Nasional

Nasaruddin Umar: Ngaji Budaya Muharam Media Penajaman Hati Nurani

INDOPOSCO.ID – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, tradisi Muharam melalui kegiatan Ngaji Budaya merupakan upaya menajamkan hati nurani dan mengasah batin umat beragama.

Dikatakannya, tradisi ngaji budaya merupakan bentuk sujud budaya yang bukan hanya ritual fisik, tetapi juga simbol penundukan batin manusia di hadapan Tuhan.

“Tradisi seperti ini harus dilestarikan di Kemenag, apa pun agama kita,” ujar Nasaruddin dalam keterangan, Selasa (24/6/2025).

Ia menjelaskan, seni dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk penajaman hati. Ia mengutip pesan Imam Ghazali bahwa orang yang tidak punya rasa seni, hatinya kering. Seni adalah salah satu jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

“Cara mencintai Tuhan bisa lewat seni. Jadi, membaca Al-Qur’an pun harus dengan lantunan yang indah, azan juga begitu. Jadi, tradisi Muharam ini adalah upaya menajamkan hati nurani kita,” jelasnya.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Abu Rokhmad menyampaikan dua pesan dalam Ngaji Budaya agar dapat dipahami dan dihayati seluruh masyarakat Indonesia. Muharam, menurutnya, memiliki kekayaan tradisi di berbagai daerah dan suku di Nusantara.

Ia mencontohkan, di Semarang, masyarakat biasa mandi di sungai dekat Tugu Soeharto pada malam satu Syuro. Ritual ini diiringi doa sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memperoleh energi dan semangat baru menyambut Tahun Baru Hijriah.

“Hal-hal semacam ini perlu kita refleksikan kembali agar maknanya tetap hidup di tengah masyarakat,” kata Abu.

Ia mengatakan, pentingnya nilai ekoteologi dalam tradisi Muharam. Dikatakan Abu, masyarakat di masa lalu sering menyampaikan cerita-cerita mistis untuk menanamkan kesadaran menjaga alam.

Ia menilai, kisah-kisah yang terkesan menakutkan itu sejatinya adalah cara leluhur mengingatkan agar manusia senantiasa merawat dan melestarikan lingkungan sekitar.

“Cerita-cerita itu adalah simbol bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab spiritual,” terang Abu.

Di tempat yang sama, Budayawan sekaligus cendekiawan muslim, Ngatawi Al Zastrouw mengatakan, tradisi lokal di Nusantara berperan penting dalam mempererat silaturahmi masyarakat. Dikatakannya, salah satu nilai yang terkandung dalam tradisi lokal adalah semangat ekoteologi.

Spirit ini menekankan pentingnya merawat seluruh tanaman di sekitar, mulai dari melati, mawar, hingga bunga kamboja. Tanaman-tanaman itu, menurutnya, mencerminkan indahnya keberagaman Indonesia.

“Keindahan Indonesia terletak pada keragamannya. Seperti bunga di taman, yang berbeda jenis tetapi tumbuh berdampingan dan menambah keindahan,” jelasnya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button