Disway

Uang Partai

INDOPOSCO.ID – “Apakah Pemilu legislatif di Syria jadi berlangsung? Tidak mundur lagi?”

“Jadi. Sudah berlangsung. Pekan lalu. Hanya hasilnya belum diumumkan. Beberapa provinsi juga masih tertunda,” ujar Gus Najih Arromadoni, alumnus Suriah.

Sebelum berangkat ke Shanghai saya memang makan malam bersama Gus Najih. Di rumah makan milik Inul Daratista di SCBD Jakarta. Saya minta Gus Najih mengajak istri dan tiga anaknyi –sekalian ingin kenal.

Berita Terkait

Gus Najih akan terus memantau keadaan di sana. Untuk Disway. Ia ”piket” di Jakarta. Minggu ini sahabat dari Suriah akan tiba di Indonesia.

Pemilu legislatif itu akhirnya benar-benar tanpa partai. Golongan-golongan di masyarakat setempatlah yang mengajukan caleg. Lalu dipilih oleh rakyat dalam Pemilu. Terserah rakyat siapa yang akan jadi anggota DPR mewakili provinsi mereka.

Pileg itu untuk memilih 2/3 anggota legislatif Suriah. Yang 1/3 lagi ditunjuk langsung oleh Presiden Ash-Sharaa. Parlemen itulah yang akan menyusun konstitusi Suriah. Termasuk merumuskan sistem politik demokrasinya.

“Kelihatannya Syria tidak akan pakai sistem demokrasi ala Barat,” ujar Gus Najih yang disertasi doktornya tentang ”mengapa para teroris dan ekstremis memfavoritkan ayat-ayat tertentu dalam Qu’ran”.

“Demokrasi Barat kelihatannya tidak cocok untuk negara-negara Arab. Di Arab itu dasarnya bergolongan-golongan dan bersuku-suku,“ tambahnya.

Lihatlah revolusi Springs di negara-negara Arab, ujar Gus Najih, tidak satu pun menghasilkan demokrasi gaya Barat. Mulai dari Libya sampai Tunisia. Dan kini akan kita lihat di Syria.

Istri Gus Najih adalah sarjana ilmu tafsir. Lulusan IIQ –Institut Ilmu Al Quran. S-2 nyi pun di IIQ. Juga di ilmu tafsir.

Saya akan mengikuti perkembangan di Damaskus lewat Gus Najih. Utamanya sejak Bung Mirza ”uzlah” dari perusuh Disway.

Gus Najih pula yang memberi tahu saya bahwa banyak nomor mobil di sepanjang jalan yang bukan mobil Suriah. “Lihat plat nomor ini Pak, bukan mobil Suriah,” katanya.

Pagi itu, bulan lalu, kami sedang jalan-jalan pagi. Di bagian elite kota Damaskus. Ternyata banyak terlihat mobil dengan plat nomor negara lain: Dubai, Dhoha, Kuwait, Saudi Arabia.

Saya sertakan saja foto mobil-mobil itu. Anda bisa melihatnya sendiri. Semua itu saya foto sendiri –diambil celingukan jangan-jangan dilarang oleh pemiliknya.

Orang Dubai kini memang suka jalan-jalan ke Damaskus. Naik mobil. Hanya 30 jam. Kalau Anda yang mengemudi mungkin hanya 25 jam.

Sambil lihat-lihat mobil asing itu saya juga bisa lihat: ternyata plat nomor mobil Suriah juga berubah. Anda bisa bandingkan dengan plat nomor di zaman kekuasaan diktator Basyar Al Assad yang juga masih ada di jalan-jalan. Begitu habis masa berlaku plat lama itu langsung ganti ke model yang baru.

Di Suriah, semua berubah: bendera, lagu kebangsaan, simbol negara, sampai plat nomor kendaraan.

Ini peluang bagi Peruri. Tinggal uang Suriah yang belum berubah. Pasti akan berubah. Gambar di uang Suriah, Pound, masih foto penguasa lama yang amat mereka ingin segera lupa. Peruri sudah mencetak banyak uang negara lain. Apa salahnya segera bikin usulan untuk uang yang baru.

Peruri bisa mengusulian desain barunya seperti apa. Kertasnya jenis apa. Pengamanannya pakai teknologi apa. Peruri punya tim desain yang kuat. Teknologi percetakan Peruri juga canggih. Punya teknologi intaglio. Yakni teknologi penempatan tinta di lekukan molding. Intaglio bisa membuat tinta terasa timbul.

Ketika uang diraba terasa ada yang timbul di lembaran itu. Uang palsu tidak akan bisa punya ciri seperti itu

Tinggal lajukan sedikit riset: tentang kejayaan masa lalu Syiria, potensi masa depannya, keunggulan peradaban dan budayanya.

Mumpung hubungan Indonesia dan Suriah sangat baik. Harus dimanfaatkan. Tidak banyak yang bisa diperbuat di sana. Mencetakkan uang adalah salah satu yang sedikit itu. Mereka pasti ingin menggantinya.

Sebelum perang saudara dulu uang Suriah dicetak di Inggris. Begitu Barat menjatuhkan sanksi ke negara itu yang Syria dicetak di Russia. Berarti Indonesia bisa menggantikan Inggris dan Russia.

Mereka tidak perlu partai. Mereka perlu uang.(Dahlan Iskan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button