Nasional

Beberapa Negara Alami Krisis Fertilitas, Indonesia Kategori Waspada

INDOPOSCO.ID – Beberapa negara mengalami krisis fertilitas seperti Singapura, Thailand, Jepang. Faktor penyebabnya bermacam-macam, mulai dari faktor ekonomi, jaminan pendidikan dan jaminan pekerjaan dimasa depan. Hal itu tergambar dalam laporan Situasi Kependudukan Dunia (SWP) 2025.

“Beberapa negara tetangga kita memang sudah alami krisis fertilitas. Akan tetapi Indonesia belum, kalau tidak kita waspadai maka arahnya akan kesana (krisis fertilitas),” jelas Deputi Pengendalian Kependudukan, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN), Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng, Kamis (3/7/2025).

Fertilitas merupakan kemampuan alamiah untuk mengalami kehamilan. Akan tetapi banyak faktor membuat kehamilan alami menjadi krisis, selain jambatan utama ekonomi, perumahan dan pekerjaan yang tidak stabil, faktor trauma bagi perempuan juga menjadi hal yang perlu diatasi.

Berita Terkait

“Orang tidak bisa membuat pilihan sesuai yang mereka inginkan. Dari berbagai faktor temuan dilapangan, pemerintah Indonesia sudah inline dengan program UNFPA (United Nations Population Fund) untuk memiliki anak sehat harus jaga keseimbangan.

Terlalu banyak gak bagus terlalu sedikit juga tidak bagus,” ujarnya.

Lebih lanjut Bonivasius mengatakan peta jalan program kementerian atau yang familiar di Indonesia dengan nama BKKBN tiap tahun dievaluasi bersama kementerian dalam negeri.

“Antar-kementerian lakukan rapat, untuk mengantisipasi faktor penyebab harus kita waspadai. Ada 30 indikator untuk rencana aksi yang dibuat oleh kepala daerah dan dimonitor tiap tahunnya,” urainya.

Sementara itu, Verania Andria Wakil Kepala UNFPA Indonesia mengatakan dari hasil riset yang dilalukan, pihaknya menggambarkan negara-negara memiliki perbandingan yang siknifikan.

Misalnya pada 14.000 responden di 14 negara, termasuk Indonesia, 50% perempuan Indonesia ingin punya ≥2 anak, 17% merasa tidak akan punya anak sebanyak yang diharapkan, dan 40% orang Indonesia usia >50 tidak mencapai jumlah anak yang mereka inginkan.

Alasan utama, biaya hidup tinggi, ketidakamanan kerja, biaya perumahan, 60% orang Indonesia pernah mengalami pembatasan hak reproduksi. Hal yang membutuhkan solusi harapan punya anak vs realita biaya hidup itu menjadi isu menarik tersendiri, dan kehamilan tidak direncanakan dan keinginan yang tak bisa diwujudkan.

“Persoalan di Indonesia dengan negara lain berbeda. Di Indonesia pun demikian, di satu daerah dengan daerah lain pun tidak selalu sama untuk pandangan memiliki dan merencanakan untuk masalah memiliki anak,” katanya.

Verania menggambarkan generasi muda yang ragu punya anak di tengah ketidakpastian masa depan dan ketakutan akan krisis iklim & politik.

“Jadi krisis fertilitas bukan karena orang enggan punya anak, tapi karena dunia belum siap menopang keinginan mereka,” tutupnya. (ney)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button