Nasional

Cadangan Devisa Susut Drastis, Ekonom: Siap Hadapi Krisis Kepercayaan pada Semester Kedua

INDOPOSCO.ID – Ekonom Achmad Nur Hidayat menuturkan, cadangan devisa per April 2025 yang tercatat sebesar USD 136,2 miliar kini telah menyusut drastis ke kisaran USD 131,6 miliar.

Menurutnya, penurunan cadangan devisa sebesar ini hanya dalam satu bulan menunjukkan tekanan yang luar biasa. “Jika tren ini tidak dibendung, dalam beberapa bulan ke depan kita bisa menghadapi krisis kepercayaan yang jauh lebih sulit dikendalikan. Terutama menjelang semester kedua tahun ini di mana volatilitas global biasanya meningkat,” kata Achmad melalui gawai, Selasa (13/5/2025).

Ia menegaskan, penurunan cadangan devisa ini bukan hanya tanggung jawab Bank Indonesia (BI) semata. Menurutnya, pemerintah pusat harus turut memperkuat sisi fundamental fiskal.

“Pemerintah bisa menjaga defisit anggaran dalam batas wajar, mempercepat belanja produktif yang mendorong substitusi impor, serta menata ulang strategi utang luar negeri yang bisa membebani devisa,” terangnya.

Dalam jangka menengah, ujar Achmad, reformasi struktural yang mendalam, seperti hilirisasi industri yang benar-benar berorientasi ekspor, bukan sekadar pemrosesan bahan mentah. Namun harus menjadi fokus utama pembangunan ekonomi nasional.

“Pelemahan cadangan devisa sebesar USD 4,6 miliar ini bukan hanya isu teknis neraca pembayaran, tetapi refleksi dari lemahnya koordinasi antar kebijakan ekonomi dan kegagalan menciptakan ekosistem devisa yang resilien,” ujarnya.

Ia menambahkan, Bank Indonesia memiliki peran sentral sebagai otoritas moneter. Namun tanpa sinergi yang erat dengan kementerian teknis dan pelaku usaha, ketahanan devisa akan selalu rapuh di tengah gelombang eksternal.

“Sudah saatnya kita bergerak dari sekadar respons jangka pendek menuju reformasi kebijakan devisa yang terencana, terkoordinasi, dan berbasis data,” ucapnya.

“Jangan sampai setiap tahun kita hanya bisa menyalahkan sentimen global, sementara keroposnya fondasi devisa kita justru berasal dari dalam negeri,” tambahnya.

Dikatakan dia, Indonesia butuh Bank Sentral yang tidak hanya menjaga stabilitas, tetapi juga menjadi arsitek strategi devisa nasional. Momentum ini harus dimanfaatkan.

“Jika tidak, kita hanya akan mengulang siklus intervensi, penurunan cadangan, lalu kembali mencari kambing hitam,” katanya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button