Poltek Nuklir BRIN Siapkan SDM untuk Wujudkan PLTN Komersial 2032

INDOPOSCO.ID – Politeknik Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyiapkan lulusan vokasi berkompetensi nuklir melalui enam peminatan baru yang dirancang khusus mendukung operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) komersial pertama Indonesia pada 2032.
Direktur Poltek Nuklir BRIN Zainal Arief saat konferensi pers di Yogyakarta, Rabu, menyebut penyesuaian kurikulum telah diterapkan sejak 2024 agar lebih sinkron dengan kebijakan pemerintah dan regulasi PP Nomor 57 Tahun 2022.
“Kurikulum harus spesifik dan sesuai dengan visi lembaga yang menaungi, dalam hal ini adalah BRIN. Kami memfokuskan tiga program studi menjadi enam peminatan yang relevan dengan kebutuhan SDM untuk PLTN,” ujar dia.
Enam peminatan tersebut, dijelaskan Zainal, terdiri atas pembangkit energi nuklir dan analisis kenukliran pada prodi elektromekanika, instrumentasi medik nuklir dan teknologi akselerator pada prodi elektronika instrumentasi, serta bahan bakar nuklir dan teknologi produksi radioisotop, radiofarmaka pada prodi tekno kimia nuklir.
Keenam peminatan itu, menurut dia, disiapkan untuk mendukung program pemerintah, baik terkait pemanfaatan nuklir untuk energi, maupun pemanfaatan teknologi nuklir untuk industri, pertanian, atau medik.
“Harapannya dengan proses kurikulum baru ini, pada tahun 2028 akan ada lulusan yang memang berkompeten sesuai dengan enam peminatan tadi,” kata dia.
Deputi Sumber Daya Manusia dan Iptek (SDMI) BRIN Prof. Edy Giri Rachman Putra menegaskan, ketersediaan SDM Indonesia sudah siap mendukung operasional PLTN komersial pada 2032.
“Indonesia secara terstruktur telah lama menyiapkan SDM nuklir. Teknik nuklir UGM sudah berdiri sejak awal 1980-an, kemudian ada fisika nuklir di ITB, dan Poltek Nuklir yang tahun ini berusia 40 tahun sejak pertama kali berdiri pada 1985,” kata Edy.
Menurut dia, jika di UGM dan ITB menyiapkan nuclear scientist atau nuclear engineer, maka Poltek Nuklir melahirkan nuclear technologist yang memiliki kompetensi dalam mengoperasikan, memelihara, dan merawat fasilitas nuklir.
Ia menambahkan, pengalaman Indonesia mengelola tiga reaktor nuklir yang ada di Bandung, Serpong, dan Yogyakarta menjadi fondasi dasar bahwa kapasitas SDM sudah terbentuk sehingga tinggal diperbesar jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan PLTN.
“Untuk mengoperasikan PLTN, tidak hanya dibutuhkan alumni jurusan nuklir. Lulusan teknik mesin, elektro, fisika, hingga bidang sosial ekonomi juga berperan, terutama dalam keterlibatan stakeholder,” ujarnya.
Edy menyebut, tiap tahun setidaknya Indonesia meluluskan sekitar 300 sarjana bidang nuklir dari UGM, ITB, dan Poltek Nuklir.
“Jadi saya kira, terkait pemenuhan SDM, kita sudah siap untuk memenuhi kebutuhan operasional PLTN tersebut,” kata dia.
Pada wisuda tahun akademik 2024/2025, Rabu (10/9), Poltek Nuklir mengukuhkan 74 wisudawan dari tiga program studi, yaitu Teknokimia Nuklir (28 orang), Elektronika Instrumentasi (21 orang), dan Elektro Mekanika (25 orang).
Dari 74 wisudawan tahun ini, 65 orang lulus dengan predikat cumlaude. Mereka tidak hanya dibekali kompetensi teknis ketenaganukliran, tetapi juga soft skills, etika profesi, serta wawasan keberlanjutan. (bro)