tengah ketidakpastian global yang tinggi.

“Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada September 2025 (hingga 16 September 2025) menguat sebesar 0,30 persen (point to point/ptp) dibandingkan dengan level akhir Agustus 2025,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September 2025 secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan, stabilitas nilai tukar rupiah didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi Bank Indonesia di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global serta peningkatan konversi valas ke rupiah oleh eksportir seiring penerapan penguatan kebijakan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).

Secara umum, catat Perry, perkembangan rupiah relatif stabil bila dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang dan negara maju.

“Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata dia.

Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore Non-Deliverable Forward (NDF) serta strategi triple intervention pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder.

Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Di sisi lain, Perry juga mencatat bahwa tekanan inflasi secara umum tetap terkendali rendah.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 tercatat rendah 2,31 persen (yoy) didorong inflasi inti dan administered prices (AP) yang menurun.

Inflasi inti turun menjadi 2,17 persen (yoy), dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah kapasitas, konsistensi suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjangkar ekspektasi inflasi sesuai dengan sasarannya, serta imported inflation yang rendah.

Inflasi kelompok AP menurun menjadi 1,00 persen (yoy) didorong penyesuaian harga BBM nonsubsidi dan diskon tiket pesawat dalam rangka peringatan HUT RI 2025.

Sementara inflasi kelompok volatile food (VF) meningkat menjadi 4,47 persen (yoy), didorong terutama kenaikan harga komoditas beras seiring berakhirnya masa panen raya.

“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1 persen,” kata Perry.

Inflasi inti diprakirakan tetap rendah seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang masih besar, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi.

Sementara itu, inflasi VF diprakirakan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) dan penguatan implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). (bro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button