Disway

Delapan Persen

INDOPOSCO.ID – Saya sering memikirkan ini: mengapa Presiden Prabowo mencanangkan pertumbuhan ekonomi harus delapan persen. Saya tentu juga memikirkan ”bisa” atau ”tidak bisa” mencapainya. Tapi saya lebih fokus pada mengapa Presiden Prabowo ngotot dengan pertumbuhan delapan persen.

Tidak mungkin itu hanya karena emosi –agar kelihatan lebih gagah dibanding presiden-presiden sebelumnya. Juga tidak mungkin Presiden Prabowo tidak tahu angka delapan itu sulit sekali dicapai. Apalagi –seperti dirumorkan di kalangan politikus– itu hanya ”takhayul angka delapan” karena Gerindra nomor delapan. Prabowo bukan orang yang mudah percaya takhayul.

Saat ke Perth pekan lalu saya mulai terbuka pikiran. Terutama setelah diskusi dengan para calon doktor di kampus U-dab –University of Western Australia (Baca Disway kemarin :Jebakan U-dab). Ternyata kita sedang dalam persoalan besar. Kalau tidak bisa tumbuh delapan persen kita terjebak dalam middle income trap.

Berita Terkait

Berarti angka delapan persen itu datang dari keprihatinan presiden yang amat mendalam soal keadaan bangsa saat ini.

Yang sedang terjadi, kita berada di jebakan yang menakutkan. Sudah lebih 10 tahun publik intelektual mengingatkan itu: awas kita bisa kena jebakan batman –seperti yang dialami Argentina.

Kalau sampai jebakan itu melilit bangsa Indonesia akibatnya Anda sudah tahu: kita akan berputar-putar di sini saja. Tidak akan bisa beranjak ke tahap berikutnya: menuju negara maju.

Maka di balik angka delapan persen, dugaan saya, adalah kesadaran akan tibanya jebakan yang menakutkan itu. Pilihannya tinggal tumbuh delapan persen atau masuk jebakan.

Di Disway kemarin saya sudah melaporkannya: para calon doktor itu sudah berkesimpulan kita sudah berada di dalam jebakan. Bukan ”akan”. Untuk keluar dari jebakan, GDP per kapita kita harus USD 13.000. Tidak ada jalan lain: pertumbuhan kita harus di atas delapan persen.

Selama 10 tahun terakhir GDP per kapita kita ternyata tidak pernah naik. Berhenti. Bahkan turun. Dari USD 5.000 dolar ke USD 4.200 atau USD 4.500. Di balik gegap gempita berbagai kemajuan, ternyata data statistik GDP per kapita kita bicara lain.

Maka tumbuh delapan persen harus. Tapi mencapainya tidak mudah. Apalagi kalau semua pihak pesimistis dengan angka itu. Tahun 2025 tinggal separonya.

Sudah banyak jalan keluar diuraikan di Disway kemarin. Masih bisa ditambah sektor pariwisata –agar menyedot turis asing kian banyak. Pariwisata. Pariwisata. Pariwisata.

Rasanya kita perlu melupakan politik. Perlu satu komando. Bergerak di segala lini ekonomi. Dalam politik lebih baik ada yang mengalah daripada 280 juta orang masuk dalam jebakan.

Tapi politik terlalu mengasyikkan. Jangan-jangan banyak yang suka bila kita terjebak di dalamnya.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 15 Juli 2025: Jebakan U-dab

djokoLodang

-o– … Seorang calon doktor ekonomi angkat bicara. Asalnya dari pedalaman pulau Timor, NTT. Tinggi. Ganteng Saya bertanya apakah berarti ia dari kabupaten yang kemiskinan dan stunting-nya sangat tinggi dan sulit diatasi itu. Betul. … *) Di gambar itu, siapa yang stunting? Ya yang di sebelah calon doktor ekonomi… –koJo.-

Fauzan Samsuri

Begitu banyak yang mengingatkan agar kita tidak seperti Argentina, peringatan itu diberikan sejak dini, tapi mengapa midle income trap (miti) terlanjur terjadi? banyak solusi untuk keluar dari mit ini, investasi pada sdm, penyerderhanaan birokrasi, diversifikasi ekonomi dan lain-lain yang di Google saja bisa dicari. Persoalannya bukan di diskusi, persoalannya adalah pada eksekusi. Kita sering kali dapat solusi tapi tidak ada kemauan untuk menjalani. Bukan pesimis, tapi siapa lagi yang mau merubah suatu kaum kalau bukan kaum itu sendiri.

Mbah Mars

+Mengapa kondangnya miss V ? Bukan MrsV ? – Oh, itu sudah jelas ! +Jelas bagaimana ? – Jelas sekali: kegemaran para lelaki adalah yg masih virgin. Perawan !

djokoLodang

-o– … Kuliah di mana? “U-dab“ … *) Bagaimana mengucapkan “U” nya? Tentu “yu”, seperti yu dari mbakyu. Bukan “u” utama. + Mengapa W dibaca “double u”? Bukan “double V”? Lihat baik-baik huruf W ini. Bukankah terlihat lebih mirip “double V”. – Oh, itu sudah jelas. +Jelas? – Ya, jelas. Harus disebut “double u”. Bukan “double v” + Kenapa? – Kalau disebut “double V”, takut diartikan miss-V yang dobel. –koJo.

siti asiyah

Sebagai pekerja pemerintah berangkat dari lulusan sekolah menengah, saya punya pendapat tersendiri tentang jebakan kelas menengah. Singkatnya begini : Saya berpikir bahwa perubahan / reformasi Indonesia itu digerakkan “ kelas menengah“ sebagai anak muda lulusan perguruan tinggi atau sekolah kedinasan.Namun dalam prakteknya, justru pekerja pemerintah dari kasta ini dalam prakteknya adalah mereka yang pemburu jabatan semata, dengan asumsi dengan jabatan itu maka akan membuka akses menjadi priyayi dan kaya.Pada ujungnya adalah kuasa dan kekayaan, sehingga mereka didalam pemerintahan bukan menjadi pelopor perbaikan tapi mereka bertindak pragmatis, takut berpemerintahan dengan idealis karena takut miskin. Jamak saya temui , lulusan kedinasan yang mentereng bagi masyarakat pinggiran seperti saya ketika berkarir justru menjadi sekedar operator bagi kekuasaan kepala daerah yang hampir semuanya terindikasi sebagai koruptor.Pun demikian para pns berlatar pendidikan perguruan tinggi, alih-alih menjadi lokomotif perbaikan institusi pemerintahan, mereka terjebak pula pada ketakutan tak punya jabatan.Maka bila jujur kita melihat apapun yang dikerjakan aparatur pemerintah dengan anggarannya, hitungan ICOR-nya pasti diabaikan sebab yang terpenting adalah “legacy“. Itu pandangan pribadi saya dengan simplifikasi sudut pandang dari dalam pemerintah ( daerah ) dimana saya menjadi pekerjanya.

djokoLodang

-o– Selingan… SEKOLAH TK Bu Guru meminta anak-anak di kelas memberikan contoh apa saja yang tidak baik untuk dimasukkan ke dalam mulut. Tomi kecil berkata, “Tidak baik memasukkan bola lampu yang menyala ke dalam mulut.” Guru berkata, “Itu benar. Tapi mengapa?” Tomi kecil menjawab: “Saya tidak tahu, tetapi saya sering dengar Ibu bilang kepada Ayah, “Matikan lampu sebelum memasukkannya ke mulutku”. –koJo.-

Gunawan Harijadi

…karena proyek-proyek yang makan uang besar tidak menghasilkan… …bahkan ada contoh yang lebih besar. Besar sekali… Mahasiswa mengucapkan nama proyek itu serentak – sambil tertawa – Maksudnya IKN ? (saya mengucapkan itu sambil nyengir lebaaarrrr….)

Antonius Ali

Abah DI, mahasiswa doktoral yg tinggi dan berasal dari NTT itu, namanya Umbu Joka. Beliau dosen di Universitas Timor. Kebetulan senior sy di Undana Kupang, waktu sarjana.

Suharno Maridi

Benar. Diaspora kita tidak perlu buru2 pulang ke Indonesia. Sudah banyak cerita, diaspora kita yg berprestasi di luar negeri begitu pulang ke indonesia tidak mendapatkan support yg memadai. Sebaiknya diaspora kita baru pulang ke Indonesia setelah mempunyai rencana membuka usaha lengkap dengan relasi support finansial nya. Pemerintah harus memiliki program dukungan bagi diaspora yg ingin membuka usaha. Sampai saat ini program tsb belum kelihatan ada. Berharap dukungan dari pengusaha sepertinya tidak bisa karena pengusaha kita lebih suka tenaga potensial itu menjadi karyawannya. Begitu banyak dosen atau pegawai pemerintah mendapat beasiswa keluar negeri. Jago diluar. Pulang2 gabut ngga ada pekerjaan yg sesuai kapasitasnya. Yg beruntung jabatan naik. Ujung2nya balik ke stelan pabrik. Banyak yg terjebak di lingkaran birokrasi dan korupsinya. Pulang ke dalam negeri menjadi semacam jebakan tersendiri. Yg gampang kita lihat sehari hari adalah diaspora kita di bidang sepakbola. Begitu pulang dan main di klub dalam negeri entah kenapa potensinya entah kemana. Dulu kita sempat mengirim tim sepakbola di kompetisi Primavera di Italia. Disana prestasi bagus, begitu pulang yaa…begitulah. sampai sekarang pun begitu pemain diaspora kita begitu main di klub dalam negeri…balik ke stelan pabrik.

Tivibox

GDP perkapita kita 10 tahun terakhir stagnan di angka USD 4200 – USD 4800. Bahkan turun hampir 1000 USD. Penyebabnya ? Disamping perubahan kurs USD, anda pasti sudah tahu. ICOR kita juga 6,5. Penyebabnya ? Anda sudah tahu juga. Intinya, bagaimana kondisi negara kita 10 tahun terakhir itu ? Anda sudah sangat-sangat tahu.

Juve Zhang

Anda ke Harvard sekolah ekonomi Makro….ilmu nya sama …Jangan Defisit…..Jaga Kurs mata uang stabil …..itu saja Ilmu Ekonomi Makro kemanapun anda ambil S1,2,3,4,5…. dst…. Prof Ekonomi Makro pun sama ajaran nya …. Tiongkok itu dari saya kesana miskin dan melarat kurs mata uang stabil 1:7…..sampai kaya raya sekarang ya tetap 1:7…. surplus Dagang Gemuk makin Gemuk sampai Gak muat di koper…..dibagi menjadi BRI…. bagi duit ke 100 negara entah kaya atau setengah Kaya apalgi susah….dibagi BRI…Rusia itu dulu Soviet satu satunya negara yg Tiongkok pinjam uang setelah lunas stop gak minjam lagi…..sekarang Rusia minjam uang sama Tiongkok gede banget karena dana untuk perang….. begitu lah dunia bagaikan roda berputar dari miskin ke kaya raya…..Deng Xiaoping ambil Jalan Kapitalis 1978….. Soviet masih jalan sosialis murni….tak mau kapitalis….Soviet hancur 2001 portal poranda….Deng Xiaoping kalau ikut Soviet kebawa miskin nya….Deng senyum lebar ambil jalan Kapitalis menuju Kaya Raya…..On Jin Ping jelas penerus Deng Xiaoping Kapitalis….ketika Evergrande swasta hancur Om Jin Ping gak keluar duit bantuan…, Kapitalis sejati….. Amerika kapitalis KW2…..ketika 2008 krisis malah negara bantu swasta yg hancur ….jelas Beda Tiongkok Kapitalis Sejati…. Swasta gak di manja anda Evergrande hancur negara tak bantu duit…. Amerika beda Kapitalis KW2….. akhirnya Kapitalis Sejati Deng Xiaoping yg menang Menjadi Kaya Raya…makmur ….banyak duit….

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

KULIAH JAM PERTAMA.. Middle income trap adalah situasi ketika sebuah negara yang sebelumnya “miskin”. Sudah berhasil tumbuh dan menjadi negara berpendapatan menengah. Tetapi tidak bisa naik kelas menjadi negara maju (berpendapatan tinggi). Kemudian, malah mandek di situ-situ saja selama bertahun-tahun. ### Ibarat naik tangga, awalnya lancar dari bawah ke tengah, tapi lalu berhenti di tengah tangga dan tidak bisa naik ke atas. Biasanya, di tahap ini: 1). Upah buruh sudah tidak murah lagi (tidak bisa bersaing dengan negara miskin lain), 2). Tapi belum cukup pintar atau inovatif seperti negara maju, 3). Akibatnya, pertumbuhan ekonomi melambat dan stagnan.

Herry Isnurdono

Kita harus belajar banyak dari Abah DI. Pekerja keras sejak muda. Kaya raya. Hemat dan sedikit kikir. Pelit bisa juga. Tapi untuk diri sendiri. Abah DI itu di hotel jika traveling, masih cuci sendiri celdam, kaos kaki dan kaos dalam. Tidak bakal laundry. Contoh hemat dan pelit, di Perth. Jelas2 sudah disiapkan makan siang. Menu masakan rumah. Ada empal, tempe goreng, sayur lodeh dll. Alasan tidak sempat dan sibuk menjawab peserta diskusi forum pengusaha, minta dibungkus. Minta dibawa pulang. Hebatnya tanpa malu, bicara ke panitia, untuk dibungkus. Ternyata tidak sempat dimakan di mobil. Kebetulan makan di hotel, untuk jatah makan malam. Hemat SPD dan uang makan dari kantor Disway.id. Untuk perusuh jangan ditiru. Abah DI itu umur 74 th. Saatnya menikmati hidup. Sedikit foya2 lah. Makan enak dan mahal tapi dari kantung sendiri. Jangan nunggu di traktir relasi atau kawan. Saya dengar menu di penjara………pasti Abah DI sudah tahu……karena pernah mengalaminya……dulu…..beberapa tahun yg lalu……

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

SEMANGAT MELAWAN JEBAKAN.. Berlayar perahu di muara tenang,/ Nakhoda bijak, layar dibentang./ Bangsa pertengahan jangan bimbang,/ Langkah berani penentu gemilang./ Elok bertanam di tanah subur,/ Sirami akal, bajai fikiran./ Ilmu dan daya jangan terkubur,/ Itulah kunci satu kemajuan./ Bukan semata tambang dan sawah,/ Tapi fikiran yang tajam dan tajdid./ Bangunlah daya, cipta dan dakwah,/ Jalan ke atas bukanlah mustahil./ Jika belanja tidak berfaedah,/ Proyek besar hanya jadi beban./ Bijak menilai, jangan terpedah,/ ICOR tinggi, harus dibetulkan./ Bangkitlah cendekia, bangun wibawa,/ Wahai pemuda pewaris negara./ Diaspora bukan sekadar nama,/ Mereka benteng di luar perwira./ Bukan nasib yang menulis sejarah,/ Tetapi tekad yang tak kenal lelah./ Arahkan bangsa ke darjat megah,/ Akal dan amal tak boleh menyerah./ Moga hari esok kian cerah,/ Dengan semangat dan niat berserah./ Dari jebakan kita melangkah,/ Ke puncak tinggi, penuh berkah./

Fiona Handoko

Selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp jokosp, pak tani, sobat macca dan teman2 rusuhwan. Banyak rusuhwan beranggapan. Bahwa yg ditulis abah sebagai “contoh yg lebih besar. Besar sekali. ” Adalah ikn. Tapi kalau kita baca berita di kompas. Com. “Resmi. 574 cpns otorita ikn pindah ke rusun asn. ” Berarti dengan adanya ikn. Janji mas wapres sudah terwujud sebagian. Tinggal kurang 18.999.426 loker saja.

Fiona Handoko

Selamat pagi bp udin, bp jo, ka nimas, sobat tivibox dan teman2 rusuhwan. Kemarin ratu di rumah mengeluh. Katanya harga beras yg biasa dibeli. Naik rp 10 ribu per karung. Beras di indonesia diurus 4 lembaga. Kementan, bapanas, bulog dan kemendag. Bahkan masih ada satgas pangan. Hasilnya? Beras oplosan. Bahkan dengar2. Beras oplosan itu pakai beras bulog, yg kemudian dijual dengan harga premium. Lha terus mereka selama ini kerja apa? Kok bisa beras bulog jatuh ke perusahaan swasta? Kementan, kemendag dan bapanas ke mana aja? Ternyata urusan beras berjalan otopilot. 4 lembaga negara yg bertanggung jawab memilih tidur. Mereka terbangun karena rakyat berteriak harga beras naik. Negeri ini memang aneh. Stok beras berlimpah, harga malah naik. Urusan beras memang keras. Makanya ada yg angkat bendera putih. Milih balik ke profesi asalnya saja. dari pada ngantor di bulog, ngurusi beras yg bikin hati was was.

Lagarenze 1301

Kejutan, ada daerah di Indonesia yang ICOR-nya mengalahkan Vietnam. Apa itu Incremental Capital Output Ratio atau ICOR, kita sudah tahu. ICOR Indonesia: – 2021; 8,66. – 2022: 6,02. – 2023: 6,33. – 2024: 6,9. – Target: 4,sekian. ICOR Vietnam 4,6, Thailand 4,4, dan Malaysia 4,5. Tapi, ada daerah di Indonesia yang ICOR-nya hanya sekitar 2. Apa nama daerah itu? Tak lain dan tak bukan, Teluk Weda. Kawasan industri terpadu yang merupakan tambang nikel terbesar di dunia. Terletak di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Oh, iya, bicara tentang Maluku Utara, pertumbuhan ekonominya pada triwulan I 2025 mencapai 34,58 persen. Tertinggi di Indonesia. Bandingkan dengan : – Jakarta: 4,95 persen. – Jawa Barat: 4,98 persen. – Jawa Timur: 5,00 persen. – Nasional: 4,87 persen. Maluku Utara, kita sudah tahu, sekarang dipimpin gubernur yang cantiknya “5i”, bahkan bisa “7i” karena ditambah pintarnya. Sherly Tjoanda.

pak tani

Diam diam, ekspor batu bara kita sedang menurun lumayan signifikan. Kemungkinan ada perlambatan manufaktur di China dan India. Sehingga customer utama kita itu mengurangi pembelian batu bara nya. Di sisi lain, stock batu bara kita sedang tinggi2 nya. Ini seharusnya di manfaatkan. Beberapa tahun terakhir industri kita didorong untuk memakai energi ‘bersih’ menggunakan gas, yang ‘impor’ dan mahal itu. Dan 1 tahun belakangan gas semakin mahal, manufaktur megap2. Lucunya, Eropa yang menginisiasi green energy justru kembali menggunakan batu bara karena gas Rusia yang semakin mahal akibat perang. Selama ini kita dikadalin donk? Pada akhirnya semua akan egois untuk kepentingan negaranya dahulu. Kecuali wakanda, untuk kepentingan kantongnya dulu.

Lagarenze 1301

Santai Sejenak. Suami-istri makan di suatu restoran. Makanan yang disajikan sangat lezat. Namun, karena kekenyangan, mereka tidak berhasil menghabiskan satu hidangan. Saking lezatnya, mereka tidak mau menyia-nyiakannya. Mereka ingin restoran membungkus sisa makanan itu untuk dibawa pulang. Namun, mereka merasa malu karena sisa makanannya tidak banyak, hanya setengah piring. Jadi, mereka berpura-pura makanan itu untuk kucing di rumah. Pak Suami berkata kepada pelayan, “Bang, tolong bungkuskan sisa makanan ini, untuk kucingku.” Pelayan merasa tersentuh atas kepedulian mereka terhadap hewan peliharaan. Beberapa menit kemudian, pelayan itu kembali sambil tersenyum ramah. “Silakan, ini makanan yang tadi Bapak minta dibungkuskan untuk si kucing. Kami juga sudah tambahkan dengan sisa makanan lain.”

Liam Then

Pak Prabowo ,minta tolong Pak Presiden, itu perusahaan swasta besar, jangan dikasih masuk pasar beras nasional. Ukur, kemudian batasi pergerakan mereka dengan peraturan yang atur batas atas volume perdagangan. Beri Pos Indonesia wewenang untuk distribusi beras nasional disetiap provinsi. Kantor Pos, sudah nyaris ada merata strukturnya di RI,sampai ditingkat desa. Beri Bulog perintah agar kordinasi, bantu Pos Indonesia dalam hal stok beras. Dengan begini, kualitas beras dan volume perdagangan beras kendali mayoritas akan ada ditangan pemerintah. Ini akan bisa mudahkan pemerintah dalam kontrol untuk kendalikan kualitas beras yang beredar di pasaran. Dengan jadi pemimpin pasar, laba yang diperoleh Pos Indonesia dalam bisnis beras, bisa digunakan untuk subsidi harga beras didaerah,lokasi,wilayah, yang ekonominya sedang tekor. Agar jangan sampai jadi alat politik banyak kepala daerah,atau bahkan partai. Setelah PT Pos dikasih tangani bisnis beras nasional. Kasih PT.Pos melantai di bursa saham. 20-30 persen saham mungkin bisa dilego, dengan jaminan bisnis beras Nasional di tangan Kantor Pos, saham Pos Indonesia, pasti laku kayak kerupuk. Dan karena jadi Tbk. Nanti swasta bisa bantu, lihat dan jaga kegiatan di Pos Indonesia. Tolong Pak, jangan kasih swasta ukuran paus, maen di kolam beras nasional, bisa abis diaduk-aduk dompet rakyat Indonesia kebanyakan.

Liáng – βιολί ζήτα

CHDI : “Tentu sangat sulit. Sekarang angka itu baru di USD 4.200 – USD 4.800. Bagaimana harus tiba-tiba melonjak jadi USD 13.000. Seperti mustahil.” Zaman sekarang ini, begitu mudah untuk belajar berbagai macam ilmu pengetahuan secara online, bahkan untuk ilmu pengetahuan yang bukan spesialisasinya kita. Masalahnya tinggal bagaimana menumbuhkan minat belajar dan gemar membaca yang tinggi. Selain itu, tentu saja sumber-tempat-kita-belajar mesti benar-benar qualified, yang pada umumnya berafiliasi dengan Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah Tutorchase dari Inggris, yang berafiliasi dengan Oxford dan Cambridge University. Berikut ini saya posting mengenai “high GDP growth” untuk menanggapi tulisan CHDI hari ini (paragraf di atas) : ** Kesimpulannya, meskipun pertumbuhan PDB yang tinggi dapat membawa banyak manfaat, pertumbuhan tersebut bukannya tanpa potensi kerugian. Oleh karena itu, penting bagi para pembuat kebijakan untuk mengelola pertumbuhan dengan cara yang memaksimalkan manfaatnya sekaligus meminimalkan potensi kerugiannya. ** [1/3]

Kholifatul Isnaeni

Kita di Indonesia seringkali merasa risih atau malu jika ingin membawa pulang makanan yang tidak habis saat makan di resto. Kita yang emak-emak pasti perih jika melihat masih banyak makanan yang tidak habis. Apalagi kalau makanannya enak. Jiwa “Kolombus” menjerit. Kelompok Ibu-Ibu Pembungkus. Dengan bertebal muka, kita memanggil pelayan dan menunjuk makanan yang hendak dibungkus. Pelayan yang akan mengemasnya. Nah, yang pernah ke Amerika pasti mendapatkan pengalaman berbeda. Membungkus makanan yang tidak habis adalah hal biasa. Ketika disampaikan ke pelayan, mereka hanya akan mengambilkan wadahnya. Kita yang mengemasnya sendiri dengan memilih dan memasukkan makanan yang hendak dibawa pulang. Wadah yang diberikan pelayan disebut doggie bag. Itu istilah saja. Toh yang nanti yang menghabiskan si empunya.

Er Gham 2

Pelihara Kertajati 10 miliar per bulan. Mahal juga. Bayar tapi tidak dipakai. Kalau pejabat punya simpenan, bayar juga sih, tapi khan dipakai. Hehehe.

Jokosp Sp

Hari ini mau absen nulis sebenarnya, eh ketemu ibu super aktif yang memberikan informasi sangat menarik. Ibu itu bisa ditemukan di pasar sedang menawarkan barang, ketemu di depan SD mengantarkan anaknya, ketemu di acara yasinan atau arisan RT, ketemu di pencoblosan pilkada sebagai keamanan desa, ketemu di toko foto kopi sebagai team sukses bupati/ gubernur. Pokoknya di mana saja ada. Beliaunya memang janda yang ditinggal kabur suaminya dan hidup dengan satu anaknya. Tiba-tiba datang ke toko beli buku tulis dan buku agenda kecil. Buat apa buku kecil itu, bukannya anak perlunya buku tulis?. “Di ekonomi serba sulit ini kita harus bermetamorfosis”. Waduh canggih bener bahasanya. Maksudnya?. “Ini bukan pinjol, bukan juga bank thongol. Ini pinjaman lunak dari seseorang. Buku itu untuk nulis”. Detailnya?. “Seseorang itu meminjamkan uang. Peminjam buat kelompok bisa 5 atau 10 orang dan 1 untuk ketua kelompok yang mengorganisir para peminjam”. Oh jadi buku itu untuk nulis nama peminjam dan setorannya?. “Ya peminjaman mulai dari 500 ribu sampai 25 juta”. “Cukup No.HP, KK dan KTP untuk bukti peminjamannya”. Cara bayar dan bunganya?. “Setor mingguan (M). Pinjaman 5Jt =4Mx1,5Jt, 6Mx1Jt, 8Mx750Rb. Satu Juta bunganya?. “Iya”. Kalau 25 juta?.”Pinjaman 25 Jt = 4Mx7,5Jt, 6Mx5Jt, 8Mx3,750Jt”. Bunganya sampai 5 Juta, gila?. “Iya segitu dari bossnya”. Oh ini koperasi?. 100 kelompokx10 orgx5jt s/d 25Jt = 5 – 25M dengan return 20%. Gila. Siapa yang jadi pengawas negeri ini?.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button