Danantara Kaji 18 Proyek Hilirisasi, Ekonom Ingatkan Tidak Saling Kontradiktif

INDOPOSCO.ID – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan mengkaji pembiayaan 18 proyek hilirisasi strategis. Proyek tersebut mencakup sektor minerba, pertanian, kelautan, transisi energi, dan ketahanan energi.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, proyek yang ditawarkan ke Danantara harus fokus. Misalnya, di sektor transisi energi dan ketahanan pangan maka kemampuannya tidak terbelah.
“Sehingga sumber dayanya tidak terpecah ke proyek lain, yang bisa dikerjakan BUMN atau swasta tanpa suport Danantara,” kata Bhima kepada INDOPOSCO melalui gawai, Jakarta, Rabu (22/7/2025).
CELIOS mendesak agar proyek yang ditawarkan secara rinci dibuka ke publik, sehingga Danantara bisa mendapatkan saran dari publik.
“Misalnya, pada kasus hilirisasi batubara atau Dimethyl Ether (DME) yang akhirnya menuai penolakan dari masyarakat dan investor bisa dicegah masuk ke shortlist investasi,” ujar Bhima.
Selain itu, perlu dipastikan antara hilirisasi produk tambang dengan hilirisasi pertanian-perikanan tidak saling kontradiktif. Sebab, ditemukan kasus terjadi dua program yang dijalankan berlawanan.
Contohnya di Sulawesi dan Maluku, pencemaran dari tambang dan smelter nikel membuat nilai tangkapan nelayan berkurang dan luas lahan pangan juga turun.
“Itu yang saling kontradiktif harus disortir oleh Danantara. Banyak smelter kan tutup produksi karena salah perencanaan di awal,” imbuh Bhima.
Adapun rincian sejumlah proyek tersebut yakni, delapan proyek hilirisasi minerba dengan nilai 20,1 miliar dolar AS atau setara Rp321,8 triliun, tiga proyek hilirisasi pertanian 444,3 juta dolar AS atau setara Rp7,11 triliun.
Ada tiga proyek hilirisasi kelautan dan perikanan 1,08 miliar dolar AS atau 17,22 triliun, dua proyek transisi energi senilai 2,5 miliar dolar AS atau Rp40 triliun, dan dua proyek ketahanan energi 14,5 miliar atau Rp232 triliun. (dan)